Kematian Lainnya

207 17 0
                                    

Suara televisi terdengar dari ruang tengah rumah itu, bersamaan dengan itu suara piring beradu dengan sendok dan suara oven dimatikan terdengar dari arah dapur. Ethan sendiri sedang sibuk mencoba resep kue baru di dapurnya. 

Seperti kebanyakan dapur –dapur modern lainnya, berbagai perlatan dapur dan bahan makanan terlihat berjejer rapih di dalam lemari penyimpanan yang dibuat sepanjang tembok dapur. Tepat di bawahnya terdapat meja serta kompor elektrik dan juga oven listrik berukuran besar.

Ethan adalah pemilik dari beberapa toko roti di kota itu, rambut ikalnya yang berwarna coklat dan sedikit panjang selalu tampak berantakan dan menutupi matanya. 

Pria itu memindahkan kue yang baru saja diambilnya dari dalam oven ke dapur bersih yang tidak jauh dari dapur tempatnya memasak, ketika seseorang menekan bell rumahnya dengan tidak sabar. 

Dengan perlahan ia meletakan roti yang baru matang itu ke atas piring. Bell kembali berbunyi.

"Sebentar!! "  Teriaknya sambil berjalan ke pintu depan setelah.

Ia membuka pintu dan terkejut ketika melihat wajah yang muncul di balik pintu tersebut

"Londa?" Seru Ethan terkejut

"Ethan?" Balas Londa jengkel sambil berjalan menerobos masuk

"Apa yang kulakukan?" Ethan memandangnya bingung

"Aku kesini setiap hari, kenapa wajahmu terkejut melihatku datang" 

Londa mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan

"Tingkahmu aneh sekali, apa kau sedang menyembuyikan seorang Wanita?" Matanya memandang Ethan curiga

"Wanita apanya? Aku hanya heran apa yang kau lakukan sepagi ini? Apa kau tidak bekerja?"

 Londa tidak menjawab ia berjalan ke arah ruang tamu, mengambil remote dan menyalakan televisi di depannya

"Apa kau dipecat dari pekerjaanmu?"

"Ya aku harap begitu, tapi David tidak melakukannya, belum lebih tepatnya" jawab Londa tidak peduli

"Lalu apa yang kau lakukan sepagi ini di rumahku?" 

Londa tidak menjawab, hidungnya tampak bergerak seperti mengendus sesuatu

"Kau sedang membuat roti? Harum sekali" ujarnya mengabaikan pertanyaan Ethan

"Aku baru saja membuat roti"

"Sepertinya lezat" Ujarnya tersenyum lebar

"Aku akan menyiapkannya untukmu"

"Baiklah jika kau memaksa" 

Ethan meringis kesal dan meninggalkan Londa yang telah menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.

Tidak berapa lama Ethan muncul dengan piring berisi roti yang telah dihias dengan potongan buah dan selai di atasnya. 

Ethan menaruh piring berisi roti itu di hadapan Londa. Londa tidak bergeming, matanya menatap lurus kearah televisi.

"Kau harus mencobanya, aku baru saja mencoba menu baru" 

Londa tidak menyahut, sesekali ia bergumam saat menonton adegan film di depannya. Ethan mengambil remote di tangan Londa dan mengganti channel di depannya.

"HEI!" 

Londa baru saja akan mengomel ketika sebuah berita tentang kematian pemain teater muncul. Londa terdiam sesaat, matanya menatap lurus ke arah televisi.

"Aktor berumur 38 Tahun ini ditemukan merenggang nyawa saat memainkan perannya dalam pertunjukan theater tadi malam. Polisi masih menyelidiki penyebab kematian sebenarnya, namun kuat dugaan kematian Toby Dawson disebabkan kegagalan pernafasan"

"Bunuh diri"

"Bunuh diri .. theater.." guman Londa dahinya berkerenyit

Ethan memperhatikan perubahan di wajah Londa. Ia seperti mengingat-ingat sesuatu sambil terus berguman tidak jelas.

"Ada apa Londa?" tanya Ethan khawatir.

Londa tidak menjawab, ia bangkit dari tempat duduknya dan tidak berapa lama kembali dengan laptop di tangannya, lalu mulai mengetikan sesuatu di laptopnya

"Kejadiannya jika tidak salah sekitar satu bulan yang lalu"

Telunjuk Londa sibuk menekan tombol mouse di tangan sebelah kanannya, Londa mengereyitkan dahi setiap membaca tulisan yang muncul. 

Wajah Ethan terlihat bingung dan tidak mengerti apa yang sedang dilakukan perempuan ini.

"See" 

Londa membentangkan tangannya ke arah layar laptop di depannya

"Tom Morris pemain theater meninggal karena tertimpa lampu panggung saat sedang tampil di sebuah pertunjukan teater" 

Ethan membaca berita online yang mucul di layar laptop Londa.

"Mengerikan" guman Ethan 

"Kecelakaan memang dapat terjadi di mana pun termasuk di panggung pertunjukan"

"Mereka memang mengatakan begitu, dan tidak ada yang mengatakan sebaliknya"

"Maksudmu?" kening Ethan berkerut

"Aku yakin jika mereka semua dibunuh Ethan" tebak Londa yakin

"Kau tahu, kau harus mulai menghentikan kebiasaanmu menonton film-film detektif itu, tidak baik untuk kesehatan mentalmu Londa" ujar Ethan serius

"Selain keduanya adalah orang yang mati dalam pertunjukan, mereka juga berperan sebagai karakter yang mati dalam pertunjukan" Lanjut Londa menghiraukan perkatan Ethan

"Hanya kebetulan Londa" 

 Ethan memundurkan badannya, dan mengambil roti yang tadi dibuatnya.

"Tidak ada yang namanya kebetulan Ethan" protes Londa

"Terlalu pas untuk dikatakan kebetulan, kau tahu setiap pembunuhan berantai selalu memiliki pola" 

Londa mengambil roti dari tangan Ethan dan memakannya, Ethan tampak jengkel.

"Baiklah anggap ini bukan kebetulan"  

Ethan bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan ke arah dapur

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanyanya seraya mengambil sebotol susu segar dan membukanya lalu menuangkannya ke dalam gelas.

"Aku harus menyelidikinya" jawab Londa

"Londa, negara ini punya polisi hebat yang akan menanganinya, lagipula kalaupun memang ini kasus pembunuhan. Para polisi juga dan detektif kota ini juga akan menemukannya"  

Ethan meneguk susu di tangannya.

"Tidak akan ada yang bisa kau lakukan Londa"  

Londa menghela nafas berat, dan memandang Ethan sesaat

"Aku akan tetap menyelidikinya Ethan, aku akan buktikan padamu bahwa yang kukatakan itu benar" Putus Londa kesal

Ethan tidak menjawab ia hanya mengangkat bahu dan kembali berkata

"Aku harap kau salah, karena itu akan menjadi sesuatu yang mengerikan Londa" 

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang