16. Adam dan Hawa

26 12 0
                                    

•Swastamita•

BUDAYAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA...

JANGAN MAGER BUAT PENCET LOGO BINTANG DIBAWAH DAN  BERKOMENTAR LAH...

Jangan pernah berharap ketenangan pada dunia yang hakikat aslinya adalah tempat dihukumnya nenek moyang kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan pernah berharap ketenangan pada dunia yang hakikat aslinya adalah tempat dihukumnya nenek moyang kita. Dunia adalah penjara yang nyata, tapi jarang disadari oleh orang-orang karena terlalu lalai terhadap ujian dari Allah SWT, sampai-sampai mereka selalu meninggalkan perintah darinya dan memilih menjadi budak dunia fana ini"

~M. Shaka Abizar Al Ghifari

Devan menghapus air matanya kasar. "Tunggu Devan ya mah, pah karena Devan enggak mungkin pulang tanpa jemputan" ujarnya lalu tersenyum manis kearah langit, menghiraukan suara petir yang terus menggelegar disana.
———————–———————————

"Mana sih Aira, lama banget kekamar mandinya" Berkali-kali Reyna menghela nafas panjang karena menunggu sahabatnya yang satu ini.

Tanpa Reyna sadari ada orang yang tengah tersenyum lebar melihatnya, perlahan orang itu mendekati Reyna dan, "Nungguin ya" ujarnya sembari terkekeh kecil.

Reyna yang masih terkejut hanya mampu menghela nafas panjang. "pakek nanya Lo"

"Gue udah mati kutu disini, apalagi Zura sama Allisya enggak kelihatan batang hidungnya sama sekali" ujr Reyna frustasi.

Zeline kembali tersenyum lalu menarik  tangan Reyna mengajaknya masuk kelas. "Mereka berdua males sekolah mungkin"

"Lah. Udah males aja, padahalkan baru aja pindah sekolah"

"Eh bentar gue malu, belum perkenalan juga kan" ujar Reyna yang membuat Zeline melepaskan tangan Reyna.

Zeline diam sebentar. "Bener juga ya, terus gimana nih?"

Disela perbincangannya, ada salah satu santri perempuan yang menghampir. "Afwan kalian anak baru kan?"

Reflek Zeline dan Reyna menoleh ke sumber suara. "Iya kak. kita anak baru"

Perempuan bercadar itu nampak mengangguk. "kalau begitu silahkan masuk, tafadholi ukhti"

Reyna mengerutkan keningnya "tapadhol, tapadhol apa? Dodol iya" batin Reyna yang menatap heran perempuan yang tidak ia kenal ini, lalu beralih melirik Zeline disampingnya. "Tafadholi atau tafadhol itu artinya silahkan, cuman bedanya Tafadholi itu buat perempuan dan tafadhol itu untuk laki-laki"

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang