49. Pertengkaran

13 2 12
                                    


"Tidak ada hubungan yang selalu berjalan mulus seperti jalan tol, pasti ada batu-batu kerikil untuk membuat rintangan dalam hubungan tersebut agar mengetahui sejauh mana hubungan tersebut bertahan."

~ Jingga Senjana ~


Hari-hari berlalu, Senjana makin menjauhi Fajar. Ia lebih banyak menghabiskan waktu sendiri daripada bersama temannya. Gadis itu memperbanyak untuk mengerjakan sesuatu.

Saat ini Senjana sedang mengerjakan tugas di buku LKS, ia tidak sengaja melihat lagi-lagi Larasati mencari perhatian Fajar. Larasati mendekati Fajar, menyentuh tangannya, bahkan menyender di pundak Fajar, bahkan ia juga membuat keadaan Fajar memeluknya tiba-tiba karena Larasati hampir jatuh sehingga Fajar memeluknya agar tidak terjatuh.

"Males banget gue di sini. Ke tempat lain aja," gumamnya.

Senjana berjalan dan menyenggol tubuh Larasati dan Fajar yang sedang berpelukan dengan keras, membuat keduanya terjatuh ke kursi.

Fajar menyadari Senjana pergi, mendorong Larasati hingga terjatuh di lantai dan berlari mengejar Senjana.

"Senjana, tunggu!" teriaknya.

Senjana tidak peduli dengan teriakan Fajar, ia terus berjalan. Senjana akan pergi ke perpustakaan untuk membaca-baca agar dapat mengalihkan pikirannya setelah melihat Fajar dengan Larasati pelukan.

"Senjana!" Fajar berusaha mengejar Senjana yang semakin jauh darinya.

Fajar berhasil mengejar Senjana dan meraih tangannya. "Senjana. Lo kenapa, sih?" tanyanya.

Melihat tangannya disentuh Fajar, Senjana langsung melepaskan tangan Fajar. "Nggak usah pegang-pegang gue!"

"Lo kenapa, Senjana? Lo belakangan ini jauhin gue. Ada apa?" Fajar dibuat bingung oleh sikap Senjana akhir-akhir ini.

"Bukan urusan lo." Senjana akan pergi, tetapi Fajar menahan Senjana.

"Gue nggak akan biarin lo pergi sebelum lo jelasin kenapa lo jauhin gue?"

Senjana berusaha melepaskan tangannya dari Fajar. "Apaan, sih? Sakit tahu!" Senjana merasa kesakitan karena Fajar mencekal tangannya begitu kuat.

"Jelasin dulu sama gue kenapa tiba-tiba lo menjauh dari gue? Gue pengen tahu, Senjana!"

"Emang kenapa kalau kita jauh? Emang kita temen? Kita kan, musuh, bukan teman. Sejak dulu kita selalu bertolak belakang. Kenapa? Lo yang aneh kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu?" sahut Senjana dengan ketus.

Fajar terbelalak mendengar ucapan Senjana. "Apa lo bilang? Bukan temen? Musuh? Lo kira kedekatan itu musuhan? Bukannya kita udah jarang ribut?"

"Apa lo kira itu teman? Kita ini musuhan, Fajar. Kita nggak akan pernah jadi teman!" tegas Senjana.

Fajar menggeleng. "Enggak, ini bukan lo. Gue yakin ada sesuatu yang buat lo kayak gini sama gue. Sekarang jawab, kenapa lo begini sama gue?"

"Gue nggak akan jawab pertanyaan yang nggak bermutu itu!" Senjana bergegas meninggalkan Fajar.

Fajar mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Dia kenapa, sih? Kenapa dia tiba-tiba berjarak dari gue? Apa gara-gara Larasati deketin gue?"

Senjana melanjutkan perjalanan, tiba-tiba saja Larasati mencegatnya dan menatap tajam dirinya. "Lo ngapain caper sama Fajar, main dorong gue sama Fajar?" tanya Larasati.

Senjana menatap datar Larasati dan tiba-tiba Senjana mendorong Larasati hingga tersungkur di majalah dinding. "Dasar sampah! Lo yang caper, ngatain gue caper!" balasnya dengan tatapan tajam seolah akan memangsa.

Larasati kesakitan. "Bangsat lo, ya!" Larasati berusaha bangkit sambil menudingkan jarinya ke arah Senjana. Senjana langsung memelintir jarinya.

"Jangan sembarangan nuding gue! Lo itu yang bangsat! Lo tahu gue suka sama Fajar, tapi lo malah deketin dia sialan! Nggak puas lo ngerusak hubungan Diani sama Adrian, Najwa dengan Farras, Hannifah dengan Arman, lo berusaha merusak hubungan gue sama Fajar? Lo kenapa sih sebenernya? Lo iri sama kita berlima atau lo emang ada masalah sama gue?" Senjana menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Iya! Emang masalahnya sama lo! Gue nggak suka sama lo sejak awal! Lo terlalu caper sama orang-orang, sok pintar, sok paling ngatur, lo terlalu sombong dan selalu mendapatkan sesuatu dengan mudah! Gue nggak suka lo masuk dalam pertemanan kita! Gue paling benci sama lo dari teman-teman yang lain!"

"Oh, jadi lo mau nyalahin gue atas tindakan lo?"

"Iya, emang lo yang salah! Gue nggak pernah suka dan pengen lo keluar dari pertemanan kita!" tegas Larasati, wajahnya sudah memerah.

Senjana menarik pakaian Larasati dengan kuat. "Dasar munafik! Lo nggak suka sama gue sampai lo merusak segalanya dalam pertemanan kita! Udah nggak waras lo, ya! Selama ini gue berusaha baik sama lo karena kita ini sahabat, gue selalu kasih apa yang lo minta ke gue. Tapi, ini balasan lo ke gue? Lo bilang gue caper, sok, dan lo nggak inget kebaikan gue sama lo?"

"Emang ya, kalau orang munafik itu pinter bermain muka. Saat ada maunya pasang muka manis, saat nggak butuh pasang muka garang. Hebat lo, Laras! Lo udah merusak segalanya!" Senjana mendorong Larasati dan bertepuk tangan.

Senjana melayangkan tangannya ke pipi Larasati. "Sekarang lo mau menghancurkan gue dengan merebut Fajar? Emang dasar wanita ular!" Senjana menarik tubuh Larasati, didorongnya, tetapi kebetulan Fajar lewat, Fajar menangkap Larasati, membuat Senjana semakin kesal.

"Senjana! Lo ngapain Larasati? Kenapa lo dorong?" tanya Fajar.

"Fajar, lihat kelakuan temen lo ini. Dia udah nampar dan dorong gue!" Larasati mulai drama.

Senjana tertawa. "Ratu drama, ratu drama, main akting aja sepuas lo, gue nggak peduli!"

"Senjana! Lo kenapa sih? Lo kenapa jadi aneh belakangan ini? Sekarang kenapa lo kelihatan seperti perundung?"

Senjana menatap tajam Fajar. "Lo nuduh gue perundung? Dari sini sekarang gue bisa nyimpulin siapa yang jadi teman lo sekarang!" Senjana bergegas meninggalkan mereka dengan perasaan kecewa.

Senjana berjalan, berusaha menahan diri untuk tidak menangis. Ia tidak mengira Fajar akan menuduhnya seperti itu dan lebih membela Larasati.

Fajar melepaskan Larasati. "Lo nggak apa-apa?"

"Iya, gue nggak apa-apa. Makasih, Fajar. Boleh obatin gue ke UKS? Tamparan Senjana sangat sakit."

Fajar dengan terpaksa tidak mengejar Senjana dan pergi mengantarkan Larasati ke UKS dan mengobati lukanya. Padahal di sana ada petugas PMR, tetapi Larasati merengek meminta Fajar yang mengobati lukanya.

"Lo kenapa bisa ditampar sama Senjana? Nggak mungkin dia begitu kalau lo nggak mulai duluan, kan?" Fajar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

"Dia itu emang jahat, Fajar! Dia pengaruhi teman-teman buat jauhin gue. Dia itu nggak pernah suka sama gue, dia ngasih contekan buat pencitraan doang biar dianggap teman baik, saat gue mau bongkar kedoknya, dia malah marah-marah, nampar dan dorong gue."

Fajar mengangkat sebelah alisnya. "Senjana masa kayak gitu?"

"Iya, dia itu emang jahat dan licik. Lo jangan percaya dia lagi, deh. Dia itu manusia berhati ular. Dia licik dengan wajah polos dan banyak diamnya itu."

Masa Senjana kayak gitu? Mana mungkin kan, Senjana begitu? Dia emang baik, bukan cari pencitraan. Gue jadi bingung harus percaya sama siapa.

Sementara Senjana tidak jadi ke perpustakaan dan memilih pergi ke taman. Ia duduk di bawah pohon yang rindang. Di sana Senjana mulai meneteskan air mata. "Fajar mungkin emang udah suka sama Larasati, buktinya dia lebih bela Larasati malah nuduh gue yang enggak-enggak, padahal dari dulu dia sering sama gue, kenapa dia tega nuduh gue kayak gitu? Ini kan mau lo Larasati? Lo puas kan, sekarang buat gue hancur? Lo menang sekarang, Laras." Senjana tersenyum miris.

BAB 49 update, happy reading 🥰

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang