17

25 3 0
                                    

Seorang wanita paruh baya mengajak Justin ke sebuah panti asuhan yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Sebab, Tania berkeinginan menyumbangkan sebagian gaji untuk membantu anak-anak yang kurang mampu.  Sesampainya Justin segera mendudukkan tubuhnya di sofa yang di teras.

"Nak, kamu beneran nggak ikut masuk?" tanya Tania kepada remaja yang mengenakan blazer serta celana jeans hitam tampak asyik memandang beberapa anak sembari teringat saat ia masih kecil.

"Iya, mama Justin pengen ngajak mereka main."

"Sayang, kamu,'kan baru sembuh. Mending nggak usah main. Nanti kalau kamu lelah gimana!"

"Tolonglah, apalagi Justin udah sembuh kok. Justin janji deh nggak bakal macam-macam. Soalnya Justin bosen banget."

Tania memutuskan membiarkan Justin main lantaran merasa kasihan kepada remaja berparas tampan itu sedangkan ia masuk bangunan sederhana itu.  Justin segera menghampiri anak perempuan tampak terjatuh.  Sorot mata tajam itu seketika mengobati sembari menempelkan plester.

"Kakak ganteng banget. Kenalin namaku Stella usia tujuh tahun." Anak perempuan itu terlihat sangat bahagia sembari tersenyum ramah kepada sosok yang ia tidak kenal sama sekali.

"Terima kasih. Namanya cantik banget. Stella kamu udah di sini berapa lama?"

"Udah lama kakak ganteng."

Justin mendengar hal itu seketika menurut mulut sembari berharap Tania mau mengadopsi gadis mungil dihadapan kini. Sebab, Justin sangat ingin memiliki adik perempuan sekaligus bisa menjadi penggantinya. Namun, secara tiba-tiba Tania keluar bersama wanita paruh baya berambut keriting.

"Justin, ayo kesini. Tante Widya mau ngomong sesuatu?" Panggil Tania kepada remaja yang tampak asyik berbincang-bincang dengan Stella gadis yang telah ditinggal orang tuanya ketika masih bayi.

"Iya, mama." Justin tentu saja melepas genggaman Stella dan segera menghampiri Tania sekaligus memberi salam kepada tante Widya.

"Tania, udah besar saja dia. Padahal terakhir saya lihat masih kecil banget. Ini Jordan,'kan?"

"Bukan, dia Justin saudara kembarnya Jordan."

"Mama, Justin pengen adik. Tolong adopsi Stella biar Justin bisa main bareng. Soalnya Justin suka banget sama dia."

Tania mendengar hal itu seketika tidak menyangka Justin bisa jatuh hati pada salah satu anak di panti asuhan ini. Sebab, Tania juga sebenarnya pengen mengadopsi Stella lantaran merasa kasian terhadap gadis cantik itu.  Tania tentu saja menyetujui permintaan Justin sedangkan Widya tampak sangat bahagia.

Sebab, akhirnya Stella bertemu keluarga baik sekaligus bakal punya kakak yang super perhatian.  Beberapa saat kemudian, Tania bersama Justin membawa gadis kecil itu ke sebuah rumah berlantai dua. Sorot Stella seketika tertuju ke arah ruangan yang tampak sangat mewah  dan Justin memutuskan ke kamar.

***

Di kamar Justin segera meminum obatnya sekaligus tidur siang lantaran tubuhnya terasa sangat lelah.  Namun, ketika hendak memejamkan mata Stella menghampiri Justin sembari membawa beberapa makanan ringan. Stella tentu saja membangunkan Justin berniat mengajaknya main.

"Kak Justin, ayo buruan bangun temenin Stella di taman." Gadis kecil itu menggerak-gerakkan tubuh Justin untuk segera bangkit dari tempat tidur dan terpaksa Justin mengurungkan niatnya untuk tidur.

"Dek, kak Justin lagi lelah banget. Tolong minta Jordan untuk nemenin main!"

"Stella, nggak mau apalagi dia kelihatan galak. Mending sama kak Justin yang baik hati dan tidak sombong."

"Dasar bocil kurang ajar." Jordan seketika berteriak lantang kepada Stella anak menyebalkan yang telah menjadi bagian keluarganya. "Ayo main sama kak Jordan. Lagian Justin sedang nggak enak badan!"

Jordan tentu saja menarik kerah Stella layaknya membawa sebuah koper sedangkan Justin memutuskan tidur. Stella tentu saja mengikuti sosok berwajah mirip dengan Justin tapi entah mengapa lebih menyukai Justin daripada Jordan. Namun, secara tiba-tiba Tania membuka pintu sembari membawa sesuatu.

"Jordan, tolong bantuin mama. Karna mama mau nengok Justin. Soalnya kayak kelelahan banget?" Tania berkata sembari menyerahkan sebuah kotak dan memintanya meletakkan di ruang keluarga.

"Justin udah tidur. Mending melakukan pekerjaan lain. Ini Jordan mau temenin Stella main. Karna tadi merengek kepada Justin, jadi terpaksa Jordan bawa."

"Lagian Stella juga nggak minta." Gadis berkepang dua itu segera menuju ke halaman seorang diri dan Jordan tentu saja mengikuti Stella hingga sampai dekat kolam renang sedangkan Tania menuju ke kamar Justin.

Tania seketika menghampiri sosok yang memejamkan mata sesekali mencium kening Justin dan ia ikut berbaring di sana. Tania segera menyelimuti tubuh Justin hingga sampai leher sedangkan dia menatap ke arah pigura. Sebab, Tania juga sangat merindukan anak pertamanya yang telah meninggal dunia.

Namun, secara tiba-tiba bik Tinah memanggil-manggil nama majikan lantaran kedatangan tamu. Tania segera mengikuti langkah bik Tinah hingga sampai di ruang tamu dan sorot mata Tania seketika ke arah wanita paruh baya bersama seorang laki-laki. Dia merupakan ibu Tania sedangkan pria itu adik kandungnya.

"Tumben sepi. Anak-anak pada kemana. Padahal Oma kangen sama Jordan dan Justin?"

"Jordan di halaman sedangkan Justin tidur.  Tumben Oma kesini. Memangnya ada perlu apa."

"Memangnya nggak boleh. Tania, Oma mau menginap di sini selama empat hari. Padahal masih siang kenapa Justin tidur." Wanita bernama Oma Dewi  tentu saja terkejut mengetahui cucu hampir nggak pernah tidur siang.

"Oma, Justin lagi nggak enak badan. Apalagi dia baru sembuh dari sakit. Jadi membutuhkan banyak tidur."

"Tania, kamu sebenarnya bisa nggak rawat anak. Kalau memang nggak bisa Justin biar Oma urus."

Tania seketika langsung terdiam lantaran ia tau ibunya itu sangat menyukai Justin sampai selalu di manja. Namun, ada kalanya Oma Dewi juga menyayangi Jordan, tapi secara tiba-tiba Jordan memasuki bersama Stella. Jordan tentu saja memeluk tubuh neneknya dengan sangat erat.

***

Seorang remaja mengenakan blazer melangkah ke pekarangan Galaxy High School,sontak kedatangan membuat kehebohan seluruh sekolah. Pasalnya cowok paling populer di sekolah pada akhirnya kembali. Namun, Justin tidak menanggapi teriakan semua orang yang terdengar nyaring di sana.

"Justin, Lo kenapa main nyelonong aja." Jordan berteriak kepada remaja berambut hitam sembari berlarian dan akhirnya menyentuh bahu Justin.  Remaja itu tentu saja menoleh ke arah Jordan.

"Memangnya ada apa. Tumben Lo manggil gue. Biasanya,'kan sombong banget." Justin berkata sembari memandang sorot mata Jordan sedangkan Jordan menyerahkan sesuatu kepada adik kecilnya itu.

"Gue di suruh mama buat ngawasin Lo. Walaupun kita beda kelas. Pokoknya Lo kemana-mana harus sama gue!"

"Apaan sih. Lagian gue udah besar. Masak iya Lo mau ikut saat gue kencan. Mending, Lo cari kerjaan lain gitu."

Namun, secara tiba-tiba Zaskia datang. "Jordan, apa yang telah merasuki Lo. Tumben baik sama Justin. Biasanya,'kan Lo selalu menjauhi Justin!" katanya sembari tersenyum manis kepada remaja itu.

"Btw, Ayana udah punya pacar. Soalnya, gue mau nembak dia. Zaskia gue minta tolong sama Lo?"

Zaskia memutuskan mengatakan bahwa Ayana belum memiliki kekasih dan menyanggupi permintaan Jordan. Sebab, Ayana sangat ingin memiliki kekasih jadi ia hendak mengenalkan Jordan kepada cewek pemilik tinggi badan 166 cm. Zaskia segera membagikan kontak Ayana kepada Jordan.

"Makasih, Zaskia tolong Lo jaga Justin. Awas kalau lecet Lo gue pukul?"

"Jordan, padahal Lo cowok. Tapi kok cerewet banget. Nggak kayak Justin dingin banget. Untung gue mencintainya."

Justin mendengar hal itu seketika sifat jahilnya keluar dan hal yang Zaskia benci ketika pipi tembemnya menjadi sasaran empuk. Padahal, Zaskia selalu merawat tapi Justin selalu mencubit sampai memerah. Namun, Zaskia sebenarnya nggak masalah lantaran ia juga selalu mengerjai Justin.

Eternally yours (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang