Ruang bersekat dan janji masa lalu

83 8 0
                                    

Ruangan itu tidak asing baginya, ruang dengan banyak sekat dan laki-laki serta perempuan berseragam di dalamnya. Dulu sewaktu ia kecil ia sering kali berkunjung ke tempat ini memperhatikan setiap orang bekerja, namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam sebuah pantry atau ruang kerja kosong dengan membaca buku hingga akhirnya tertidur dan biasanya ia akan terbangun keesokan paginya di dalam kamarnya yang hangat. 

Petugas yang membawanya tak berapa lama muncul dengan seseorang pria setengah baya di sebelahnya. Pria itu mengenakan Jas berukuran pas berwarna abu-abu dengan kemeja putih di dalamnya. Rambutnya disisir rapih ke belakang. Matanya tajam.

"Perkenalkan Nona Gertie Lolanda, Nona ini kapten Leslie Meyers" Kapten Leslie mengulurkan tangannya pada Londa

"Panggil saya Londa Kapten" ujar Londa seraya menyambut uluran tangan pria paruh baya itu seraya tersenyum dan mengamati.

Kebiasaan yang sering kali tidak disadarinya saat ia bertemu dengan orang baru dan Londa tahu betul pria yang telah berpengalaman bertahun-tahun dalam pekerjaannya itu sedang mencari tahu tentangnya dari apa yang dilihat dan dikenakan Londa. Londa tahu itu karena ia pun melakukannya.

"Silahkan duduk" dengan ramah pria itu mempersilahkannya duduk di salah satu kursi di depan sebuah meja panjang yang berada di ruang tersebut. Ruang tunggu polisi.

Kapten Leslie mengambil kursi yang berada di seberangnya, ia pun duduk. Kedua tanganya terlipat di atas meja yang ada di hadapannya.

"Jadi Nona Londa, kami memanggil Anda kesini untuk mencari informasi mengenai apa yang Anda selidiki" jelas Kapten Leslie tanpa berbasa-basi

"Saya tidak mengerti maksud Anda kapten" Londa membetulkan posisi duduknya, kapten itu tahu pertanyaannya membuat perempuan di hadapannya ini tidak nyaman.

"Saya tidak akan berbasa-basi dengan Anda nona, saya akan menawarkan dua pilihan pada Anda, pertama Anda membantu kami dengan memberikan informasi yang kami butuhkan" Jelas Lesley memulai.

"Sebagai gantinya kami akan melindungi Anda selama kasus ini berlangsung atau Anda dapat memilih tidak ingin bekerja sama dan sebagai gantinya kami akan mengurung Anda dengan alasan menghalangi penyelidikan polisi" Tambahnya lagi

"Apakah Anda sedang mengancam saya kapten?"

"Tidak, saya hanya memberitahu Anda apa yang harus Anda lakukan" jelas Kapten Meyners tenang. Londa tersenyum sesaat sebelum memajukan tubuhnya lebih mendekat ke arah meja.

"Baiklah, saya akan membantu Anda, tetapi dengan syarat Anda mengijinkan saya untuk ikut dalam penyelidikan ini melihat TKP"

Kening pria tua itu berkerut, ia tidak mengira akan mendapat permintaan itu dari Londa Beberapa orang saksi atau informan yang pernah diinterogasinya biasanya akan meminta perlindungan, uang atau penghapusan pajak.

"Ikut menyelidiki kasus? permintaan macam apa ini"

"Anda tahu itu tidak mungkin Nona" suaranya terdengar tenang, Londa tersenyum samar.

"Mengizinkan saya ikut dalam penyelidikan kasus ini tidak seberapa dibandingkan membiarkan korban bertambah dengan membiarkan pembunuh itu berkeliaran lebih lama" Jelas Londa santai, Ia membetulkan posisi duduknya.

"Lagipula tidak masalah bagi saya menginap di sel untuk beberapa hari, tuduhan yang Anda berikan tidak akan menahan saya untuk waktu yang lama, sedangkan itu waktu yang cukup bagi pembunuh tersebut menambah korbannya"

Londa tersenyum ramah, ia tahu membiarkan korban bertambah akan menjadi rapot buruk di karir Kapten Meyers. Kapten Meyers menatapnya lama, benar penilaian awal yang dilakukannya. Gadis ini bukanlah gadis bodoh seperti yang sengaja diperlihatkannya. 

Ia memiliki kemampuan untuk membaca lawan bicaranya. Ia akan membiarkan lawan bicaranya berbicara banyak tentang dirinya sendiri dan membiarkan mereka meremehkannya. Lalu mengambil keuntungan dari hal tersebut dengan menilai dan mencari tahu tentang apa yang diinginkan lawan bicaranya.

"Baiklah kapten!" Londa bangkit dari tempat duduknya

"Pekerjaan saya telah menunggu saya " Londa menggeser bangkunya dan bangkit dari tempat duduknya.

"Tunggu Nona" Kapten Meyers bangkit dari tempat duduknya,

"Anda boleh ikut menyelidiki kasus ini, dengan syarat Anda harus berada di bawah pengawasan detektif Hopkins" jelas Kapten Meyers.

"Detektif Hopkins?" Londa mengangkat sebelah alisnya, wajahnya terlihat tidak suka.

"Bagaimana Nona?" Terjadi keheningan sesaat, Kapten meyers menatapnya tajam

"Baiklah" Londa mengulurkan tangannya

"Senang bekerja sama dengan Anda Kapten" ujarnya seraya menjabat tangan Kapten Meyers

 "Anda betul-betul pria yang mencintai pekerjaan Anda" Pria itu tersenyum tipis dan mempersilahkan Londa keluar.

Londa baru saja keluar melewati pintu ruangan itu ketika sebuah suara memanggil namanya

"Gertie Lolanda Harden" Londa menoleh dan melihat Dean sedang melihat ke arahnya, memegang sebuah koran

"Kau?"

"Ya, aku!" Dean mengangkat koran yang sedang dipegangnya

"Apa kau sudah gila?" Wajah Dean memerah, ia terlihat marah

"Apa? aku tidak mengerti maksudmu?"

Londa menatapnya tidak mengerti, Dean menarik Londa ke luar dari kantor tersebut dan membawanya ke salah satu sudut ruangan yang jauh dari keramaian.

"Kau sangat mengerti maksudku" Dean menunjuk salah satu halaman di koran itu "Kau tahu apa yang kau lakukan?" tanyanya

"Maksudmu pertunjukan itu?" jawab Londa acuh

"Apalagi?! Kau tahu kau bisa mati?" mata Dean menatap Londa marah

"Mati? Apa yang sedang kau bicarakan bukankah kau tidak percaya bahwa semua itu pembunuhan?" Londa menatap Dean sinis. 

"Lagi pula aku tidak akan mati, jika aku bisa menemukannya sebelum pertunjukan selesai" 

Ia menatap Dean sesaat lalu mengarahkan pandangannya ke arah lain, ia tahu laki-laki ini benar-benar marah padanya.

"Apa kau sudah gila Gertie?" teriak Dean tertahan tanpa melepaskan pegangannya dari tangan Londa Londa. Londa merasakan wajahnya memanas melihat kemarahan Dean

"Dengar Detektif Hopkins" Londa berusaha mengendalikan dirinya

"Satu-satunya cara untuk menangkap pemangsa adalah dengan menjadi umpan, dan pembunuh ini akan keluar jika ada target yang tepat, dan aku adalah target yang tepat" Dean menatap Londa tidak percaya

"Kau ini bodoh atau apa?" tanyanya geram

"Itu bisa membahayakan nyawamu" 

Dean menatap Londa tajam, ada perasaan ngeri melihat wajah marah Dean yang begitu dekat dengannya

"Kau tidak perlu khawatir Detektif, aku bisa menjaga nyawaku" 

Londa menyingkirkan tangan Dean dari lengannya

"Aku harus pergi sekarang, simpan kekhawatiranmu untuk perempuan lain Detektif Hopkins" jelas Londa seraya mendorong Dean pelan dan berjalan melewatinya

"Berhentilah memanggilku Detektif'" Protesnya, Londa berhenti sesaat dan tersenyum

"Selamat siang Detektif" Londa melambaikan tangannya dan menghilang di balik pintu ruangan tersebut.

"Perempuan bodoh! Keras kepala! apa sih yang ada di otaknya"

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang