2. Lemparan Batu Di Waktu Dhuha

168 16 146
                                    


"Awan putih dengan langit biru yang cerah memang indah, tetapi suasananya menjadi rusak karena si pengusik mengganggu."

~ Jingga Senjana ~

Hawa dingin terasa sejuk, embun masih ada di sekitaran tanaman, awan-awan putih di atas langit begitu indah susunannya, mentari terbit, tetapi belum begitu terasa panasnya. Suasana ini membuat Senjana sudah tiba di kelas. Saat ini ia tengah membersihkan kelas karena masih banyak debu dan sampah. Kelas masih sunyi, para siswa atau siswi di sana belum tiba, hanya dirinya yang ada.

Saat tengah asyik membersihkan debu-debu di lantai, tiba-tiba saja Fajar masuk ke dalam kelas. Ia memperhatikan Senjana yang tengah menyapu lantai.

Senjana melihat keberadaan Fajar, langsung memajukan bibirnya. "Udah dateng aja lo?" tanya Senjana.

"Iya, dong. Gue anak rajin," sahut Fajar terdengar sombong.

Senjana mencebik. "Iyain aja, deh. Mending lo keluar dulu, gue mau bersih-bersih. Kelas ini memang nggak dipiketin kemarin?" gerutunya karena masih banyak debu dan sampah yang berserakan.

"Mana gue tahu. Gue nggak ada jadwal piket kemarin, kok. Tanya aja sama ketua kelas sana," saran Fajar. Pemuda itu tengah meletakkan tasnya di bangku.

"Males. Ketua kelas kita centil," gerutunya.

"Dih, parah lo. Gue aduin baru tahu," ancam Fajar.

"Apaan, sih. Cowok sih, bawel! Cowok itu harusnya cool!" cibir Senjana.

"Suka-suka gue, lah."

"Bomat!" Senjana memutar bola matanya dengan malas.

Setelah selesai membersihkan debu dan sampah di kelas, Senjana duduk di bangkunya. Fajar masih memperhatikan Senjana yang berkeringat karena bersih-bersih kelas tadi.

"Mumpung sepi, gue cari tempat duduk." Senjana membawa alat salatnya, ia bergegas pergi ke lapangan.

Hari ini adalah hari Kamis. Di mana, di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang mengadakan kegiatan salat Dhuha bersama setiap hari selasa sampai jum'at. Kalau hari senin digunakan sebagai acara upacara bendera.

Senjana menempati tempat yang kosong, berada di terpal barisan keempat yaitu barisan pertama para siswi melaksanakan salat Dhuha. Ia menggelar sajadahnya di atas terpal. Sembari menunggu, Senjana menatap langit yang begitu indah dan terasa sejuk.

Namun, ternyata Fajar juga menyusul, mencari posisi untuk melaksanakan salat Dhuha. Sebelum ke lapangan, ia mengambil air wudhu dahulu di dalam musala. Selesai berwudhu, Fajar mencari posisi, ternyata memang pemuda itu mencari perang. Ia menempati terpal barisan ke tiga, tepat di depan Senjana. Senjana terbelalak, melihat itu.

"Woy! Ngapain lo di situ?" teriaknya begitu memekakkan telinga Fajar.

Fajar mendengkus kesal. "Apaan, sih, berisik banget! Suka-suka gue mau di mana," sahut Fajar.

Senjana berkacak pinggang. "Heh, ngapain harus di situ juga, sih? Depanan sama gue lagi. Pindah lo!" pinta Senjana.

Fajar menggeleng. "Nggak mau."

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang