Romeo & Juliet

68 7 0
                                    

Ruangan teater tampak penuh oleh para penonton yang hadir, Londa mengintip melalui balik tirai panggung, ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya keras.

"Bagaimana ini, kenapa yang datang menonton banyak sekali" gumamnya panik

"Kau tidak perlu khawatir Londa" Londa menoleh dan melihat Stanley telah berdiri di sampingnya

"Kekhawatiran hanya akan membuatmu bertambah gugup, tenanglah yakinkan dirimu bahwa semua akan baik-baik saja" tambah Stanley, Londa mengangguk, meskipun ia sedikit terkejut dengan banyaknya kata-kata yang keluar dari mulutnya tadi, tidak sseperti biasanya.

"Terima kasih Stanley" Ucap Londa tulus, Stanley mengangguk

"Aku harus bersiap-siap sekarang" jelas Stanley 

 "Oh iya kurangi minum kopi saat pertunjukan karena hanya akan membuat kau semakin gugup" Londa mengangguk tersenyum

Londa kembali melanjutkan pemanasannya, pikirannya begitu berkecamuk. Gugup bercampur takut. Malam ini adalah malam pertaruhannya. Ia tidak boleh mati sebelum menemukan pembunuh itu. 

Kapten Meyers telah memerintahkan bawahannya untuk mengawasi tempat itu kalau-kalau ada yang mencurigakan. Hal itu tetap saja tidak membuat kekhawatiran Londa berkurang, Ia tidak dapat berpikir jernih sekarang. Londa menarik nafas dalam-dalam mencoba mengusir kegugupannya, ia benar-benar takut.

Tidak jauh dari tempat tersebut, tampak Dean mengawasi Londa di kejauhan. Ia terlihat tenang, meskipun begitu ia sangat mengkhawatirkan gadis itu. Ia benar-benar takut jika gadis itu mati. Dean telah bekerja sama dengan Ethan untuk mengawasi bangku penonton. Ethan sendiri duduk di bangku penonton dengan Frank. 

Wajah Frank tampak khawatir, meskipun Ethan telah menjelaskan semua yang direncanakan Londa selama ini. Ia tidak dapat mencegah rencana Londa karena hanya akan membuat semua rencana mereka berantakan. Frank hanya berharap perempuan itu tidak melakukan tindakan bodoh.

"Gertie akan baik-baik saja Frank " 

Ethan mencoba menenangkan, wajah Frank terlihat begitu tegang. Ethan sangat mengerti kekhawatiran yang dirasakan pria ini. Ia begitu mencintai Londa seperti anaknya sendiri. Ia tidak akan tinggal diam melihat siapa pun menyakiti gadis itu. 

Tiga orang laki-laki yang mencintai Londa sedang berharap-harap cemas mengenai nasib perempuan itu, perempuan keras kepala yang sedang mempertaruhkan nyawanya demi menangkap seorang pembunuh berantai.


---


"Juliet bangunlah dari tidurmu. Aku telah membawa bunga cinta untukmu" 

Calvin melangkah mendekati Londa yang sedang terbaring di atas ranjang. Emma Anstey yang berperan sebagai Alexandria berjalan mendekati keduanya

"Romeo. Nona Juliet seperti ini sejak 3 hari lalu" 

Jenny yang berperan menjadi Elisabeth melanjutkan 

"Ia belum sadar hingga kini. Kata dokter. Ia sebenarnya sudah meninggal"

"Ini tidak mungkin. Juliet tidak mungkin mati. Ia tidak mungkin pergi meninggalkanku. Juliet pasti kelelahan menungguku." Calvin berteriak histeris dan memegang tangan Londa erat

"Tidak. Nona sudah meninggal. Tak ada lagi yang bisa kau lakukan" tambah Jenny lagi

"Wajahnya masih terlihat cantik" tangan Calvin membelai Londa lembut

"Kami hanya sengaja merawat nona Juliet untukmu. untuk melihat juliet yang terakhir kali." Tambah Emma

"Kami akan meninggalkan kalian berdua" Emma dan Jenny pun pergi meninggalkan panggung. Calvin kembali menangis histeris

"Jika seperti ini. Aku akan meminum racun ini untuk menjemput juliet disana. Akan aku bawa cinta putih ini. Tak ada gunanya aku hidup tanpa Juliet."

Calvin meneguk cairan yang dalam botol yang dipegangnya. Calvin pun jatuh terbaring di samping Londa. Terjadi keheningan sesaat, semua mata menatap ke arah panggung, menunggu juliet untuk bangun tidak terkecuali Calvin yang sedang berpura-pura mati di sebelahnya.

Dean dan beberapa pasang mata yang mengawasi mulai merasa was-was, mereka benar benar takut jika Londa diracuni di depan mata mereka sendiri. Semua mata pun menunggu. Hingga akhirnya Londa bangun, Dean dan beberapa petugas lainnya menghela nafas lega.

"Romeo, kekasihku. Mengapa kamu meninggalkanku?" Londa mengguncang-guncangkan tubuh Calvin.

"Aku tak bisa hidup tanpamu" Londa menangis tersedu-sedu 

"Aku akan menyusulmu" ucapnya lagi seraya mengambil botol di tangan Calvin dan meneguknya.

Terdengar instrumen musik mengiringi kematian mereka. Penonton berdiri bertepuk tangan. Tiraipun ditutup. Pertunjukkan selesai. Calvin bangkit dari tidurnya dan menarik Londa bangun, namun Londa mematung

"Hei Londa!" panggil Calvin lagi 

Londa tidak bergeming. Wajah Calvin sektika pucat, ia pun menggendong Londa dan berlari membawanya ke belakang panggung.

"TOLONG SIAPA PUN SELAMATKAN DIA!!"

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang