CHAPTER 15 : 🔞
Kring... Kring....
Ponsel Jimin berdering keras dan terus mengganggu kesunyian sejak lima belas menit terakhir. Dia benar-benar ingin meraihnya dan menjawab panggilan jika itu ayahnya atau orang lain, mungkin Yeonjun tapi dia tak bisa.
Malah Jungkook memegang ponselnya.
"Jungkook siapa?" tanya Jimin sambil tetap berbaring di tempat tidur, badannya benar-benar pegal dan lelah.
Jungkook menggesek ke kiri seperti menolak panggilan. "Hanya beberapa nomor tidak dikenal, ada orang yang memanggilmu mengganggu harimu"
"Boleh aku melihat nomornya? Mungkin aku mengenal orang itu. Terkadang ponselku agak rumit sekali."
"Boleh..." kata Jungkook sambil berjalan ke arah Jimin dengan ponsel di tangannya.
"Oh, tolong ambilkan aku botolnya. Aku mau minum pil."
Alis Jungkook terangkat saat mendengar kata pil itu. "Pil?"
"Kenapa kamu butuh pil? Pil apa?"
Jimin menunjukkannya pada Jungkook, dua pil di telapak tangannya. "Ku rasa kau pasti tahu."
Jungkook masih tidak mengerti dan Jimin menghela nafas.
"Kamu tahu kan setengah namja bisa hamil. Dan kamu benar-benar menembakku. Jadi di sini aku butuh pil untuk menghindarinya."
Alasan mengapa Jungkook tidak pernah mau memakai condom apa pun adalah karna dia ingin Jimin melahirkan anaknya. Dia ingin Jimin memilikinya sehingga Jimin tidak bisa lari darinya. Tapi sekarang Jungkook tahu Jimin adalah penyebab yang membuat hal itu tidak terjadi, menaikkan titik didihnya.
"Kau tak perlukan ni." Jungkook mendorong tangan Jimin dan pil itu ada di suatu tempat di tempat tidur.
"Aku mau itu."
Jungkook meraih dagu Jimin dengan tangannya yang kuat, menutup celah yang ada di antaranya. "Kau tak butuhkan itu. Jika kau hamil anakku, biar aja."
Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku masih 18 tahun, kita siswa lagi dan kamu ingin aku biarkan begitu ja? Tak mungkin."
"Aku cukup kaya untuk mendukungmu, Jimin"
Jimin menolak tangan Jungkook menjauh dan berhasil mengambil pil di tempat tidur. Hanya beberapa pukulan dan dia langsung menelan. Entah bagaimana dia memiliki keberanian dan keberanian untuk melakukan itu sekarang.
"Kau memang anak keras kepala."
Jungkook mengambil botol di dekat meja mini di samping tempat tidurnya. Jimin meminumnya karena dia membutuhkan air."Makasih. Boleh berikan ponsel itu." Dengan sopan, Jimin memintanya tetapi saat Jungkook menyerahkannya, pandangan Jimin menjadi kabur.
Perlahan Jimin kembali berbaring di tempat tidur. Buram, bingung dan tidak merasakan dirinya sendiri.
Jungkook melayang di atas tubuhnya, menatap wajah pria imut itu. Tangannya mula bermain penis kecil pria itu.
"Akan menambahkan lebih banyak padamu. Aku tak peduli kamu suka atau tidak."
Saat dia merentangkan kaki Jimin, sudah dalam posisinya dan dengan seringai di wajahnya. Dia mencium kaki Jimin.
"Kau akan menjadi milikku selamanya."
Jungkook menjilati wajah polos Jimin sehingga ke dada dan menghisap putingnya.
"Jung...kook... Aku bilang AHH..." Jimin mendesah dengan hentakan Jungkook semakin mendalam. Tangannya mencengkeram sprei.
"Teruskan mendesah untukku sayang.."
×××
Taehyung menunggu mobilnya bersama sahabatnya, Soobin. Apa yang dia tunggu? Tentu saja Jimin. "Kenapa kau masih ingin memiliki Jimin. Padahal kau udah lakukan kesalahan besar."
Bahkan temannya tidak mendukung Taehyung. "Hanya sekali. Kau tahu aku kan! Aku mungkin terlihat seperti gangster tapi aku bukan orang seperti itu."
"Aku tahu bro tapi seperti, kau ngaku gunakan narkoba-" Soobin tidak bisa mengeluh atas kalimatnya saat Taehyung memotongnya.
"Aku udah kata satu kali aja."
"Yeah yeah... dan kau memiliki seorang perempuan di antara kedua kakimu. Katakan padaku bagaimana Jimin akan memaafkanmu?" Soobin tidak membantunya dengan cara apa pun.
"Aku tak kenal perempuan itu dan kami tak punya apa-apa. Aku sudah mengatakan yang sebenarnya mengapa gak ada yang tidak mau percaya padaku?"
Wajah Taehyung perlahan memerah. Dia marah, marah pada apa pun yang terjadi antara Jimin dan dia.
"Aku percaya padamu, Taehyung. Tapi dia memiliki pria baru itu. Pasti dia takkan mau mendengarmu."
Bukankah ini aneh? Tiba-tiba menjadi dekat dengan pendatang baru.
"Itu Jimin kan." Taehyung mengarahkan jarinya ke depan dan Jimin terengah-engah berjalan bersama Jungkook.
Dia tidak percaya ini. Jimin tidak terlihat seperti dirinya lagi. Dia terlihat lelah, tertunduk. Bahkan cara berjalan Jimin menggambarkan cara berjalan yang aneh. Matanya semakin sedih saat Taehyung berhasil mencuri pandang padanya.
"Dia tampak sakit." Soobin juga memperhatikan Jimin. Dia bertanya-tanya mengapa Jimin terlihat sakit tetapi Jungkook terlihat sehat.
"Dia sakit dan itu karena pria sialan itu." Taehyung berjalan ke arah mereka dan menarik pergelangan tangan Jimin, membuatnya berhenti berjalan.
"Apa yang kau lakukan pada Jimin? Dia terlihat sangat sakit." Jungkook menarik Jimin lebih dekat dengannya sehingga Taehyung tidak akan memegang apapun.
"Itu bukan urusanmu sendiri."
Taehyung tidak bisa. Jimin adalah urusannya. Mata pacar kesayangannya benar-benar memohon sesuatu.
"Aku-" Taehyung tidak bisa berkata apa-apa lagi saat Jungkook berjalan lagi sambil menggendong Jimin.
Jimin memang melirik ke belakang, hanya untuk melihat Taehyung. Dia menggerakkan bibirnya ke arah Taehyung, berharap Taehyung bisa membacanya sebelum Jungkook menyeretnya ke kelas.
Apa yang dia pikirkan? Dia berbicara sendiri sekarang dari kata-kata yang Jimin berikan padanya. Dia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi!
"Tolong aku..."
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ | Possession 21+
عاطفية21+ Keluarga yang sempurna. Pacar yang sempurna. Teman yang sempurna sampai dia bertemu teman baru yang menginginkan dia untuk milik pria itu. "I...need you..." ucap Jimin terbata-bata. Nafasnya terengah-engah. Jungkook menyeringai suka sambil menji...