"Apakah bisa mengalami kesamaan berkali-kali itu menjadi jodoh?"~ Jingga Senjana ~
Saat Senjana tengah mengajari Diani mengerjakan soal IPA fisika di buku LKS, tiba-tiba Larasati menghampiri Senjana dengan Hanni. "Senjana! Lo harus tahu ini!" teriaknya dengan heboh.
Senjana menoleh dan mengerutkan keningnya. Alis matanya terangkat sebelah. Sementara Diani mengerucutkan bibirnya karena Larasati telah mengganggu kegiatannya bersama Senjana.
"Ih, Laras! Lo bisa nggak usah gangguin Senja pas ngajarin gue belajar?" gerutu Diani.
Larasati mencebik. "Ya elah, Diani. Ngambekan amat, sih. Gue ada kabar penting tahu!" sahut Larasati dengan ketus.
"Kabar penting apa sih, sampai mengganggu waktu belajar gue, hah?" sahut Diani yang tidak kalah ketusnya.
"Itu loh, Ali. Nama cowok yang ada di surat itu. Gue udah tahu gimana orangnya. Sumpah ganteng banget, loh!" ujar Larasati dengan antusias.
Senjana memutar bola matanya dengan malas. "Ya udah, mending lo pacarin aja sana."
Larasati memajukan bibirnya. "Bukan gitu, Senja. Gue cuma ngasih tahu lo kalau Ali itu ganteng," ujar Larasati lagi-lagi memuji Ali yang Senjana tidak kenal itu.
"Terus kalau ganteng kenapa? Gue nggak kepo sama sekali. Itu cuma surat iseng, kali. Nggak usah diperbesar," sahut Senjana yang tidak senang mendengar itu.
"Kenapa lo? Tumben kayaknya nggak semangat apa-apa?" tanya Hanni yang memperhatikan Senjana memang sangat tidak bersemangat.
"Em, gue baik-baik aja." Senjana menggelengkan kepalanya.
"Ya, anggap aja itu cuma iseng. Nggak usah dipikirinlah. Tuh, yang jelas mah, Fajar!" ujar Diani yang yakin jika Fajar menyukai Senjana.
Senjana mengembuskan napasnya dengan kasar. "Apalagi ini? Nggak usah berspekulasi kayak gitu. Mana mungkin dia suka sama gue," sanggahnya.
"Heh, nggak boleh mikir kayak gitu, Senja. Siapa tahu jodoh," tutur Diani.
"Bener, Senjana. Lo nggak boleh terlalu benci sama Fajar. Bisa jadi sebaliknya, loh. Oh, ya, btw Najwa sama Hanna mana?" tanya Hanni.
"Mereka ke toilet. Ya, gimana nggak benci, orang dia nyebelin," sahut Senjana yang kesal kalau membahas soal Fajar.
Sementara Fajar berada di kantin, mengantarkan makanan anak-anak geng Tornado. Ia terlalu takut sehingga menuruti keinginan mereka semua.
"Nah, gitu, dong!" Rian menoyor kepala Fajar dengan kuat. Pemuda itu hanya menahan rasa sakitnya.
"Gue mau balik ke kelas, Yan?"
"Berisik, sana pergi!" Rian mendorong Fajar hingga tersungkur.
Fajar berusaha bangkit dan meninggalkan kantin. Saat berjalan menaiki anak tangga, Ardana menghampirinya. "Lo kemana aja gue cariin!" gerutu Ardana yang menatap tajam Fajar.
"Dari kantin. Layanin anak-anak Tornado makan."
Ardana menepuk pundak Fajar. "Lo bego apa gimana, sih? Bisa-bisanya mau jadi babu mereka?" marah Ardana yang kesal Fajar terus saja menuruti mereka.
"Gue takut, Dan. Gue nggak mau kena pukul lebih parah kalau gue nolak. Gue ngalah aja, deh."
"Bukan gitu caranya, bangsat! Lo bodoh tahu nggak!"
"Terserah apa kata lo. Gue mau ke kelas." Fajar berjalan menuju kelas dengan disusul oleh Ardana.
"Fajar! Gue cuma mau lo berani. Lo harus berani lawan mereka. Jangan takut!" teriak Ardana yang menasihati Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Roman pour Adolescents(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...