50. Pingsan

20 2 3
                                    


"Selalu bersama, selalu mengisi hari-hari dengan penuh warna, tetapi semua itu tidaklah abadi, ada masanya sendiri yang akan selalu dirindukan."

~ Jingga Senjana ~

Senjana semakin jauh dengan Fajar, ia tidak lagi bersama Fajar, lebih banyak menghabiskan waktu bersama empat sahabatnya terkadang menyendiri. Walau begitu, ia sering merindukan saat-saat bersama Fajar.

Senjana tengah duduk di tempat duduknya, tiba-tiba teringat Fajar mengambil barangnya, mereka kejar-kejaran, ejek-ejekan yang mereka lontarkan, dan hal-hal lain yang mereka lakukan terbayang dalam pikiran Senjana.

"Sekarang rasanya sangat hampa dan kosong. Ternyata momen itu sangat berharga. Dahulu gue pengen dia berhenti, tetapi akhirnya benar-benar berhenti. Gue kira dia akan terus mengganggu gue, tetapi ada waktunya dia berhenti mengganggu gue," gumamnya.

Senjana tidak ingin terus memikirkan Fajar, ia keluar dari kelas mencoba mengalihkan pikirannya dengan keliling area sekolah.

Saat Senjana berada di taman, ia melihat Larasati yang berusaha bergelayut manja di tangan Fajar.

"Apa mereka memang ada hubungan? Mengapa mereka dekat terus?" Senjana mengembuskan napas dengan kasar. "Sakit rasanya lihat mereka berduaan, tapi kalau Fajar memang suka sama Larasati, gue bisa apa. Gue harus terima kenyataan kalau selama ini dia hanya suka gangguin gue bukan berarti dia suka sama gue. Gue terlalu percaya diri buat disukai sama Fajar. Harusnya gue nggak jatuh cinta sama dia," gumamnya. Senjana berjalan ke tempat lain agar tidak terus-menerus menyaksikan Fajar yang berduaan dengan Larasati.

Sementara Fajar berusaha melepaskan tangan Larasati darinya. "Lo ngapain, sih?" Fajar tidak suka Larasati terus menempel padanya.

"Emang kenapa? Gue pengen Deket sama lo nggak boleh?" sahut Larasati tanpa dosa.

"Enggak, gue nggak mau. Sana pergi," pinta Fajar.

"Enggak, gue mau sama lo pokoknya!" tegas Larasati.

Fajar menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak, enggak, gue nggak mau. Gue mau sendiri, jangan nempelin gue mulu." Fajar segera meninggalkan Larasati. Ia kesal karena Larasati terus mendekatinya.

Fajar pergi ke rooftop, menatap langit dengan perasaan yang tidak karuan. "Kenapa gue jadi jauh sama Senjana gini? Sebenarnya yang buat dia jauhin gue itu apa? Salah gue apa sama dia? Kenapa dia kayak benci sama gue? Gue harus gimana sekarang?" Fajar mengusap rambutnya dengan perasaan campur aduk.

Tiba-tiba saja Ardhana duduk di samping Fajar. "Lo coba ajakin Senjana bicara. Akhir-akhir ini lo deket sama Larasati, mungkin dia cemburu," ujar Ardhana.

Fajar mengerutkan keningnya. "Cemburu? Kenapa?"

Ardhana memukul lengan Fajar. "Lo goblok apa bego, sih? Gitu aja nggak tahu!" maki Ardhana kesal karena Fajar kurang peka.

Fajar tidak mengerti apa.yang Ardhana maksud. "Maksud lo apaan sih? Nggak usah ngatain gue segala kali!" Fajar kesal dikatakan bodoh oleh Ardhana.

"Emang lo bego, kok nggak mau disalahin. Lo nggak peka banget jadi cowok. Senjana itu nggak suka lo deket sama Larasati, dia nggak suka lo lebih belain Larasati. Peka dong, Jar!" Ardhana sudah merasa gemas dengan kebodohan yang Fajar miliki.

"Aish, gue nggak paham!" Fajar mengacak rambutnya dengan frustrasi.

"Gue juga capek ngomong sama orang yang gobloknya kelas kakap!" gerutu Ardhana.

Fajar bangkit dan berdiri. "Gue nggak ngerti apa maksud lo, tapi gue harus bicara sama Senjana supaya gue tahu apa salah gue dan kita bisa deket lagi." Fajar berjalan meninggalkan Ardhana.

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang