Makan Malam

114 12 0
                                    

Hujan turun mengguyur kota itu, Londa turun dari taxi yang membawanya dan bergegas masuk ke dalam restoran tersebut. Salah seorang pelayan tersenyum ke arahnya dan mempersilahkannya masuk. Melewati pintu depan seorang resepsionis menyapanya

"Meja nomor 10 nona" ujar resepsionis itu

"Tuan Frank telah menunggu Anda" wanita muda itu kembali tersenyum, kali ini sedikit berlebihan saat menunjukkan meja yang dimaksud dengan caranya memandang

Londa melihat setangkai mawar merah di meja wanita tersebut di taruh di dalam sebuah gelas berisi air, masih segar dan baru. Seseorang baru saja memberikannya padanya dan Londa tahu siapa yang memberikannya.

Frank melambai dari mejanya, malam itu ia mengenakan kaus berwarna hitam dengan kardigan berwarna hitam di luarnya. Janggutnya baru saja dicukur terlihat dari sisa-sisa bekas rambut di wajahnya. 

Rambutnya dibiarkan setengah basah. Ia duduk tegap dengan sebuah buku di pangkuannya. Frank memiliki semua sikap seorang gentleman perlukan.

"Berhentilah memberi harapan pada wanita di depan itu frank" Londa duduk begitu tiba di meja Frank 

"Kau hanya akan mematahkan hatinya "

"Aku hanya memberikan dia bunga dan dari mana sikap burukmu itu? bukankah kau harusnya menyapaku dan bukan membahas orang lain" Protes Frank melihat Londa langsung meneguk minuman di mejanya begitu ia duduk.

"Aku haus" jelasnya setelah selesai meneguk habis air putih dari gelas yang dipegangnya.

Londa berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri Frank. Frank mencium pipi Londa dan memeluknya erat.

"Lepaskan Frank, orang akan mengira kalau aku adalah gadis simpananmu" bisik Londa ketika Frank tidak langsung melepas pelukannya.

"Aku pikir mereka akan mengira aku adalah seorang kakak yang rindu pada adiknya" Jelas Frank tanpa memedulikan protes Londa.

"Kau terlalu tua untuk menjadi kakakku dan terlalu muda untuk menjadi ayahku" Balas Londa di telinga Frank

"Lagi pula aku tidak ingin direpotkan dengan wanita-wanitamu, seperti wanita bergaun putih itu, dia menatapku tajam sejak tadi seolah-olah ingin menerkamku" Jelas Londa, Frank melepaskan pelukannya.

"Baiklah" Frank kembali ke tempat duduknya 

"Kau ingin makan apa?" Frank membuka buku menu yang berada di depannya.

"Pasta" Ujar Londa seraya menutup buku menu di tangannya

Frank mengangkat tangannya ke udara dan memanggil salah satu pelayanan yang berdiri tak jauh dari meja mereka. Setelah menyebutkan makanan yang mereka pesan, pelayanan itu dengan sigap mengambil buku menu keduanya dan pergi meninggalkan Londa dan Frank

"Jadi bagaimana harimu? menyenangkan menjadi seorang wartawan?" tanya Frank

"Rasanya seperti ingin gila, aku heran apa serunya mengetahui kehidupan orang lain?"

"Mungkin dengan begitu mereka merasa hidup mereka lebih baik"

"Alasan konyol macam apa?" Londa menatap Frank heran

"Melihat orang yang sukses namun hidupnya menderita membuat sebagian orang merasa hidupnya lebih baik, dengan begitu mereka tahu bahwa mereka bukan satu-satunya orang yang hidupnya menyedihkan" Londa mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk setuju.

"Lalu apa alasanmu tetap bertahan di sana?" Frank menatapnya penuh tanya

"Aku ingin menjadi wartawan kriminal Frank dan itu membutuhkan seorang wartawan yang berpengalaman" Frank mengangguk mengerti.

"Aku akan mendukungmu meskipun terasa aneh untukku, apakah mereka tidak akan masalah dengan latar belakang perusahaan tempat kau bekerja? ya kau tahu majalah gosip"

"Ya, setidaknya aku mencoba" Tidak berapa lama makanan yang mereka pesan datang

"Omong-omong tempat ini tidak berubah sejak terakhir aku ke sini" 

Londa memandang sekeliling restoran bergaya eropa klasik itu, benar-benar selera Frank. Frank mengangguk seraya memasukkan potongan daging ke mulutnya.

"Itu kenapa restoran ini selalu menjadi restoran favoritku" Londa ikut mengangguk dan memasukkan sesendok pasta ke mulutnya.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Frank sambil memasukkan kentang goreng ke mulutnya, Londa menghentikan makannya

"Ada apa? aku tidak mengerti maksudmu" Londa mengangkat bahunya dan kembali makan

"Aku tahu kau Gretie, bukan tanpa alasan kau mengajakku makan malam hari ini, meskipun tetap aku yang membayar tagihannya" Frank telah mengenalnya dengan baik sejak lama.

"Aku ingin meminta sesuatu darimu Frank" Londa terdiam sesaat sebelum akhirnya melanjutkan "Ajari aku bermain teater?"

Frank menghentikan makannya dan menatap Londa sesaat

"Baiklah dengan satu syarat kau kembali tinggal denganku"

"Sampai kapan?"

"Selamanya"

"No Frank, itu tidak mungkin"

"Setahun"

"Tidak"

"Enam bulan"

"Tiga bulan"

"Enam bulan"

"Tiga bulan Frank"

"Baiklah tiga bulan " Ujar Frank menyerah

"Kau tidak bertanya alasanku memintamu melatihku?"

"Tidak perlu, kalaupun kutanyakan aku yakin kau tidak akan menjawab bukan?" Frank menjawab santai

"Lagi pula kau pasti punya alasan kuat untuk itu dan untukku, kau mau tinggal bersamaku itu sudah cukup" Londa tersenyum dan bangkit dari tempatnya duduk lalu memeluk Frank

"Hei hati-hati... Kali ini mereka akan benar-benar menyangka kau gadis simpananku Greetie" Londa tertawa dan melepaskan pelukannya

"Jadi kapan kau akan pindah?"

"Secepatnya" Sahut Londa semangat

"Aku akan menghubungimu nanti" Frank menganguk dan mereka pun melanjutkan makan malam mereka

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang