IRIS 12

3.4K 557 49
                                    

- I R I S -

;

Bau amis darah menyebar keseluruh ruangan, seorang pemuda dengan kondisi yang menghawatirkan tampak terkulai lemah di atas lantai dengan luka pada seluruh tubuh, tidak hanya dia seorang yang berada dalam ruangan lantaran ada seorang lagi yang duduk di atas kursi dengan dua orang berdiri di belakangnya.

"Uhuk.. Uhuk.." Pemuda yang terkulai lemah itu terbatuk hingga mengeluarkan darah, akan tetapi hal itu tak membuat si pria dengan tatapan tajam nan dingin berbelas kasih.

"Jadi kau masih tidak mau mengakui kebodohanmu? Apa semua pukulan yang kau dapatkan masih belum cukup?"

Pemuda malang itu bergerak cepat menghampiri si pria, kemudian memegang kaki si pria dengan erat, "Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu jika pasukan istana akan melakukan penyergapan di tempat itu, tolong jangan bunuh saya, saya bersalah karena tidak memberitahu anda lebih cepat,"

Tubuh pemuda malang itu terpental jauh karena tendangan keras yang si pria paruh baya dengan mata tajam itu lakukan. Semua rencana yang telah tersusun dengan baik, hancur sekejap mata karena kecerobohan salah satu anak buah yang tidak berguna. Barang berharga yang di dapatkan dengan susah payah telah berhasil kabur, kemudian setelah mendapatkan pengganti yang lebih baik, malah berhasil diamankan oleh pihak istana.

"Bunuh dia, aku tidak butuh orang yang tidak berguna," Ungkapnya pada dua pemuda yang sejak tadi berdiri di belakang.

Sesuai dengan perintah sang tuan, kedua pemuda itu langsung mengeksekusi pemuda malang yang harus bernasib sial karena gagal menjaga barang berhaga sang tuan. Bahkan ketika dia menjerit dan memohon ampunan, si pria tak peduli dan melenggang pergi meninggalkan lokasi kejadian.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, tuan? Apa kita perlu menculik anak itu?" Tanya seorang yang tampak seperti orang kepercayaan dari si Pria paruh baya.

"Tidak, untuk sekarang kita perhatikan saja dan cari kesempatan untuk bergerak, istana bukan tempat yang mudah apalagi Yang mulia Raja melindungi anak itu."

"Baik, tuan."

Si pria paruh baya masuk ke dalam kereta kuda dengan raut wajah yang tampak tak senang dengan hasil yang di dapatkan. Pria paruh baya itu adalah Park Jungsoo, benar dia adalah paman dari mendiang permasuri sekaligus orang yang menjadi otak dalam kasus penyekapan Renjun selama ini.

"Sial! Semua rencanaku berantakan karena manusia-manusia suku rendahan itu!" Umpatnya dengan sorot mata penuh amarah dan rasa kesal.

Jika saja Yang mulia raja tidak jatuh hati pada salah satu suku aima, lantas menerima usulan untuk menikah dengan putrinya, pasti semua akan berjalan sesuai rencana dan Jungsoo tidak perlu mengotori kedua tangan untuk menyingkirkan Baekhyun dan Renjun. Kalau bukan putrinya yang menduduki takhta sebagai permaisuri, maka orang lain juga tidak akan bisa.

***

Duke Jeno harus pulang dengan kekecewaan lantaran sampai akhir Renjun tak ingin bertemu dengannya selepas kejadian di taman, belum lagi dia tidak bisa terus tinggal di istana sebab kewajibannya sebagai Duke telah menunggu di Duchy. Perasaannya jelas tak nyaman, seolah ada beban berat yang bersarang dalam hatinya.

Entah kapan Jeno akan memiliki kesempatan guna bertemu dengan Renjun lagi. Semoga, saat pertemuan berikutnya mereka bisa saling berbicara dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Kali ini Jeno akan mengalah, tapi tidak untuk kesempatan berikutnya.

Sedang di sisi lain. Renjun bukan tidak tahu jika Jeno berkunjung ke tempatnya akan tetapi dia pikir sudah tidak ada apapun lagi yang ingin dibicarakan dengan Jeno. Lebih tepatnya Renjun takut dengan apa yang akan Jeno katakan, salahnya karena menaruh harapan dan saat harapan itu pupus dia sendiri yang merasa tersakiti.

I R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang