Peran Kematian

77 6 0
                                    

Londa tersenyum melihat foto yang dikirimkan Ethan padanya, sebuah foto koran lokal yang berisi pengumuman nama-nama mereka yang mendapatkan peran.

"Masih ada waktu untuk memikirkannya kembali Londa"

"Tidak ada yang perlu dipikirkan Ethan" balas Londa dalam pesan yang dikirimkannya. Londa kembali mengetikan sesuatu di layar telepon genggamnya 

 "Sudah dulu Ethan aku harus latihan sekarang!"

Londa bergegas mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas, lalu menaruhnya ke dalam loker pribadinya dan menguncinya dari luar. Pengumuman nama-nama pemain beserta perannya telah diberitahukan sejak dua hari yang lalu. 

Ia sengaja tidak memberitahu Ethan karena ia tahu meskipun Ethan mendukungnya, namun pria itu masih berharap Londa membatalkan rencananya. 

Perempuan itu menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya memasuki aula tempat para pemain berlatih. Para pemain terlihat berkumpul di sisi kanan panggung, terdengar suara tawa dari para pemain yang duduk berkelompok. 

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling panggung mencari tempat untuknya melakukan pemanasan. Beberapa pasang mata diam-diam mengawasinya

Gadis itu tahu bahwa terpilihnya ia menjadi pemeran utama membuat beberapa para gadis populer membencinya, bukan hanya karena keuntungan karir yang akan didapatkannya di masa depan nanti.  

Tetapi juga kesempatan untuk menjadi lawan main Calvin Elder, aktor tampan yang namanya sedang naik daun saat ini, tidak hanya itu kepiawaiannya dalam bermain peran membuat dirinya sering kali mendapat penghargaan sebagai aktor terbaik.

"Dasar gadis-gadis bodoh, apa mereka tahu aku telah menyelamatkan hidup mereka dengan tidak membiarkan mereka menjadi pemeran utama" gerutu Londa kesal.

Ia mengambil tempat tepat di sebelah seorang Pria yang tingkahnya terlihat kikuk, Londa tersenyum sekilas ke arah pria itu. Ia mengingat baik pria ini karena ia satu-satunya yang tersenyum saat Londa melihat ke arahnya. 

Tidak ada yang menyukai pemeran utama dalam kehidupan nyata, Londa telah tahu soal itu sejak awal. Sejak ia berhasil meraih menjadi juara di kelasnya sewaktu sekolah, tidak ada yang benar-benar menyukainya. 

Semua orang menganggap Londa adalah pesaing mereka dan pesaing artinya musuh. Londa melipat tangan kanannya ke belakang punggung, mula melakukan pemanasan.

"Gertie Lolanda" terdengar sebuah suara memanggilnya

"Ya!" sahut Londa seraya berbalik.

Tampak di depannya sosok laki-laki muda berwajah tampan berdiri menatapnya dari atas kepala hingga ke bawah kakinya. Laki-laki itu mengenakan kaos berwarna putih yang sedikit longgar, dengan celana berbahan kain yang juga sama longgarnya. 

Rambutnya yang ikal tampak sedikit berantakan, terlihat kantung mata di kanan dan kiri bawah matanya, pandangannya tidak lepas dari wajah Londa dan mulutnya tampak sibuk mengunyah permen karet.

"Jadi kau yang akan menjadi Juliet kali ini"  Seketika semua mata tertuju ke arah laki-laki itu lalu pindah ke arah Londa

 "Yap! betul" Sahut Londa ragu, pria itu berjalan mendekati Londa

"Senang bertemu denganmu Juliet" ucapnya sambil mengambil tangan Londa dan mengecupnya. 

Terdengar suara pekikan tertahan, Londa yang tidak menyangka pria itu akan melakukan itu di hari pertama mereka bertemu, berusaha bersikap tenang

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang