"Menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan orang yang kita cintai, apalagi dekat dengan keluarga."~ Bintang Fajar Subuh~
Senjana dan Fajar berada di dalam satu angkutan bersama. Keduanya saling tatap sambil jantung mereka berdebar-debar. Merasa kosong, Senjana berinisiatif untuk menanyakan sesuatu kepada Fajar. "Fajar, gue mau tanya, dong," katanya.Fajar mengerutkan keningnya. "Kenapa?" sahutnya.
"Lo nggak bareng Nathan sekarang?" tanya Senjana begitu penasaran karena tidak pernah melihat keduanya bersama lagi.
Fajar menggeleng, kemudian mengembuskan napasnya dengan kasar. "Enggak lagi. Terakhir pas gue nganterin dia pulang waktu sakit. Kita udah nggak pernah tegur sapa lagi."
Senjana merasa bersalah karena dirinya, hubungan persahabatan Nathan dan Fajar jadi renggang. "Gue minta maaf bikin hubungan lo sama Nathan jadi berjarak."
"Bukan. Ini bukan salah lo. Biarin aja. Nggak usah dipikirin. Gue nggak masalah," pinta Fajar kepada Senjana untuk tidak memikirkan soal hubungannya dengan Nathan.
"Tapi, semua ini karena gue nolak Nathan."
"Emang dia egois. Ya udah, nggak usah dibahas. Gue nggak suka," pinta Fajar meminta. Fajar masih malas membahas soal Nathan.
Keduanya kembali diam dan hanya saling tatap satu sama lain. Hingga beberapa menit kemudian, Senjana meminta angkutan umum untuk berhenti. Gadis itu mengajak Fajar keluar dari angkutan umum.
Kedua remaja itu turun dan mulai menyeberangi jalan dengan hati-hati menuju gerbang mes. Mereka mulai masuk ke dalam dan kebetulan gerbang sedang dibuka lebar.
Fajar meraih tangan lembut Senjana begitu erat. Hal itu mengejutkan Senjana. Ia merespons apa yang barusan Fajar lakukan dengan tatapannya. Tatapan terkejut itu berubah menjadi dingin. "Lepas! Dilarang modus!" peringat Senjana dengan tajam.
Fajar menghela napas. Segera ia lepaskan tangan lembut Senjana. "Ya elah, galak amat, sih! Pegangan doang," gerutu Fajar kesal.
Senjana menatap sinis Fajar. "Dih, ngapain pegang-pegang? Jangan modus!" Senjana berjalan lebih dahulu di depan Fajar.
"Terserah mau bilang apa. Dasar tukang tuduh." Fajar kesal karena Senjana merusak bayangan indahnya saat menggenggam jemari Senjana tadi.
Mereka telah tiba di depan rumah. Senjana segera mengetuk pintu. "Assalamualaikum, Mama, aku pulang!" seru Senjana dengan antusias.
Pintu cokelat mulai terbuka dan menampakkan sosok wanita paruh baya. "Waalaikumussalam, eh ada Nak Fajar."
Fajar tersenyum lebar terlihat menawan. "Assalamualaikum, Tante." Fajar mengecup punggung tangan Retno, kemudian disusul Senjana.
"Kamu nggak bilang-bilang kalau bawa Fajar, Senjana?" tanya Retno.
"Hehe, lupa, Ma. Aku ajak dia nggak apa-apa kan, Ma?" pinta Senjana memohon. Berharap mamanya mengizinkan Fajar bergabung dengan mereka.
Retno mengangguk setuju. "Boleh, dong. Mama masak banyak, kok. Ayo, masuk, Nak, Nak Fajar."
Senjana dan Fajar mulai masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di ruang tamu. Di atas meja ruang tamu sudah tersedia kue cokelat black forest yang terdapat hiasan whipped cream dan buah ceri.
"Senja, kamu ganti baju dulu aja. Nak Fajar, Tante ada pakaian punya sepupu Senjana. Kamu pakai itu, ya."
Fajar mengangguk. "Terima kasih, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...