27. Memang Tidak Berbohong

35 5 70
                                    


"Jangan pernah berbohong dengan alasan apa pun karena sekalinya jujur, orang sudah sulit percaya lagi."

~ Jingga Senjana ~

Senjana menunggu Nathan yang masih berbaring di brankar. Ia merasa bersalah karena Nathan melindunginya dari bola basket.

"Kenapa sedih gitu? Dia cuma kena bola, nggak usah terlalu khawatir," ujar Fajar nampak tidak senang jika Senjana sangat mengkhawatirkan Nathan.

"Gue cuma merasa nggak enak aja sama Nathan."

Tiba-tiba saja ada pergerakan dari jemari Nathan. Kedua bola matanya terbuka perlahan dan menatap sekeliling.

"Lo akhirnya bangun, Nat," ujar Senjana. Tatapannya begitu berbinar saat melihat Nathan telah membuka matanya.

"Gue di mana?" tanyanya dengan suara serak.

"Di UKS. Tadi lo pingsan habis kena bola," jawab Fajar.

"Oh." Nathan memijit pelipisnya.

"Maaf, Nathan. Gara-gara lo lindungi gue, lo jadi gini," ujar Senjana sembari menunduk.

Nathan tersenyum tipis ke arah Senjana. "Gue nggak apa-apa, kok. Ini juga karena gue lagi sakit aja."

"Senjana lo mending balik ke kelas. Biar gue yang jagain Nathan di sini," pinta Fajar karena ia tidak ingin Senjana berlama-lama bersama Nathan.

"Tapi ...."

"Udah, sana."

Senjana meninggalkan UKS, sementara Fajar masih menemani Nathan. Nathan mendengkus kesal karena Fajar sudah mengusir Senjana padahal ia masih ingin bersama Senjana.

"Lo mau balik apa gimana? Gue anterin balik. Lo demam tinggi, Than."

Nathan mencebik. "Nggak usah sok peduli! Lo cemburu kan, Senjana khawatir sama gue?"

"Apaan, sih? Sok tahu. Udah, gue anterin balik aja. Lo panas banget gini."

Nathan terpaksa menerima bantuan dari Fajar. Pemuda itu memapah Nathan keluar dari UKS. Mereka pergi ke kelas Nathan terlebih dahulu.

"Gue minta izin sama wali kelas lo dulu." Nathan hanya menganggukkan kepalanya dengan lemas. Rasanya ia ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur.

Setelah Fajar memohon izin kepada wali kelas Nathan, ia juga meminta izin kepada wali kelasnya untuk mengantarkan Nathan pulang. Ia janji akan kembali lagi ke sekolah. Akhirnya wali kelas Fajar mengizinkannya.

Fajar memapah Nathan keluar dari sekolah. Mereka menaiki angkutan umum.

"Kepala lo pusing?"

"Masih. Gue ngantuk."

"Ya udah tiduran sini di pundak gue."

"Males."

"Heh!" Fajar meletakkan kepala Nathan di pundak. Tidak lama setelahnya, Nathan mulai terlelap dengan tenang. Fajar memegangi dahi pemuda itu. "Panas banget. Kepikiran ditolak kayaknya."

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang