"Nggak akan ada yang suka diganggu terus, jadi berhenti mengusik orang lain!"~ Jingga Senjana ~
Seorang gadis tengah asyik membaca buku pelajarannya di dalam kelas. Namun, tiba-tiba saja seorang pemuda tiba, menghampiri gadis itu."Woy, bagi contekan, dong," pinta Fajar.
Senjana menatap tajam pemuda di hadapannya. "Enak aja!"
"Ayolah, gue belum ngerjain pr, nih," pintanya.
"Enggak mau! Tugas itu kerjain sendiri, bukan contak-contek tahu!" tegas Senjana.
"Dih, pelit amat, sih," gerutu Fajar sangat kesal.
"Bodo amat!" Senjana menjulurkan lidahnya di hadapan Fajar, membuat pemuda di hadapan Senjana memanyunkan bibirnya.
"Please, kasih gue contekan, dong. Gue beneran butuh, nih."
Senjana memberikan tatapan mendelik terhadap Fajar. "Salah siapa belum ngerjain pr? Itu kan, urusan lo. Bukan gue. Ngapain gue harus berbagi contekan sama lo? Nggak ada untungnya, kan? Lagian nyontek nggak boleh," sahut Senjana dengan nada ketus.
Fajar mengembuskan napasnya dengan kasar. "Gue nggak ngerjain pr karena gue nggak ngerti matematika tahu. Lo jahat amat, sih?"
Senjana tertawa. "Apa? Lagi main drama lo, hah? Gue bukan jahat, tapi lo bukan siapa-siapanya gue, Fajar!" tegas Senjana. "Lo nggak berhak dapat contekan dari gue! Gue nggak mau kasih! Lo nyebelin!"
Saat Senjana lengah, tiba-tiba Fajar merebut buku PR milik Senjana, lalu bergegas meninggalkan kelas. Fajar berlari dengan cepat agar Senjana kesulitan mengejar dirinya.
Senjana terbelalak melihat Fajar mengambil buku miliknya itu. Ia bergegas mengejar pemuda menyebalkan di matanya itu. "Hey, Fajar! Balikin buku gue!" teriak Senjana.
"Fajar sialan! Jangan ambil buku gue!"
"Fajar! Sini lo!"
Fajar terus berlari, dan Senjana terus mengejar Fajar. Ia harus mendapatkan buku PR itu. Senjana tidak rela jika buku kesayangannya diambil oleh Fajar. Apalagi jika pemuda itu berhasil menyalin jawabannya.
Fajar berhasil berlari cukup jauh. Pemuda itu bersembunyi di halaman belakang sekolah yang masih hening. Senjana bingung, kemana harus mencari Fajar. Fajar ternyata memiliki kemampuan berlari yang sangat cepat.
Senjana menghentikan langkahnya, lalu mengembuskan napasnya dengan kasar. "Kemana sih, dia? Larinya cepet banget! Apes banget sih, gue! Bisa-bisanya lengah! Kalau dia berhasil ambil jawaban gue gimana? Ah, nyebelin!" Senjana mengacak rambutnya dengan frustrasi.
"Nyusahin banget, sih! Gue makin benci sama dia!"
"Percuma aja dikejar kalau nggak ketemu gini? Udah capek-capek, ketemu enggak. Mending gue balik ke kelas, deh! Capek banget ngejar orang kayak gini."
Senjana memutuskan kembali ke kelas, menduduki bangkunya. Ia akan menunggu Fajar datang ke kelas. Senjana yakin sekali jika Fajar akan datang ke kelas. Mana mungkin ia tidak datang ke kelas.
Sementara, di tempat lain Fajar cukup lama beranda di dinding kelas belakang. Ia mencoba mengatur napasnya yang terasa tersengal-sengal karena tadi berlari dengan cepat agar Senjana tidak bisa mengejar langkah kakinya. Ia sangat membutuhkan jawaban dari Senjana ini karena semalam lupa mengerjakan PR.
Fajar mengambil ponsel, diam-diam memotret jawaban milik Senjana. Ia segera memasukkan kembali ponsel ke dalam saku sebelum ada yang melihatnya karena di sekolah tidak boleh membawa ponsel ke sekolah. Jika ketahuan, ponselnya bisa-bisa disita dan orang tuanya akan dipanggil.
Fajar melangkah meninggalkan halaman belakang, ia akan kembali ke kelas. Fajar juga akan mengembalikan buku milik Senjana itu.
Sampai di kelas, terlihat Senjana duduk di bangkunya tetapi ia menenggelamkan wajahnya di atas meja. Fajar meletakkan buku di samping Senjana, tiba-tiba mendengar suara tangisan.
Apa dia nangis? batin Fajar bertanya.
"Lo nangis, woy?" tanya Fajar, tetapi tidak mendapatkan sahutan dari Senjana.
"Gue minta maaf. Gue salah ambil buku lo. Lagian lo nggak mau kasih, sih."
"Lo jahat tahu!"
Fajar mengembuskan napasnya dengan kasar. "Siapa yang jahat duluan? Lo apa gue, hah? Lo, kan? Lo yang nggak mau kasih buku ke gue. Gue ambil paksa aja. Tuh, bukunya udah gue balikin, nggak usah nangis. Cengeng banget lo."
Fajar berjalan, lalu menempati bangkunya yang berseberangan dengan bangku Senjana. Fajar mulai menulis jawaban Senjana di buku tulis dari ponselnya.
Senjana bangkit, kemudian menatap buku tugasnya. Ia mengusap wajahnya dan merapikan rambutnya. Senjana segera memasukkan bukunya ke dalam tas.
Senjana melirik sinis ke arah Fajar. "Awas aja, nanti gue bales, lo!" gumam Senjana.
***
Saat jam istirahat, setelah selesai makan bekal dengan teman-temannya, Senjana tidak keluar dari kelas. Ia sibuk mengerjakan buku LKS. Tengah fokus mengerjakan soal-soal IPA di buku LKS, tiba-tiba saja Fajar menghampiri, ia mengambil tempat pensil yang ada di meja Senjana, kemudian berlari kencang, keluar dari kelas.
Senjana terbelalak, ia segera mengejar pemuda yang sudah mencuri tempat pensilnya.
"Fajar! Balikin kotak pensil gue!"
"Lo cari masalah terus, ya, sama gue!"
"Dasar bego!" Senjana terus mengejar Fajar, Fajar makin mempercepat larinya. Beberapa siswa dan siswi memperhatikan mereka. Walau banyak yang memperhatikan, Senjana tidak peduli sama sekali. Yang ia butuhkan adalah tempat pensilnya kembali.
"Fajar! Balikin, sialan!" umpatnya.
Mereka kejar-kejaran ke sana dan kemari. Dari ujung kelas ke ujung kelas, dari atas ke bawah, dari kelas ke lapangan. Benar-benar mirip seperti dalam film kartun Tom and Jerry.
"Kejar aja kalau bisa!" tantang Fajar.
Senjana melotot, ia makin mempercepat larinya.
Fajar bersembunyi di bawah tangga yang sepi. Ia yakin Senjana tidak bisa menemukan dirinya.
Senjana kehilangan jejak Fajar, ia tengah berada di depan koperasi sekolah. Senjana memandang sekelilingnya, mencari sosok menyebalkan yang sudah membuatnya kesal.
"Kemana anak itu? Kenapa selalu saja bikin gue kesel, sih? Belum kenal gue, sih! Apa perlu gue seret dia ke mama gue baru tahu rasa udah bikin masalah!" gumam Senjana dengan ekspresi tajam dan wajahnya yang begitu merah. Senjana kembali berjalan, mencari keberadaan Fajar. Ia harus bisa menemukan Fajar dan mengambil tempat pensilnya lagi.
"Sialan! Kemana anak itu! Bisa gila gue lama-lama kayak gini terus!" gerutu Senjana dengan wajah kesal.
Senjana menaiki anak tangga, mungkin saja ia akan menemukan Fajar. Ternyata, saat Senjana menoleh ke belakang, ia melihat sosok Fajar. Fajar terbelalak, ia kembali turun dari tangga dengan berlari. Senjana menyusul Fajar dengan cepat.
Senjana berhasil menyamakan kecepatannya dengan Fajar, ia berusaha mengambil tempat pensil itu dari Fajar. "Siniin, nggak!"
Fajar menggeleng. "Nggak mau. Ini punya gue."
Senjana tertawa. "Heh, sejak kapan ini punya lo? Ini yang beliin mama gue. Enak aja ngaku-ngaku! Siniin!" Senjana berusaha menarik tempat pensilnya dari tangan Fajar.
"Nggak mau!" Fajar berusaha menahan tempat pensil itu agar tidak terlepas dari tangan kekarnya.
"Apaan, sih! Lepasin tangan lo!" Senjana memukul tangan Fajar, membuatnya berhasil mendapatkan tempat pensilnya.
Senjana tersenyum miring, menatap sinis ke arah Fajar. "Gue dapet!" Senjana mendorong Fajar, lalu meninggalkan pemuda itu.
Fajar tersenyum. "Makin menarik," gumamnya.
BAB 3 Senjana & Fajar update, happy reading 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Roman pour Adolescents(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...