BRAK!
"ALISA! KENAPA KAMU SELALU MEMBUAT MASALAH HAH?!"
"TIDAK BISA KAH KAMU SEPERTI KAKAKMU? MAU JADI APA KAMU BESAR NANTI!" Emosi seorang pria paruh baya setelah pulang dari sekolah anak bungsunya.
Sedangkan sang empu nama hanya terdiam. Namun, siapa yang tahu apa yang ada di dalam pikirannya.
"Pa udah cukup Pa, itu bukan salah Alisa. Rey yakin pasti ada alasan kenapa Alisa seperti itu." ucap seorang laki-laki yang baru saja datang dengan terburu-buru.
"Alasan? Alasan apalagi? Dia dari dulu selalu seperti itu. Tiada hari tanpa membuat masalah. Dia itu perempuan! Dia seharusnya tahu bagaimana bersikap dan bertindak. Belum lagi kita dari keluarga terpandang! Kamu juga jangan selalu membelanya Rey. Itu akibat jika dia selalu kamu manjakan!"
"Tapi Pa..."
"Cukup! Alisa, kamu Papa hukum tidak boleh keluar rumah selama dua hari. Kalau sampai kamu langgar, terima hukumanmu selanjutnya!" Setelah mengatakan itu pria paruh baya tadi pergi dari sana. Sekarang tinggal lah dua orang kakak beradik itu.
Yang laki-laki, yakni sang kakak perlahan mendekat ke arah sang adik, yang mana sekarang masih tetap diam di tempatnya seraya menatap lantai keramik mansionnya. Entahlah, sepertinya lantai itu lebih menarik perhatiannya.
"Adek..." Panggil laki-laki itu.
Sedangkan yang dipanggil masih tetap dalam posisinya.
Setelah terdiam cukup lama, tiba-tiba terdengar sebuah suara putus asa dari gadis yang berada di hadapannya itu.
"Kenapa? Kenapa Papa selalu seperti itu? Kenapa dia selalu menyimpulkan semaunya sendiri? Dan kenapa aku juga selalu dibandingkan dengan yang lain terutama denganmu kak! Aku itu adalah aku! Kenapa?! hiks.." Runtuh sudah pertahan sang adik, yang di ketahui namanya, Alisa Belinda Justin.
Sang kakak yang mendengar itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia juga sedih, ia terlalu lemah untuk melindungi sang adik.
Ia juga merasa bersalah kepada sang ibunda akan pesannya yang harus menjaga sang adik dengan baik.
Sekarang yang hanya bisa dilakukannya adalah memeluk dan menenangkan sang adik.
Ia tahu betapa rapuhnya adiknya ini, namun selalu ditutupinya dengan tingkahnya selama ini.
Ruangan itu yang tadinya terasa panas berubah menjadi dingin dan kemudian terdengarlah suara isak tangis yang menyayat hati.
Setelah beberapa saat menangis, akhirnya ruangan itu menjadi sunyi. Namun, mereka masih mempertahankan posisinya seperti tadi.
Sang adik perlahan melepaskan pelukkan sang kakak. Kemudian menatap lekat mata sang kakak dan berkata, "Kak maaf kalau Alisa sering buat kakak susah. Maaf juga atas semua tingkah laku Alisa. Gak jarang kakak juga terkena imbasnya karena ngelindungin Alisa."
"Gak dek gak papa, itu udah menjadi kewajiban kakak." Ucap sang kakak sambil menghapus air mata sang adik.
"Kak tolong sampaiin ke Papa, Alisa tahu kalau Alisa selalu bikin Papa malu, susah, marah sama tingkah Alisa. Tapi Alisa punya alasan buat itu. Alisa harap Papa bisa mengerti kak."
"Kak, aku capek. Aku rasanya mau ikut Mama aja. Alisa lelah kak." Lanjutnya dengan tatapan kosong ke depan.
"Syutt, adek gak boleh ngomong kayak gitu. Gak baik, Kakak gak suka! Adek gak akan ke mana mana. Adek selalu sama kakak di sini. Udah ya, mending sekarang adek masuk kamar terus cuci muka, tidur. Oke?" Tatap Rey sendu. Ia sungguh tidak kuat melihat keadaan adik satu-satunya ini.
"Nggak kak nanti aja. Alisa mau keluar dulu. Cari angin sama nenangin pikiran."
"Yaudah, tapi hati hati ya. Jangan jauh jauh perginya. Jangan ngebut juga bawa motornya. Paham?"
"Oke captain" Ucap Alisa seraya hormat ala-ala prajurit.
Sang kakak yang melihat itu pun merasa lucu dan mengacak gemas surai sang adik. Kemudian mencium puncak kepalanya, setelah itu pergi dari sana.
Sang adik, Alisa yang melihat itu hanya menatap sendu punggung sang kakak yang semakin menjauh dari pandangannya.
Setelah memastikan sang kakak pergi, ia pun keluar dari mansion indah berkedok neraka itu. Ia sungguh berniat ingin merilekskan pikirannya.
Selama di perjalanan, Alisa kembali mengingat kejadian yang terjadi di sekolahnya, yang mana orang tuanya di panggil karena suatu kejadian yang melibatkan dirinya.
Namun karena kurang fokus dalam berkendara, Alisa tidak menyadari adanya mobil yang melaju kencang tepat ke arahnya. Kemudian terjadilah tabrakan hebat antara mobil dengan motor itu.
Namun sayang, sepertinya yang mengendarai mobil tidak terluka parah, tetapi ada sedikit cekungan dan beberapa goresan pada mobilnya efek dari tabrakan itu.
Karena jalanan dalam keadaan sepi, mobil itu pun kembali melaju pergi meninggalkan orang yang ditabraknya.
Sedangkan Alisa, setelah tertabrak langsung terhempas jauh. Hingga kesadarannnya akan hilang, ia melihat mobil yang menabraknya melaju pergi meninggalkan dirinya.
Alisa sudah pasrah, ia juga sudah lelah dengan semuanya. Mungkin ini adalah saatnya ia menghilang.
Namun sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia seperti melihat seseorang mendekat, sepertinya ingin menolongnya, begitu pikirnya. Lalu setelahnya juga terdengar beberapa suara dan meminta menghubungi ambulan.
Sayangnya, sepertinya itu tidak akan sempat. Alisa sudah tidak kuat lagi. Mungkinkah ini akhirnya? Apakah ia akan bertemu dengan Mamanya di sana? Ia harap seperti itu.
Maaf dan selamat tinggal Papa, kakak~
°°°°°°°°°°
Heyy yow, ini cerita aku yang lain. Kali ini bakalan berbeda suasanannya. Hehe.. Aku harap kalian menyukainya><
Tandai kalau ada typo ya*
Btw, sorry wattpadku rada aneh euuy:(
Ini cerita aja hampir hilang seluruhnya padahal di save😭
Alhasil aku publish satu dulu dari pada hilang lagi nanti🤧Tunggu kelanjutannya ya~
Psst, Jangan lupa votmennya kalau suka ya🤗
👇Kalau banyak yang suka nanti aku lanjutin lagi. Hehe..
See u<3
KAMU SEDANG MEMBACA
God of War's Wife
RomanceAlisa Belinda Justin, seorang gadis cantik, pintar, ramah dan sedikit absurd. Ia selalu bertingkah ceria, memberikan aura positif kepada siapa saja. Tetapi juga bisa ganas bila ada yang mencari masalah dengannya. Namun siapa yang tahu bagaimana kehi...