21. Kecelakaan

17 4 1
                                    

•Swastamita•

BUDAYAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA...

JANGAN MAGER BUAT PENCET LOGO BINTANG DIBAWAH DAN  BERKOMENTAR LAH...

JANGAN MAGER BUAT PENCET LOGO BINTANG DIBAWAH DAN  BERKOMENTAR LAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Allah. Kuatkan hamba untuk menjalani ini semua, sungguh hamba tidak sanggup tanpa pertolongan darimu"

~Shaka Abizar Al Ghifari.

"Y—ya Allah. S—sakit" ucap Shaka merintih dimalam sunyi itu.
———————————————————

Shaka memegang dadanya kuat-kuat. "Ya Allah. Kuatkan hamba untuk menjalani ini semua, sungguh hamba tidak sanggup tanpa pertolongan darimu" perlahan tubuh Shaka luruh begitu saja diatas sajadahnya karena tidak kuasa menahan rasa sakit yang terus menghujam jantungnya.

Shaka berusaha membuka matanya namun ia sudah tidak mampu. "Maafkan saya Jovan, maaf telah gagal menjalankan amanah darimu" batin Shaka sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya.

Flashback off.

"Semenjak saat itu dia banyak melamun, bahkan badannya menjadi sedikit kurus sekarang" ujar Abi Adrian.

Liam menghela nafasnya pelan. "Tapi setidaknya dia masih ingat tuhannya walau sering melamun" ucap Liam pada Abi Adrian.

Abi Adrian tersenyum tipis. "Dia memang tidak pernah melupakan tuhan-nya tapi dia lupa tentang dunia luar, dia terlalu larut kedalam rasa bersalah, bahkan aku sendiri sering melihat dia selalu menangis setelah sholat sembari menyebutkan nama Jovan dan Aira"

"Begitu besar penyesalan yang ada dalam dirinya" ucap Liam sembari menepuk pundak Abi Adrian.

"Kamu tidak gagal mendidik anak kamu Adrian" sambung Liam sembari tersenyum simpul.

Abi mengangguk pelan. "Memang tidak gagal tapi melihat putranya seperti ini orang tua mana yang tidak tersiksa"

"Sudahlah, ayo kembali kendalem ini sudah malam" ajak Liam. Sekarang Liam tinggal dindalem karena permintaan Adrian begitu juga Jovan.

Disisi lain sekarang Reyna tengah duduk menghadap kearah luar jendela, sekarang Reyna tinggal satu kamar dengan Zahira karena Reyna tinggal sendirian dikamar asramanya. "Zeline kamu dimana? Kamu enggak kangen aku lagi ya?" Ucap Reyna lirih.

"Zura sama Allisya enggak setia kawan, kalian bertiga tinggalin aku sendiri disini" ucap Reyna lagi.

Zahira yang sendari tadi berdiri didepan pintu hanya mampu menelan ludahnya kasar. Hampir semua orang terpuruk karena hilngnya Zeline. "Kamu enggak sendirian, ada aku disini" ujar Zahira.

"Besok Zura kesini dia sudah sembuh" sontak Reyna menoleh kearah Zahira.

"Beneran? Terus dia mondok disini lagi?" Tanya Reyna.

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang