14. Surat Cinta Untuk Senjana

65 10 151
                                    


"Jangan menipu hati sendiri, karena diri sendiri yang akan terluka nantinya." 

~ Hannifah Lavina ~


Senjana tengah asyik makan bekal bersama enam temannya. Tiba-tiba saja Fajar menghampiri Senjana.

"Gimana, udah sembuh? Makanya jangan gangguin gue. Kualat kan, lo!" ujar Senjana yang membuat Fajar memutar bola matanya dengan malas.

"Siapa juga yang kualat. Apa hubungannya gue sakit sama lo? Nggak ada ya, hubungannya sama sekali," sahut Fajar yang tidak terima dengan pendapat dari Senjana.

Senjana menaikkan sebelah alisnya dan menatap tajam Fajar. "Gue lagi makan, jangan bikin perkara, ya!" peringat Senjana dengan nada tegas.

Fajar menunjukkan senyuman miring di hadapan Senjana. "Gue nggak peduli, mau lo lagi makan apa salto, gue nggak peduli sama sekali," sahut Fajar dengan enteng.

Diani menatap ke arah Fajar. "Heh, Fajar! Ngapain ke sini, sih? Ganggu orang makan tahu lo!" gerutu gadis itu sangat kesal karena Fajar selalu saja mengganggu Senjana.

"Iya, nih, kerjaannya gangguin cewek aja," timpal Hanni.

"Mending lo pergi deh, dari sini!" perintah Najwa. Ia tidak ingin ada keributan lagi.

"Kalau naksir itu, ditembak, bukan ganggu-ganggu," cibir Larasati.

Fajar mendengkus kesal, menatap tajam ke arah Larasati. "Dih, siapa juga yang naksir. Enggak, tuh! Nggak usah sok tahu lo!" sangkal Fajar.

Larasati tertawa. "Masa iya? Gue nggak percaya, tuh!" ejeknya. Yang lain ikut tertawa kecuali Senjana dan Nurhasanah. Nurhasanah memang pendiam dan tidak pernah menimbrung soal mengejek.

"Kalian jangan gitu, deh. Mana mungkin cowok ini suka sama gue. Kalau pun dia suka, gue juga ogah kali," sahut Senjana yang menatap Fajar dengan sinis.

Fajar memukul meja Senjana, lalu menatap Senjana sangat tajam dan lekat. "Heh, gue juga ogah sama lo! Gue nggak suka sama cewek modelan lo!" tegas Fajar.

"Dih, sok-sokan ngomong ogah. Kalau ogah, nggak usah ke sini lo, jauh-jauh," pinta Diani sambil tertawa.

"Udah, sana pergi. Cowok nggak diajak di sini. Di sini perkumpulan cewek semua," timpal Hanni masih tertawa.

"Temen-temen lo nyebelin semua tahu," gerutu Fajar.

"Ya udah, sana pergi," pinta Senjana sambil mengisyaratkan Fajar untuk pergi dengan kepalanya.

"Nanti bagi contekan, ya? Gue kan, kemarin sakit, nggak tahu PR-nya apa," pinta Fajar.

Senjana menggelengkan kepalanya. "No. Nggak ada ya, contek-contekan. Gue nggak mau kasih. Kan, lo bisa tanya sama temen cowok di sini. Lo nggak perlu tanya sama gue."

"Tapi ...."

"Sana, pergi!" Senjana mendorong Fajar.

Fajar mendengkus kesal dan meninggalkan kelas dengan perasaan kesal. Senjana tersenyum miring, sementara teman-temannya tertawa.

"Kayaknya tuh, Fajar naksir lo, deh," ujar Hanni kepada Senjana.

"Lihat deh, hampir tiap hari dia gangguin lo," sambung Larasati.

Senjana menggeleng. "Ah, mana mungkin. Kalau suka itu nembak, bukan ganggu kayak gini."

"Eh, siapa tahu, loh. Kan, lo mana tahu isi hati dia. Dia kayaknya suka sama lo, tapi pengen deketin lo dengan cara kayak gini," komentar Diani.

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang