13. Maaf

22 10 0
                                    

•Swastamita•

BUDAYAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA...

JANGAN MAGER BUAT PENCET LOGO BINTANG DIBAWAH DAN BERKOMENTAR LAH...

"Langit itu indah, sama kayak kamu yang sudah sangat indah dilangit jingga waktu itu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Langit itu indah, sama kayak kamu yang sudah sangat indah dilangit jingga waktu itu"

~Almaira Zeline Jovanka

Zeline menatap kesamping terdapat sekat disana, sekat untuk barisan jamaah laki-laki tempat Shaka yang sedang mengaji sekarang lalu Zeline kembali mengalihkan pandangannya untuk menatap lurus kedepan "Aku terlalu banyak menyusahkan kak Shaka. Maaf ya kak, aku akan berusaha untuk pergi secepatnya, aku tidak mau menyusahkan kalian lagi" batin Zeline.

——————————————

Terdengar suara azan berkumandang panggilan untuk umat muslim menjalankan kewajibannya untuk melaksanakan sholat subuh. Shaka mengumandangkan azan dengan suara merdunya, banyak santri yang mulai berdatangan kemasjid. Zeline pun merapikan mukena dan sajadahnya sambil mendengarkan lantunan suara azan.

Sholat subuh telah dilaksanakan, sinar matahari mulai muncul dari ufuk timur pertanda awal baru telah dimulai semua santri sekarang sedang melakukan aktivitas paginya ada yang menyapu, mencuci baju ada yang memasak dan ada juga yang sedang piket dindalem, sekarang Zeline sedang menyapu kamar dan merapikan barang-barangnya yang belum sempat dirapikan sebelumnya.

Saat Zeline merapikan bukunya dimeja ada selembar kertas yang terjatuh kebawah meja, Zeline mengambil kertas itu yang ternyata adalah fotonya dangan Jovan. Zeline mengembangkan senyum tipis, "Zeline kangen bang Jovan" batin Zeline sambil mengusap foto itu.

Tiba-tiba pintu terbuka Zeline kembali menyelipkan foto itu kedalam buku-buku. Zeline kembali tersenyum saat melihat teman-temannya datang. "Kamu tadi kemana aja Ai? Kenapa ninggalin kita?" tanya Zura sambil menatap Zeline khawatir.

Zeline menghela nafasnya panjang. Zura dan yang lainnya bisa melihat itu karena Zeline melepaskan cadarnya. "Kenapa Ai? Ada masalah?" Reyna ikut bertanya.

Zeline menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak apa-apa. Maaf karena aku kalian sampai masuk ke pesantren ini, kalau kalian tidak betah kalian boleh pergi kok, aku bisa disini sendiri"

Mendengar ucapan itu membuat ketiga sahabat Zeline tersenyum sendu. "Lo ngomong apa sih hah? Kita itu sahabat dan sahabat akan selalu bersama selamanya" ujar Reyna sambil memegang pundak Zeline.

Zeline tersenyum kecut mendengar itu. "Tapi tidak ada seorang sahabat yang mau sahabatnya sendiri ikut sengsara" ujar Zeline sambil menatap serius ketiga sahabatnya.

"Lebih baik kalian pergi, ini demi kebaikan kalian. Jangan pedulikan semua ucapan bang Jovan" sambungnya.

Keempat perempuan itu saling pandang. "Gue mintak maaf atas ucapan gue tadi pagi dan kemarin, gue enggak maksud apa-apa kok" ucap Allisya merasa bersalah.

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang