Kesaksian dan Para Detektif

77 9 0
                                    

Matahari bersinar terik sore itu, cafe itu tampak ramai oleh beberapa orang pengunjung yang sekedar datang untuk menikmati kopi atau teh di sore hari atau mereka yang membuat janji pertemuan di cafe itu. 

Suasana cafe yang ramai tiba –tiba hening ketika seorang wanita dengan kacamata hitam dan sweater hitam dengan hoodie yang menutupi kepalanya, masuk ke dalam Cafe tersebut dengan langkah gontai, terlihat bekas tanah di bagian bawah celana jeansnya serta beberapa robekan yang tidak sengaja di buat di lutut kanannya, ada bekas sisa darah yang mengering di sana.

Matanya menelusuri seluruh ruangan mencari meja yang kosong, beberapa pasang mata memperhatikan dengan pandangan curiga, Wanita itu berjalan ke tengah ruangan ke arah meja yang terlihat baru saja ditinggalkan pengunjungnya. 

Beberapa piring yang berisi sisa makan dan gelas yang telah kosong tampak memenuhi meja tersebut. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan menelungkupkan kepalanya ke atas meja, sekilas ia terlihat seperti wanita mabuk yang sudah dua hari tidak pulang ke rumahnya.

Salah seorang pelayan yang melihat itu segera menghampiri meja tersebut, beberapa pasang mata yang terus mengawasi wanita tersebut diam-diam berharap dalam hati mereka agar pelayan itu meminta wanita itu pergi.

"Hai Londa, lama tidak melihatmu?" Wanita itu mengangkat kepalanya dan membuka kacamata hitamnya

"Hai Elish, bisa tolong buatkan aku segelas kopi hitam panas, aku benar-benar mengantuk sekali" Pinta Londa dengan suara serak

"Dengan senang hati" Sahut Elish ramah dan pergi meninggalkan Londa yang kembali membenamkan wajahnya di atas meja. 

Terdengar desahan kecewa dari beberapa pengujung, tidak sedikit yang akhirnya kembali menikmati makan siangnya dan mengabaikan Londa yang sekarang benar-benar tertidur di atas meja dengan tangan terlipat di atas meja dan membenamkan wajahnya ke sana.

Beberapa menit kemudian kopi yang dipesannya tiba, Londa terbangun saat kopi pesanannya diletakan tepat di depannya,

"Terima kasih.. El... Ethan? Apa yang kau lakukan di sini?" Seru Londa kaget melihat Ethan telah berdiri di sebelahnya, lalu mengambil tempat duduk tepat di depan Londa.

"Apa maksudmu? ini cafe milikku, tentu saja aku di sini" Ethan berjalan ke kursi depan Londa dan duduk.

"Maksudku, bukankah kau pergi berlibur dengan siapa nama gadis barumu...san.." Londa mencoba mengingat-ingat namun tidak berhasil

"Ah... aku lupa namanya, banyak sekali gadis yang kau kencani " Gerutu Londa kesal

"Untuk apa kau kesini" Tanya Ethan tanpa menghiraukan perkataan Londa

"Menurutmu apa?" Londa mengambil gelas di depannya dan meniup bagian atas gelas sebelum akhirnya menyeruput kopi di tangannya perlahan.

"Bukankah kau ada latihan dengan Frank hari ini "

"Nanti malam, sepulang kau kerja" jelas Londa tidak semangat dan menaruh gelas kopinya yang hanya berkurang sedikit

"Rasanya aku ingin menyerah Ethan..." 

Londa menurunkan bahunya, lalu bersandar ke sandaran sofa di belakangnya

"Hampir setiap pagi Frank menyuruhku berlari sepanjang 5 km, setelah itu ia akan memintaku membaca sebuah buku dan menyuruhku menceritakan padanya tanpa membaca di malam hari" Cerita Londa histeris

"Belum lagi aku harus belajar vokal dan cara berakting sambil mengenakan kostum sesuai peranku, sungguh melelahkan sekali" Cerocosnya panjang lebar, Ethan hanya tertawa melihat Londa yang tampak begitu tersiksa

"Kalau begitu menyerahlah" Saran Ethan

"Kau ini bagaimana" Seru Londa kesal 

"Sebagai Manajer kau harusnya menyemangati artismu bukan malah menyuruhnya menyerah" Omel Londa

"Lebih tepatnya relawan, kau bahkan tidak pernah membayarku"

"Aku tidak mau membuatmu tersinggung dengan membayarmu Ethan " jelas Londa santai, Ethan tertawa

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Haley?"

"Kami hanya berkencan selama seminggu lalu kami berpisah"

"Kenapa?" Tanya Londa tidak bersemangat

"Dia mulai memintaku menjemput dan mengantarnya, aku tidak suka dengan perempuan yang terlalu menuntut"

"Aku rasa wajar saja, kalian berkencan bukan?"

"Ya tapi itu bukan gayaku, Hei kenapa malah membicarakan kehidupan pribadiku" Seru Ethan kesal. Londa kembali mengangkat gelasnya, dan meneguknya hingga tersisa setengah.

"Kalau kau haus aku bisa memberikan air putih padamu, gratis" Londa tertawa. 

Ia tahu Ethan sering mengeluhkan caranya minum kopi. Menurutnya saat meminum kopi kita harus benar-benar menikmatinya tidak dengan sekali meneguknya dan habis.

"Bagaimana dengan hasil penyelidikanmu" 

Londa menegakkan tubuhnya dan menghela nafas berat.

"Obat yang kuberikan ternyata bukanlah obat jantung, Beth mengatakan obat itu sejenis obat penghilang rasa nyeri"

"Benarkah, lalu?"

"Ya sudah, aku merasa semua jalan terlihat buntu"

"Kenapa kau tidak meminta Hopkins Londa?"

"Jangan pernah berpikir untuk menghubungi dia Ethan"

"Aku rasa sudah saatnya kita meminta bantuan profesional Londa" Londa menyandarkan tubuhnya kembali ke belakang dan mengerang

"Kau membuatku bertambah lelah Ethan, kalaupun aku butuh bantuan dari polisi yang pasti aku tidak akan meminta padanya"

"Lalu bagaimana dengan Frank? Apakah dia tidak curiga?"

"Itu sudah pasti, hanya saja dia masih menahan diri untuk tidak menanyakannya" Jelas Londa

"Jam berapa sekarang?" tanya Londa sambil melirik jam di pergelangan tangan Ethan

"Jam empat"

"Aku harus pergi sekarang "  Londa meneguk habis kopinya lalu bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan pada Ethan

"Terima kasih Elish" teriak Londa pada Elish yang sedang menaruh gelas kopi pesanan pengunjung ke atas baki minuman

"Dia bahkan belum membayar minumannya" 

Ethan mengghela nafas dan menatap datar Londa yang perlahan menghilang di balik pintu keluar


Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang