1.Wasiat

74 15 2
                                    

"Assalabumualaikum. hay guys"

ketemu gw lagi nih ')
udah siap baca cerita baru gw gak??.
Kali ini agak beda ya guys walaupun
gendrenya sama islami tapi, gw
pengen buat ini lebih seru lagi alurnya
.
.
.
Selamat menikmati alurnya and
"Happy Reading everyone"

"Persetujuan diriku sendiri adalah segalanya yang kubutuhkan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Persetujuan diriku sendiri adalah segalanya yang kubutuhkan"

~Almaira Zeline Jovanka

"Semua ini gara-gara kamu anak sialan!!" bentaknya sambil memukuli perempuan itu membabi buta.

"Pa gak gi--" ucapannya terpotong karena rahangnya dicengram begitu kuat olehnya, perempuan itu hanya bisa menangis mencoba menjelaskanpun ia tak bisa karena perlakuan kasar dari papanya itu ditambah lagi papanya itu sedang mabuk berat.

"Diam kamu anak sialan! Karena kamu kesialan selalu terjadi dirumah ini" ujar laki-laki itu dengan tangan yang terus mencengram rahang putrinya itu tanpa mempedulikan raungan dari anaknya.

"Istri saya meninggal juga karnamu, dasar kau pembawa sial" dihempaskan tubuh putrinya itu sampai membentur meja kaca disampingnya.

Pyar

Kaca itu pecah berserakan dimana-mana dan juga telah melukai lengan putrinya lalu laki-laki itu pergi begitu saja setelah melampiaskan semua marahnya kepada putrinya.

Perempuan itu terlihat sangat kacau dan mirisnya banyak luka ditubuhnya karena goresan kaca meja yang pecah tadi, tidak hanya lengan tapi keningnya pun juga ikut terluka dan mengelurakan darah.

Ia menatap sebuah foto keluarga didepannya, tepat terpaku didinding dengan tatapan sendu ia menatap foto keluarga yang sangat bahagia sebelum kehadiran dirinya itu, terlihat jelas senyum seorang wanita yang seakan tak akan pernah pudar didalam foto itu cantik dan manis itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan wajah wanita itu.

Ia menatap lurus foto itu tanpa mempedulikan semua luka-luka yang terus mengeluarkan darah ditubuhnya. Ia sudah terbiasa merasakan darah mengalir ditubuhnya dan bau anyir darah itu. Luka ini tak separah luka-luka yang ia dapat sebelumnya, dulu waktu pertama kali ia menginjakkan kakinya dirumah ini. Ia pernah dibantai habis habisan oleh papanya itu, dipukul, digores pisau, dipasung dan dicambuk tanpa ampun.

Jadi luka kecil seperti ini sudah tidak ada artinya semua luka yang ia dapat tak sesakit luka hatinya. "Andai bunda masih disini, pasti papa gak akan kayak gini kan bunda?" ujarnya sambil menatap kosong gambar foto itu keluarga yang sangat bahagia sebelum kehadirannya didunia ini.

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang