Seorang remaja duduk di bangku taman sembari memandang dua burung yang tampak berkicau di atas pohon dengan sangat nyaring. Justin seketika menatap beberapa orang yang melintas di area itu sembari tersenyum. Namun secara tiba-tiba Jordan menghampirinya sembari membawa sesuatu.
“Justin, Lo sendiri saja. Mama sama papa lagi pulang jadi gue kesini. Justin ini buat Lo tadi gue kebetulan mampir ke toko roti?” Jordan menyerahkan sekotak kue berwarna-warni kepada Justin yang berada di sebelahnya kini.
“Tumben, Lo baik banget? Jordan, Zaskia apa baik-baik saja? Soalnya dia terakhir ke sini tujuh hari yang lalu? Padahal biasanya dia suka mampir setelah kuliah. Gue jadi curiga Zaskia marah?”
“Justin, Lo harusnya tau. Sekarang Zaskia udah jadi anak kuliahan. Wajar dia tidak kesini mungkin dia sibuk apalagi tugasnya katanya banyak. Soalnya, tadi Zaskia bilang sama gue untuk sementara waktu dia nggak bisa kesini.”
“Gue minjem ponsel Lo. Mau hubungi Zaskia soalnya gue kangen sama dia. Jordan, tolong bicara mama. Apalagi Justin udah setuju menjalani pengobatan tapi mereka malah menyita ponsel gue.”
Jordan tentu saja menyerahkan ponselnya sembari menahan tawa soalnya teringat saat Tania memperlakukan seperti seorang tahanan. Walaupun sejak kecil ia menjalani kehidupan enak tapi Jordan harus menuruti kemauan mereka. Namun, Jordan merasa bahagia bisa menikmati kehidupan Justin yang bisa pergi kemana-mana.
“Justin, semenjak Lo sakit. Gue beneran bahagia banget. Soalnya gue bisa bertindak sesuai keinginan gue. Karna apa mama sama papa lebih memperhatikan Lo dan selamat ya sekarang Lo jadi anak kesayangan mama sama papa?”
“Lo tega banget. Memang sejak sakit mama maupun papa lebih memprioritaskan gue. Namun, gue merasa seperti berada di penjara. Soalnya mereka juga melarang Justin bertemu teman-teman Justin. Dengan alasan Lo masih sakit.”
Justin segera menghubungi Zaskia lantaran ia merindukan sosok gadis yang selalu menemaninya di kala duka. Namun, di sebrang Zaskia hanya memandang ke arah panggilan dengan nama Jordan dan akhirnya ia mengangkat video call itu. Zaskia tentu saja heran kenapa Justin menghubungi memakai ponsel Jordan.
“Zaskia, Lo beneran sibuk ya. Memangnya nggak bisa nyempetin mampir sebentar saja. Zaskia Lo berubah ya apa mungkin gue punya salah sampai Lo berbuat begini. Oke gue bakal minta maaf?”
“Justin, tolong jangan pernah hubungi gue. Karna gue muak pacaran sama cowok penyakitan. Dahulu gue tahan sebab tidak mau menyakiti Lo. Namun, ternyata gue tidak sekuat itu menghadapi Lo?”
“Zaskia, Lo kenapa jahat banget. Padahal gue beneran tulus sama Lo. Semisal Lo nggak mau di ganggu bakal gue kabulkan. Akan tetapi gue harus tau kenapa Lo sebenci itu dan pengen hubungan kita berakhir.”
“Lo harusnya paham. Kenapa masih bertanya alasannya. Gue beneran membenci Lo dan waktu yang pernah kita lewati adalah sebuah penyesalan seumur hidup. Karna jatuh cinta kepada Lo?”
Justin memutuskan mematikan panggilan itu sembari menahan tangisannya lantaran ternyata cewek yang ia percayai ternyata bisa bertindak kayak gitu. Justin segera memasuki ruang rawatnya sembari meletakkan roti pemberian Jordan di meja. Jordan segera mengambil kue itu dan memakannya dengan sangat lahap hingga tidak tersisa satupun.
***
Semenjak kejadian itu kepribadian Justin berubah seratus delapan puluh derajat sehingga membuat Alex merasa khawatir. Justin lebih suka berada di ruang perawatannya serta napsu makan itu berkurang. Sebab, makanan yang berada di hadapannya kini tidak di sentuh sedikit pun oleh Justin.
“Justin, ayo makan satu sendok saja. Apalagi kamu dari kemarin tidak makan. Papa jadi khawatir kamu kenapa-napa. Tolonglah kesehatanmu itu sangat berharga dan kamu juga nggak boleh banyak pikiran?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternally yours (On Going)
Teen Fictioncerita ini akan di update setiap hari Selasa dan Jumat. Justin Sebastian Orlando, seorang laki-laki yang selalu tersenyum lebar hingga di juluki sebagai sosok yang humoris. namun, siapa sangka dia menyimpan sebuah rahasia tentang apa yang sebenarnya...