IRIS 18

3.6K 572 23
                                    

- I R I S -

;

Berkat pemurnian yang di lakukan oleh murid dari pendeta agung, luka-luka pada tubuh Renjun perlahan pulih. Jaehyun tidak pernah absen untuk menyambangi sang adik di tengah pekerjaan yang sempat ia abaikan sebab kesehatan Renjun jauh lebih penting dari apapun. Seperti saat ini, Jaehyun duduk manis di samping Renjun dengan membawa beberapa dessert yang mungkin akan Renjun sukai.

“Yang mulia.” Panggil Renjun setelah keheingan yang panjang. Sebenarnya Jaehyun ingin sekali Renjun memanggilnya dengan sebutan kakak, tapi mungkin kata itu masih terlalu berat untuk Renjun. Dengan Renjun mau berbicara dengannya saja, itu sebuah kemajuan yang bagus.

Seulas senyum Jaehyun berikan pada Renjun, tidak apa-apa, cepat atau lambat Renjun pasti akan segera membuka hatinya untuk mereka. “Iya, apa ada sesuatu yang kau butuhkan, Renjun?” Tanya Jaehyun dengan ramah.

Terhitung, sudah seminggu Renjun terbaring di atas tempat tidur sejak kejadian jatuh dari menara jam. Sejak Renjun sadar, dia penasaran dengan bagaimana keadaan Jeno lantaran pemuda tersebut turut jatuh bersama dengannya, sebelum kesadaran Renjun lenyap. Kira-kira bagimana keadaannya? Setiap kali ingin bertanya, Renjun ragu sedang Jaehyun tidak pernah menyinggung perihal Jeno.

“Bagaimana keadaan Duke Jeno? Saya ingat beliau ikut loncat dari menara untuk menolong saya, apa beliau baik-baik saja?”

Renjun melihatnya, meski untuk sesaat dia melihat pupil mata Jaehyun tampak melebar, sebelum akhirnya kembali normal dan memberikan senyum tipis pada Renjun.

“Duke Jeno baik-baik saja, dia mengalami luka ringan dan telah kembali pulih.”

“Benarkah?”

“Iya, jadi kau tidak perlu khawatir.”

Renjun menundukkan kepala, entah kenapa dia tidak merasa lega mendengar jawaban dari sang kakak, seolah ada sesuatu yang tengah Jaehyun sembunyikan dibalik senyumannya.

“Kalau begitu, apa saya boleh bertemu dengan Duke Jeno? Saya ingin berterimakasih pada beliau karena sudah menyelamatkan saya hari itu,”

Jaehyun tak langsung menjawab. Renjun memang bukan seorang peramal atau mampu membaca setiap perasaan, tapi melihat bahwa sang kakak tampak gelisah setelah mendengar permintaannya, Renjun bisa menarik kesimpulan bahwa ada sesuatu yang tidak bisa Jaehyun ungkap padanya.

“Yang mulia,” Panggil Renjun lagi sebab tak kunjung mendapati jawaban dari Jaehyun.

“Nanti saja ya, setelah keadaanmu benar-benar pulih, aku akan membawamu bertemu dengan Duke Jeno.”

Renjun tersenyum getir, jika dia terlalu banyak menuntut ini dan itu pada Jaehyun, mungkin saja sang kakak tidak akan suka dan Renjun tidak ingin dibenci oleh siapapun. Lagi pula, Jaehyun mengatakan sendiri jika dia akan membawa Renjun bertemu dengan Jeno saat keadaannya benar-benar pulih, maka itu saja cukup.

- I R I S -

Bunga-bunga mulai bermekaran, aroma harum menggelitik penciuman membawa ketenangan serta memanjakan mata bagi siapa saja yang datang untuk sekedar jalan-jalan, mengusir bosan yang datang tanpa peliputan.

Atas izin Jaehyun dengan mempertimbangkan keadaan Renjun, akhirnya beliau memberi izin bagi Renjun untuk berjalan-jalan sebentar di taman istana dengan tentu harus di temani oleh seorang pelayan.

“Oh, ternyata ada banyak jenis bunga ya disini,” Ucap Renjun tanpa sadar lantaran terpukau dengan hamparan berbagai macam bunga di taman ini.

“Benar Yang mulia, bahkan ada beberapa bunga langka yang hanya ada di istana.” Yunjin tidak bermaksud menginterupsi, tapi mungkin saja sang tuan ingin mengobrol lantaran sejak tadi hanya diam dan terus berjalan mengelilingi taman.

I R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang