"Banyak orang yang mengatakan bahwa benci jadi cinta itu benar adanya. Makanya jangan terlalu membenci karena bisa jadi kita malah mencintainya."~ Jingga Senjana ~
Jam istirahat kedua setelah menunaikan ibadah salat Zuhur Senjana pergi ke ruangan kesehatan untuk melihat kondisi Fajar. Ia ingin tahu bagaimana keadaan pemuda itu untuk saat ini.
Senjana memasuki ruangan kesehatan dan melihat Fajar yang berbaring di brankar, menghampiri pemuda itu. "Gimana keadaan lo sekarang? Masih perih? Panas?" tanyanya dengan perasaan cemas. Entah mengapa ia bisa mencemaskan keadaan Fajar.
"Gue udah nggak apa-apa, kok. Makasih udah nolongin gue. Kalau nggak ada lo, mungkin gue bisa lebih parah dari ini. Em, gue mau ke kelas."
Senjana mengangkat sebelah alisnya. "Lo yakin udah nggak apa-apa?"
"Iya, gue baik-baik aja sekarang. Masalah tadi nggak perlu diperpanjang. Gue nggak mau."
"Kenapa?" Senjana heran dengan yang Fajar ucapkan.
"Ya, nggak perlu." Fajar bergegas meninggalkan ruangan kesehatan padahal sebenarnya wajahnya masih sedikit merah.
Pemuda itu menghampiri Ardana yang tengah duduk di bangku. Pemuda itu baru selesai dari musala. Rencananya ia akan menemui Fajar, malah Fajar sudah di kelas terlebih dahulu.
"Loh, udah ke sini?"
"Nggak betah gue di UKS." Fajar mulai menggeser bangku dan duduk di tempatnya.
"Lo yakin udah nggak apa-apa?"
"Iya. Gue baik-baik aja, Dan. Lo nggak usah khawatir. Wajah gue udah nggak panas dan pedes lagi. Udah dingin, kok."
"Sorry gue nggak bisa nolongin lo tadi. Anak-anak geng Tornado nahan gue buat nolongin lo."
"Iya, gue paham. Em, kita ke kantin, yuk," ajak Fajar. Pemuda itu berusaha menunjukkan senyuman lebar supaya Ardana tetap menganggap dirinya baik-baik saja, padahal sebenarnya Fajar ingin menangis.
Kedua pemuda itu keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin. Mereka menghampiri pedagang batagor, ternyata ada Senjana dan teman-temannya.
"Eh, lo udah jajan aja," ujar Hanni kepada Fajar.
"Iya. Gue udah mendingan, kok," sahut Fajar yang memberikan tatapan tanpa ekspresi kepada Hanni. Atensinya mengarah ke Senjana yang tengah menunggu.
"Hayo, lihatin siapa?" goda Ardana berbisik ke telinga Fajar.
Fajar mencubit lengan Ardana. "Jangan berisik!" bisiknya sambil mengarahkan tatapan tajam bak elang ke arah Ardana. Pemuda itu hanya mendengkus kesal.
"Han, gue nggak jadi deh, beli batagor. Rame banget, nih ngantri. Males banget gue. Mending beli seblak, ah," ujar Senjana yang kesal karena masih mengantre jika membeli batagor, sementara di tempat seblak tidak begitu banyak orang.
"Gue mau beli cireng, ah. Nggak jadi beli batagor," ujar Diani yang tiba-tiba berubah pikiran.
"Gue ikut Diani," tambah Larasati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...