Taman yang ramai tadi telah sepi, konferensi pers sore itu telah selesai, para wartawan telah membubarkan diri sejak tadi. Hanya tersisa beberapa orang termasuk Londa dan Carter Walton yang sedang memasukan beberapa peralatannya ke dalam tas.
Londa menghentikan kegiatannya ketika tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sosok wanita yang seperti tidak asing baginya.
"Carter, aku masih ada urusan kau kembalilah ke kantor terlebih dulu " Pamit Londa pada Carter
"Kau mau kemana? Aku bilang apa jika David menanyakanmu"
"Terserah!" teriak Londa sambil berlari menjauh.
Mata Londa terus mencari sosok wanita itu sampai akhirnya ia menemukan wanita itu sedang berdiri membeli beberapa tangkai bunga
"Nyonya Gibson" panggil Londa
"Ya" sahutnya seraya menoleh ke arah Londa "Apakah aku mengenalmu?" wanita itu memandangnya bingung. Londa tersenyum.
Suasana cafe itu terlihat tenang, angin berhembus pelan. Mereka duduk di dalam sebuah cafe bergaya eropa kuno dengan dinding batu bata yang klasik. Sebagian besar pelanggan yang datang adalah pria dan wanita tua.
Mereka berdua mengambil tempat duduk dibangku yang berada dekat dengan jendela dengan sebuah meja berbentuk kotak di depannya. Nyonya Gibson memesan secangkir teh untuk dirinya dan kopi hitam untuk Londa
"Jangan lupa kuenya Henry" pelayan itu tersenyum mengangguk, dan pergi meninggalkan mereka berdua
"Cafe ini salah satu cafe favoritku sejak aku masih muda dulu " wanita tua itu tersenyum dan memandang ke sekeliling cafe.
"Setiap kali hari libur, aku selalu menyempatkan diri untuk menikmati secangkir kopi dari cafe ini " tambah perempuan itu tersenyum.
Minuman yang mereka pesan datang. Nyonya Gibson mempersilahkan Londa untuk mencicipi kopinya
"Enak " Ucap Londa setelah meneguk perlahan kopinya
"Ya, kau harus mencoba rotinya, roti buatan kafe ini tidak ada bandingnya" bisik perempuan
"Pasti nyonya" balas Londa tersenyum. Nyonya Gibson meneguk tehnya perlahan.
"Saya turut berduka cita atas kematian Tuan Wade, Nyonya Rebecca" Wanita tua itu hanya mengangguk dan meneguk kopinya
"Sudah sebulan berlalu, namun rasanya seperti baru kemarin"
"Apakah kau tahu sejak kapan Tuan Wade menderita penyakit jantung?"
"Sejak saya bekerja untuknya, sepuluh tahun yang lalu, Tuan Wade telah menderita penyakit itu Nona" jelas wanita tua itu lembut.
Beberapa helai rambut putihnya bergerak karena tertiup angin. Wanita itu memiliki tubuhnya yang tinggi dan berisi, rambutnya yang dicat hitam di gulung ke belakang, layaknya wanita tua inggris pada umumnya. Terlihat beberapa keriput di wajahnya saat ia tersenyum
"Pada malam kejadian Tuan Wade meninggal, apakah dia sedang tidak sehat?"
"Tidak Nona, Tuan Wade terlihat sangat sehat, ia selalu rutin meminum obatnya tidak terkecuali saat dia bermain teater" jelas wanita itu yakin
"Tuan sangat menyukai Teater, dia bahkan keluar dari pekerjaannya dan memutuskan menjadi Konsultan keuangan pribadi agar bisa dapat bermain teater" kenang wanita itu
"Saya masih tidak percaya Tuan Wade pergi begitu cepat " Wajah wanita tua itu berubah muram. Londa terdiam sesaat, memberi waktu wanita itu mengenang sebelum akhirnya kembali bertanya
"Apakah hari itu Tuan Wade membawa obatnya?"
"Ya nona, Tuan tidak pernah lupa membawa obatnya, aku selalu mengingatkan dia untuk membawa obatnya" jawab wanita cepat
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertunjukan Terakhir
Misteri / ThrillerSeorang pemain teater tewas tertimpa lampu saat pertunjukan. Tidak ditemukan unsur kesengajaan dalam peristiwa tersebut. Dua minggu sebelumnya, pemain lain mati karena serangan jantung di panggung. Londa seorang wartawan majalah gosip, melihat kega...