CHAPTER 5
JIMIN bangun di pagi hari saat cahaya bersinar langsung ke matanya. Lakukan saja apa yang ingin dia lakukan di pagi hari sebelum turun untuk sarapan.
Ah iya! Dia punya perusahaan tadi malam, bertanya-tanya bagaimana keadaan Jungkook.
Jungkook masih tidur di bawah selimut dengan tangan mengepal. Mungkin semalam dia kedinginan. Malah Jimin tak pandai membuat makanan.
Beberapa roti dan kopi mungkin baik-baik aja. Bukan karna Jungkook suka hal-hal mewah dan Jimin juga tak tahu cara membuat makanan mewah. Dia meletakkannya di atas meja kemudian mata menatap wajah tampan Jungkook. Dia menyodok pipi Jungkook dan menyentuh rambutnya.
"Pagi!" Itulah salam pagi paling cerah yang pernah ada. Dengan senyum hangat di wajah Jungkook, dia membalas.
"Pagi..." Dan mata Jungkook beralih ke sarapan di depannya.
"Kamu yang buat ini?" Duduk di sofa dengan rambut mengembang di atas kepalanya.
"Aku punya berus gigi ekstra di dapur, pergi dan bersihkan dulu." Dengan sedikit anggukan, Jungkook bersiap untuk sarapan. Dia makan dengan penuh nafsu. Ini hanya roti. Apa dia masih lapar? Apa dia memiliki nafsu makan yang besar?
"Kamu dapat tidur nyenyak malam itu?" Jimin bertanya karena dia tidak ingin itu menjadi canggung.
"Sangat nyenyak. Sedikit dingin dengan selimut kamu menyelamatkanku. Apa kamu tidur nyenyak tadi malam?" Anggukan sebagai jawaban atas pertanyaan Jungkook. Dia benar-benar bersenang-senang tadi malam. Mungkin karena teman Jungkook malam itu.
"Senang kamu tidur nyenyak. Kapan ayah kamu pulang?"
Mata Jimin melesat ke arah jam, melihat waktu. "Mungkin dalam beberapa, kamu pasti akan bertemu dengannya."
Jimin tidak mempermasalahkan itu. Ayahnya tahu tentang Taehyung jadi Jungkook ada di sini untuk hal lain.
Saat yang tepat, ayah Jimin memasuki rumah dengan tas ransel kecilnya. "Ayah pulang!" Dia memeluk Jimin dengan pelukan yang manis.
"Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu tinggal di sini sendirian tadi malam?" Dia terus bertanya pada Jimin sampai dia mendongak untuk melihat seorang pria yang lebih tinggi darinya, berdiri di depannya.
"Saya Jungkook, teman Jimin"
Sudah hampir satu jam mereka menghabiskan waktu bersama. Hanya duduk di meja makan, berbicara tentang hampir semua hal. Ayah Jimin sangat senang memiliki seseorang, seseorang yang bisa berkomunikasi dengannya lebih dari sekedar halo.
"Kamu pasti lelah dan ingin pulang." Ayah Jimin menepuk bahu Jungkook sebagai tanda untuk berhenti.
"Gak apa. Saya senang berbicara denganmu."
Ayah Jimin tersenyum lebar, senang dengan balasan manis dari Jungkook. "Kamu pasti harus sering datang ke sini. Ayo makan malam atau makan siang nanti." Ayah Jimin sangat menyukai Jungkook.
"Akan senang juga! Saya akan segera bertemu denganmu lagi." Dia menjabat tangan ayah Jimin dan berjalan keluar rumah bersama Jimin.
Dia menyalakan motor gedenya, memanaskan mesin sebentar. "Terima kasih untuk semuanya. Semalam dan hari ini" Jungkook memakai jaket kulit dan sarung tangan.
"Terima kasih untuk acara menginap yang menyenangkan. Sudah lama sekali aku melakukan percakapan panjang yang menyenangkan dengan orang lain." Jimin mengerti itu karna dia selalu berbicara dengan ibunya.
"Jungkook..." Jungkook bersenandung dan merenung Jimin apabila dia berada di atas motosikal hitam besar, bersedia untuk memakai helmnya.
"Boleh kau bagi nombor telefon kau?" Entah kenapa pipi Jimin merah sekarang. Memerah pipi tanpa sebab yang kukuh. Jimin memberikan Jungkook nombornya dan dia menaip nombor telefonnya untuk Jimin.
"Text me or call me when you're free so i can save yours too" Jungkook memakai topi keledarnya dan menolak pelindung muka sebelum keluar dari perkarangan rumah Jimin.
"Ayah suka sangat Jungkook."
×××
AIR mengalir melalui rambut hitamnya. Dingin dan memberinya perasaan menusuk di kulit dan tulangnya. Tapi dia tidak peduli karena air dingin baik untuk tubuhnya.
Ketika dia melangkah keluar dari kamar mandi, hanya handuk putih yang melilit bibirnya dan satu handuk kecil lagi di tangannya, mengeringkannya sendiri.
Tiba-tiba ponselnya bergetar dan berbunyi saat ada teks masuk. Mengklik tombol itu dan dia tersenyum sendirian membaca teks itu.
+82 XX XXXX:
Jimin here! Aku harap ni Jungkook.
Jungkook mengirim balasan sesegera mungkin. Dia tidak ingin Jimin menunggu terlalu lama untuknya. Teks lain masuk dan dia membacanya dengan seringai.
Jimin🍑:
Ayuh kita jadi teman rapat. Ayah aku tak bisa berhenti memuji kamu tau.
Teman rapat? Bagus. Itulah yang Jungkook inginkan. Dia mengeluarkan sesuatu dari laci di bawahnya. Dengan pena merah, dia menulis sesuatu yang lain di selembar kertas. Dia mencentang tepat di kotak persegi kecil. Segera seringai yang tidak diketahui muncul.
"Sekarang masa untuk step ketiga pulak"
TO BE CONTINUE
Kamu bisa suka mana satu Vmin or Jikook?
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ | Possession 21+
Romance21+ Keluarga yang sempurna. Pacar yang sempurna. Teman yang sempurna sampai dia bertemu teman baru yang menginginkan dia untuk milik pria itu. "I...need you..." ucap Jimin terbata-bata. Nafasnya terengah-engah. Jungkook menyeringai suka sambil menji...