"Rasanya diganggu itu nggak enak banget, bikin kepala panas saja."~ Jingga Senjana ~
Senjana saat ini tengah malas pergi keluar. Ia menghabiskan waktunya dengan menuliskan sesuatu di atas lembar putih. Saat tengah asyik menulis, tiba-tiba seorang pemuda tiba, menghampiri Senjana."Sendirian aja? Mana temen-temen lo?" tanya pemuda itu dengan tatapan tajam mengarah ke Senjana.
Senjana memutar bola matanya dengan malas. "Ngapain, sih?" sahutnya dengan nada ketus.
"Suka-suka gue, dong," sahutnya, membuat Senjana mendengkus kesal.
"Dih, apaan, sih! Sana, pergi. Nggak usah gangguin gue, deh," pinta Senjana.
Fajar menggeleng. "Kalau gue nggak mau gimana?" sahut Fajar, membuat Senjana membelalakkan matanya dengan sempurna.
"Lo kira gue apaan!" bentak Senjana, lalu menggebrak meja. Wajahnya terlihat sangat memerah.
"Galak banget," gerutu Fajar.
"Lo yang mulai duluan, bego!" umpat Senjana dengan lantang.
"Lo yang bego," ejek Fajar, membuat Senjana bergegas membereskan buku tulisnya, lalu melenggang keluar dari kelas. Malas sekali meladeni Fajar yang berceloteh terus di hadapannya.
Senjana melangkah sendiri menuruni anak tangga. Sejujurnya ia bingung hendak kemana, tetapi ia tidak suka terus-menerus ada di dekat Fajar. Baginya, Fajar selalu memancing kemarahannya saja.
Senjana memutuskan berjalan,. menatap mading sekolah, melihat-lihat karya yang terpajang di sana. Tengah asyik melihat-lihat, tiba-tiba seorang pemuda berdiri di sampingnya. Merasa ada sosok di sampingnya, Senjana menoleh, lalu memutar bola matanya. "Ngikutin gue, lo?" tanya Senjana.
"Enggak, geer."
"Dih, apaan, sih! Udahlah, gue mau ke kantin!" Senjana bergegas berjalan menuju kantin. Ia kesal lagi-lagi menatap wajah Fajar.
Sesampai di kantin, ia melihat teman-temannya berada di sebuah meja, Senjana menghampiri mereka. "Hai, guys!" sapa Senjana.
"Eh, lo ke sini juga?" tanya Hanni, lalu menyeruput es kopinya.
"Males di kelas. Ada manusia pengganggu," sahut Senjana dengan malas.
"Oh, dia lagi?" tanya Diani.
"Iya, sebel!"
"Ya udah, sini duduk," ajak Najwa.
Senjana duduk di samping Diani, berhadapan dengan Hanni. "Kalian makan apa?" tanya Senjana.
"Makan tahu krispi," sahut Diani.
"Sekali-kali lo jajan, Senja," saran Larasati, lalu menikmati batagor.
"Iya, tuh. Makanan di kantin enak-enak," sambung Hanni.
"Ya udah, gue jajan bentar." Senjana menghampiri penjual makaroni basah. Senjana membeli makaroni basah. Namun, tiba-tiba seorang pemuda turut memesan makaroni basah. Senjana melihat sosok itu, segera menatap tajam begitu menusuk. Seolah ingin menerkam mangsanya. "Ngapain di sini?" tanya Senjana dengan nada sewot.
"Mau jajan. Lo yang ngapain di sini?" tanya Fajar.
"Dih, ngikutin gue terus, ya?" tuding Senjana.
"Ngapain?"
"Dasar penguntit!" Setelah membayar jajanannya, ia segera menghampiri teman-temannya.
Fajar mengikuti Senjana, setelah mendapatkan jajanannya. Ia menatap Senjana. Senjana menyadari Fajar menatap dirinya, ia mengerucutkan bibirnya.
Hanni memperhatikan ekspresi Senjana, menatap ke arah yang Senjana pandang. Ternyata Fajar menatap Senjana. "Ekhem!" Suara Hanni, mengalihkan pandangan semua teman-teman ke arahnya.
"Ada apa, Han?" tanya Diani sembari mengangkat sebelah alisnya.
"Ada yang tatap-tatapan," jawab Hanni, membuat Senjana segera membuang wajahnya.
"Siapa?" Najwa menatap ke arah lain, ia baru mengerti apa maksud Hanni.
"Pergi sana! Ganggu aja!" usir Senjana dengan tegas.
"Oh, Fajar. Ngapain lo?" tanya Larasati.
"Nggak usah akrab sama dia, dia itu ganggu gue terus. Ngeselin," gerutu Senjana. Ia merasa terganggu dengan Fajar yang terus mengikuti dirinya.
"Kaki gue, suka-suka mau kemana, kok sewot?" sahut Fajar.
"Suka bilang aja kali." Hanni berusaha memanasi suasana.
"Bener! Bilang kalau suka," sambung Diani yang ikut setuju dengan yang Hanni ucapkan.
"Cie, Senja," gurau Larasati.
"Apaan, sih, kalian? Siapa yang suka itu?" tanya Senjana yang heran tengah ucapan teman-temannya itu.
"Itu!" Diani menunjuk jari telunjuknya ke arah Fajar.
Fajar segera menggeleng. "Enggak, siapa yang suka? Najis banget gue!" gerutu Fajar.
Hanni memutar bola matanya dengan malas. "Kalau najis, ngapain ngikutin Senjana ke sini?"
"Ya, terserah gue."
"Berarti lo naksir sama Senjana, kan?" tanya Diani.
"Dia naksir pun, gue nggak suka," sahut Senjana dengan nada malas.
"Ogah gue!" tegas Fajar.
"Kalian itu cocok tahu," ujar Larasati.
"Enggak!" seru Senjana dan Fajar bersamaan.
"Tuh, barengan," sahut Najwa.
"Wah, klop banget!" seru Diani.
"Mending pergi sana! Nggak usah bikin gosip nggak jelas!" usir Senjana kepada Fajar.
"Gue juga mau pergi, kok." Fajar meninggalkan gerombolan Senjana.
"Senjana, lo percaya nggak kalau dia suka sama lo?" tanya Diani ingin tahu jawaban dari temannya yang paling banyak diam, tetapi cerewet kepada beberapa pria yang suka mencari masalah.
Senjana menggeleng. "Enggak."
"Kenapa?" tanya Hanni.
"Ya, nggak mungkin," jawab Senjana.
"Eh, Senja. Mana ada yang nggak mungkin?" sahut Larasati.
"Tahu, ah. Gue mau makan jajan. Males gue debat terus, apalagi sama cowok stres itu," gerutu Senjana. Ia mulai menikmati makaroni basah di tangannya. Senjana sudah sangat lapar.
Usai dari kantin, Senjana izin ingin pergi ke toilet sendirian. Teman-teman yang lain pergi ke kelas. Senjana akan menyusul mereka.
Setelah dari toilet, ia akan pergi ke kelas. Namun, saat hendak ke kelas tiba-tiba ia berhadapan dengan sosok pemuda tinggi, bermata sipit, dan kulitnya putih. Pemuda itu menatap intens Senjana. "Tali sepatu lo."
Senjana awalnya tidak tahu, ia menoleh ke arah pemuda itu. "Oh, iya." Senjana berjongkok, lalu membenarkan tali sepatunya. Pemuda itu hanya memperhatikan Senjana yang tengah menalikan sepatunya. Iya tiba-tiba tersenyum, menatap Senjana. "Makasih, ya." Senjana bergegas pergi ke kelas.
Tiba di kelas, Senjana dihadang oleh Fajar. Fajar membuat Senjana mundur, sampai terpojok di dinding. "Lo mau ngapain?" tanya Senjana, tubuhnya tiba-tiba merasa gemetar.
"Bagi contekan?"
Senjana melotot tajam, lalu menjewer telinga Fajar. "Lo bisa diem, nggak! Jangan minta-minta contekan terus sama gue, sialan!" teriak Senjana begitu lancang. Wajahnya begitu memerah. Ia segera mendorong Fajar, lalu memasuki kelas. Gadis itu duduk dengan keadaan lesu, membuat Diani mengerutkan keningnya.
"Kenapa lagi, Nja?" tanya Diani.
Senjana menenggelamkan wajahnya di atas meja. "Ah, kesel!" Senjana mengacak rambutnya dengan frustrasi.
BAB 5 update, happy reading 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...