Sepulang dari pesta ulang tahun Ayana, Justin seketika lemas di hadapan semua orang yang berada di ruang itu. Tania tentu saja langsung mendekap erat tubuh Justin sedangkan Stella hanya bisa memandang. Sebab, Stella merasa iri kenapa Justin lebih diperhatikan oleh mereka semua.
"Justin, kamu nggak papa,'kan? Tolong jangan tinggalkan mama? Kamu pasti bakal sembuh? Karna, mama bakal cari donor yang cocok walaupun sampai ujung dunia sekalipun?"
"Dada Justin sakit banget. Apalagi, kaki Justin juga sulit digerakkan? Jangan-jangan ajal Justin udah dekat? Mama, papa semisal hari itu tiba tolong ikhlaskan Justin? Karna, Justin beneran sayang kalian berdua?"
"Sayang, Pokoknya kamu harus tetap hidup. Papa, tolong panggilkan ambulance?" Tania menyuruh sembari membentak suaminya tapi secara tiba-tiba Justin menggelengkan kepalanya lantaran ia tidak ingin berada di rumah sakit.
"Mama, Justin kayaknya nggak mau. Gimana, kalau panggil om Ryan ke sini? Justin terima perawat di rumah dan nanti sewa suster buat rawat Justin."
Tania mendengar saran dari Jordan seketika setuju lantaran ia tau Justin tidak terlalu suka berada di rumah sakit. Alex tentu saja memanggil Ryan untuk ke sini sedangkan Justin di letakkan di kamar tamu. Beberapa saat kemudian, Ryan bersama beberapa perawat sudah sampai sembari membawa alat-alat kedokteran.
"Dok, gimana keadaan Justin? Dia tiba-tiba lemas jadi saya khawatir banget? Semoga, dia nggak kenapa-napa?"
Ryan yang mengecek keadaan Justin hanya menggelengkan kepalanya tapi pada akhirnya mengatakan sesuatu. "Tania, tolong temenin Justin? Kalau perlu bikin dia bahagia? Kabulkan semua keinginannya?"
Tania tentu saja memandang ke arah sosok yang berbaring di tempat tidur dan bakal mengabulkan permohonan remaja itu salah satunya pengen ke pantai. Namun, secara tiba-tiba Stella memasuki ruangan itu sembari berteriak. Tania tentu saja merasa kesal dengan Stella lantaran kelihatan marah-marah.
"Stella, saya nyesel adopsi kamu. Kirain anak baik-baik? Trus apa masalahmu iri sama Justin. Harusnya, sadar diri kamu cuma anak tiri!"
"Gue udah duga. Kalau bukan permintaan Justin. Jangan karena hidup enak sampai lupa asal lo."
"Mama, kenapa kalian jadi jahat. Memangnya, Stella salah apa? Tolong jangan kembalikan ke panti asuhan."
Ryan memutuskan pulang lantaran merasa tidak nyaman dengan pertengkaran keluarga itu secara tiba-tiba. Tania tentu saja menarik tangan Stella untuk mengikutinya ke luar dan ia menampar pipi anak itu dengan keras. Justin memutuskan bangkit dari tempat tidur tapi langsung dihentikan oleh Jordan.
"Jordan, ngapain lo larang gue? Stella baik-baik saja apa nggak ya? Karna, gue khawatir banget? Takut di pukul sama mama?"
"Justin, Lo jadi orang jangan terlalu baik. Ngapain sih mau belain Stella. Dia hanya orang lain mending Lo istirahat saja?" Jordan membujuk Justin untuk tetap berada di sana tapi remaja itu tetap bandel.
Justin segera memeluk tubuh Stella di lantai sedangkan Tania bersiap memukul gadis itu dengan tongkat golf. Remaja itu seketika tersungkur lantaran pukulan itu mengenai kepala Justin dan Stella hanya memandang sosok di hadapannya. Tania tentu saja langsung menghampiri Justin tergeletak sembari mengeluarkan darah.
***
Keesokan harinya, Jordan berangkat ke sekolah seperti biasa sedangkan Tania mutusin menemani Justin di rumah sakit. Pasalnya, Jordan harus mengerjakan ujian Nasional yang terjadi pada saat ini sampai lima hari kedepannya. Namun, sorot mata menatap tajam ke arah Stella yang duduk di sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternally yours (On Going)
Teen Fictioncerita ini akan di update setiap hari Selasa dan Jumat. Justin Sebastian Orlando, seorang laki-laki yang selalu tersenyum lebar hingga di juluki sebagai sosok yang humoris. namun, siapa sangka dia menyimpan sebuah rahasia tentang apa yang sebenarnya...