Mimpi buruk yang berulang

1K 22 0
                                    


"LARI GADIS KECIL! LARI!!"

Gadis itu terus berlari, suara derap kaki di belakangnya perlahan terdengar semakin mendekat. Ia terus berlari dan berteriak meminta tolong, suara teriakannya bergema di sekeliling ruangan tersebut.

Gelap dan sunyi. Gadis itu menyadari tidak ada siapa pun di sini, tidak akan ada yang mendengarnya. Suara langkah kaki yang mengejarnya terdengar berat dan mengerikan. Air mata gadis itu merebak, membuat pandangannya matanya kabur. Ia harus terus berlari, jika tidak ia mati.

Kakinya mulai lemas dan perih, gadis itu terjatuh. Terdengar suara tawa di belakangnya, tawa kematian.Keringat deras mengucur di pelipis perempuan itu, nafasnya tersengal tidak teratur, mimpi itu lagi.

Wajah anak kecil yang basah karena menangis ketakutan. Ia mencoba mengatur nafasnya yang semakin tidak terkendali, tangannya mengepal, matanya membelalak. Suara teriakan yang sama disusul suara jeritan.

Perempuan itu meremas rambutnya, seolah dengan begitu ia dapat menghilangkan mimpi itu dari pikirannya. Mimpi itu terasa nyata, ia seolah hidup. Londa menurunkan tangannya dan meremas kuat selimut yang berada di sebelahnya, dan bergumam tidak jelas.

Ia mengangkat kepalanya perlahan, dan memandang ke sekeliling kamarnya yang gelap dan sunyi. Londa menundukkan kepalanya, menangis.

Londa bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah dapur, menuang air ke gelas dan meneguknya. Perempuan itu menghela nafas panjang dan kembali menuang air ke gelas yang dipegangnya dan meneguknya. Jam dinding di dapurnya menujukan pukul tiga lewat sepuluh menit

"Masih terlalu pagi untuk berangkat bekerja Londa" gumamnya pada diri sendiri.

Ia lalu berjalan ke arah ruang tamu yang bersebelahan dengan dapurnya. Londa tinggal di sebuah apartemen kecil yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu serta dapur dan tempat pencucian baju.

Ruang tamu dan dapurnya sendiri dibuat bersebelahan. Londa menyalakan lampu ruang tamunya, terlihat beberapa lukisan yang dia beli dari seniman jalanan terpajang di tembok ruang tamunya,

Di sisi lain terdapat hiasan dari kayu kayu berbentuk salib yang dipasang tepat di atas televisi miliknya. Warna cat di ruangan itu pun terlihat baru, Londa memang sengaja mencat kembali ruangan tersebut dengan warna putih dan menggambarnya dengan gambar karikatur seorang malaikat.

Tepat di pojok ruangan terlihat lemari penyimpanan berwarna hitam di samping sofa berwarna biru yang diletakan berhadapan dengan televisi di ruangan itu. Ia menjatuhkan diri di atas sofa tersebut dan mengambil remote yang tergeletak di sana.

Ia mengarahkan ke arah pemutar lagu dan speaker yang ditempatkan bersebelahan dengan televisi miliknya, lalu menekan tombol merah di remote yang dipegangnya.

Tidak berapa lama terdengar instrumen musik dari benda tersebut. Londa menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya mencoba untuk kembali tidur.


Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang