9

30 2 0
                                    

Divya tentu saja tersenyum lebar lantaran melihat dua anaknya tampak sangat asyik mengerjakan beberapa tugas. Sebab, ia bangga memiliki putra seperti Leon dan Freya yang selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Padahal, sebenarnya Divya nggak pernah memaksa serta menyuruh mereka untuk rajin belajar.

"Leon, gue lihat Lo kayak asyik banget. Padahal gue saja nggak bisa menjawab. Tapi kalian berdua nggak ngeluh sedikitnya?" heran Justin sembari memandang Leon sudah mengerjakan dua puluh soal dengan kurun waktu sepuluh menit.

"Bagi gue semua pelajaran mudah. Asal Lo nggak membencinya pasti bakal gampang. Apalagi matematika itu mah menyenangkan banget. Jadi jangan heran kalau gue sangat menyukai Matematika!"

"Bener, apa yang dikatakan Leon. Memangnya kak Justin nggak suka pelajaran matematika. Padahal bagi Freya juga mudah kok."

"Kalian berdua itu terlalu pintar. Sedangkan gue dapet nilai rata-rata saja udah bersyukur. Leon, kalau misalnya Lo bersaing dengan Jordan siapa yang bakal menang?"

"Perbedaan nilai gue sama Jordan itu Jauh. udah pasti gue yang bakal menang. Justin Lo tanya gitu memangnya ada apa."

Justin mendengar jawaban Leon tentu saja langsung terdiam lantaran ia juga tidak nyangka Leon bisa sepintar itu. Namun, di Galaxy High School Leon terkenal sebagai siswa paling berprestasi lantaran selalu berada di urutan pertama secara berturut-turut. Walaupun, kepribadiannya selalu membuat ulah di sekolah.

"Leon, Gue mau tidur saja. Karna otak gue terlalu bodoh kalau di suruh belajar sama Lo?"

"Justin, memangnya Lo lupa besok pelajarannya miss Alethea. Apa Lo mau di hukum sama guru paling killer di sekolah."

"Iya sih. Leon tapi gue tiba-tiba ngantuk banget. Apa mungkin efek habis minum obat, ya. Leon, tolong tugas gue di selesaikan?"

"Dasar bajingan. Iya deh bakal gue kerjakan. Mending sana Lo kalau mau tidur. Sebelum gue berubah pikiran," gerutu Leon. "Kak Leon sabar. Jangan emosi nanti cepat tua." Freya menimpali hingga membuat remaja itu seketika mengepalkan tangannya.


Justin segera menuju ke kamar tapi secara tiba-tiba Divya mengajak remaja itu untuk ke dapur. Justin tentu saja mengikuti langkah wanita yang kini berusia empat puluh lima tahun dan sorotnya ke arah sebuah kue. Justin membawa piring berisi roti coklat menuju ke kamarnya.

Justin segera menelpon Zaskia lantaran ia merasa kangen dengan gadis judes kesayangannya dan panggilan itu akhirnya tersambung.

"Justin, Lo ngapain nelpon gue. Memangnya tugas Lo udah selesai?"

"Tenang, tugas gue bakal di selesaikan sama Leon. Btw Lo sedang ngapain. Kayak sibuk banget."

"Lo gila ya. Gue lagi belajar memangnya Lo. Justin, apa Leon nggak marah apalagi Lo parah banget?"

"Zaskia, Lo tenang saja. Lagian gue beruntung punya teman seperti Leon. Sebab, gue bisa nyuruh pemuda itu. Apalagi gue sekarang berada di rumah Leon"

Zaskia mendengar perkataan Justin seketika tidak habis pikir dengan kelakuan remaja itu hampir selalu nyuruh Leon melakukan. Namun, Zaskia seketika paham kalau Justin terlalu bodoh dalam pelajaran matematika. Apalagi Leon selalu mendapatkan peringkat pertama sehingga ia bisa kalah semisal bersaing dengan remaja tersebut.

"Justin, mending udahan. Gue jadi nggak fokus ini. Mending Lo cari kesibukan lain gitu. Jangan nelpon gue!" Zaskia segera mematikan panggilan itu lantaran ia masih memiliki beberapa tugas yang belum terselesaikan.

***

Semua orang yang berada di seantero sekolah seketika menyorotkan pandangan ke arah Anggota Alistair gang. Namun, salah satu siswa berbisik-bisik mengenai penampilan Justin yang tampak berbeda. Justin yang menyadari tentu saja menghampiri sembari mencengkram tangan gadis berkepang dua dengan sangat kuat.

Eternally yours (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang