32. Membuat Masalah Baru

30 3 47
                                    


"Manusia senang sekali membuat masalah dengan manusia lainnya."

~ Jingga Senjana ~


Senjana tengah duduk sambil mengerjakan soal-soal di LKS. Ia memang sangat rajin menyicil tugas LKS agar saat LKS dikumpulkan ia tidak kelabakan. Lebih baik dicicil sekarang daripada nanti mencicilnya.

Sementara Hanna di sampingnya juga mengerjakan LKS bersama Senjana.

Diani malah sedang melakukan chatting dari BBM dengan kekasihnya, Yoga. Sementara Najwa juga sibuk chatting dengan kekasihnya yaitu Yogi.

Hanni dan Larasati tengah pergi ke kantin untuk membeli minuman. Saat mereka datang ke kelas, Hanni menghampiri Senjana. "Sen, kita narik kas yuk," ajak Hanni. Ia rasa ini waktu yang pas untuk menarik uang kas karena banyak siswa di dalam.

"Ayo." Senjana menutup LKS dan mengeluarkan buku kas dan dompetnya. Mereka mulai berjalan dari meja pertama yang dekat dengan pintu untuk menarik uang kas perminggu. Di kelas XI IPA 3, kas perminggu lima ribu, tetapi dapat dicicil selama tiga hari dalam seminggu. Sehingga satu bulan tarif uang kas setiap siswa yaitu dua puluh ribu rupiah. Uang kas biasanya dialokasikan untuk membeli peralatan kebersihan kelas, keperluan kelas, dan lain-lain untuk kelas.

"Nunggak dua minggu," ujar Senjana kepada gadis yang tengah bermain ponsel. Gadis itu mengeluarkan lembaran berwarna ungu.

"Lunas, ya. Sepuluh ribu," ujar gadis bernama Oktavia.

"Oke, catat, Ni," pinta Senjana yang sembari memasukkan lembaran tersebut ke dalam dompet. Mereka lanjut berkeliling.

"Nunggak satu bulan," ujar Senjana kepada seorang pemuda yang tengah bermain permainan di ponsel.

Pemuda itu memberikan selembar berwarna cokelat. "Satu minggu dulu, lah," ujar pemuda bernama Febri.

"Iya, deh. Han, catat dia baru seminggu dalam bulan ini," pinta Senjana. Hanni pun mencatat kembali.

Mereka ke meja Fajar. Pemuda itu tengah mengobrol dengan Ardana. "Woy, uang kas," pinta Senjana berusaha lembut.

Fajar dan Ardana menoleh. "Bayaran mulu," komentar pemuda itu segera mendapatkan cubitan dari Senjana.

"Ya, emang perminggu, bodoh!" tegas Senjana.

"Iya, ya, nggak usah galak-galak, dong," cibir Fajar sembari merogoh sakunya. Pemuda itu mengeluarkan selembar berwarna cokelat. "Nih, buat minggu ini. Lunas, ya."

"Hm." Senjana menerima uang itu dan Hanni mencatatnya.

"Woy, Dana. Lo nunggak dua bulan. Buruan lunasin," pinta Senjana.

"Santai dong, Bos." Ardana merogoh sakunya dan memberikan lembaran berwarna ungu. "Dua minggu dulu, nih."

Senjana memutar bola matanya dengan malas. "Makanya pas waktunya bayar jangan besak-besok. Kalau mendekati akhir lo harus lunasin semua, loh," gerutu Senjana.

Ardana mengembuskan napasnya dengan kasar. "Iya, iya bawel amat. Gue pasti lunasin, kok."

"Harus, Dan. Bakal kita tagih sampai akhir pokoknya," sahut Hanni sembari mencatat di buku kas.

Selanjutnya mereka menghampiri gerombolan geng Tornado. Sebelum berbicara, Senjana dan Hanni menarik napas panjang karena akan panjang berurusan dengan mereka. "Rian, uang kas. Dhanu uang kas. Ragil uang kas. Ayo, cepetan. Kalian udah nunggak banyak."

"Nggak ada uang," ujar Rian dengan ketus.

Senjana menggelengkan kepalanya. "Nggak usah nipu. Lo jajan bisa, bayar uang kas aja nggak bisa. Lo kira gue nggak tahu?" balas Senjana ikut ketus.

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang