- I R I S -
;
Renjun terbangun dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Napasnya terengah-engah, seolah baru saja terlepas dari cengkraman maut. Mimpi buruk itu kembali menghantui tidurnya, mengingatkan Renjun pada masa saat ia dikurung dalam kegelapan dan dianiaya tanpa henti. Kala itu, rasa takut, putus asa, dan sakit hati terus menghimpitnya, mengekang setiap harapan untuk meloloskan diri. Tubuh Renjun bergetar dengan lelehan air mata yang mulai membasahi wajah, ia takut, ia benar-benar takut bahwa mungkin saja ia akan kembali mengalami hal serupa, bahwa kebebasan ini tak akan bertahan lama.
“Siapapun, tolong aku..” Gumam Renjun seraya memeluk tubuhnya dengan erat.
Suara pintu terbuka berhasil menarik atensi Renjun, saat sosok tak asing sempurna menujukkan presensi, Renjun beranjak bangun dari posisinya dan berhambur memeluk sosok itu dengan erat.
“Re-Renjun..” ucap sosok yang tak lain adalah Jeno. Pemuda itu jelas kebingungan mendapati rekasi yang Renjun berikan saat ini, pasalnya ia tidak tahu apa yang tengah mengganggu pikiran Renjun sampai tubuh kecil ini bergetar hebat dalam pelukannya.
Jeno balas pelukan Renjun, ia usap punggung Renjun seraya berujar, “Hei, ada apa, huh? Apa kau mengalami mimpi buruk?” Anggukkan samar Renjun berikan sebagai jawaban atas pertanyaan yang Jeno layangkan. “Apa itu sangat mengerikan?” lagi Renjun balas dengan anggukkan.
Ya siapapun pasti akan merasa cemas sekaligus takut setelah mengalami hal mengerikan selama hampir sepuluh tahun lamanya. Bagi sebagian orang, sepuluh tahu terasa begitu singkat, tapi tidak untuk Renjun yang melewati setiap harinya dengan penuh penderitaan dan air mata. Entah jenis penyiksaan apa saja yang selama ini sudah Renjun terima, sampai membuatnya bergetar ketakutan dengan lelehan air mata, karena satu mimpi buruk.
Sungguh, demi Tuhan, Jeno tak akan memaafkan orang-orang yang telah membuat Renjun menderita seperti ini.
Masih dalam posisi berpelukan, Jeno bawa Renjun untuk duduk di pinggir ranjang. Perjalanan mereka masih jauh, saat melihat Renjun yang terlelap dengan tidak nyaman, Jeno putuskan untuk singgah sejenak pada salah satu desa terdekat dan menyewa sebuah penginapan. Tatkala memindahkan tubuh Renjun, Jeno benar-benar melakukannya dengan hati-hati agar tidur Renjun tak terusik sedikitpun.
“Jangan khawatir Renjun, aku ada disini.. Tak akan aku biarkan seorangpun menyakitimu. Kau percaya padaku, kan?” ucap Jeno berusaha memberikan sedikit kalimat penghiburan agar Renjun merasa tenang. “Maafkan aku, harusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian... Ini salahku sampai kau mengalami mimpi buruk, setelah ini aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan selalu bersamamu.” imbuh Jeno seraya mengeratkan pelukannya pada Renjun yang masih menyembunyikan wajah pada dada bidang milik sang dominan.
Renjun tidak benar-benar mendengar ucapan Jeno, yang jelas saat ini perasaan takut dan cemas yang semula membasuh sekujur tubuh berangsur-angsur menghilang, pelukan Jeno agaknya cukup menjadi obat penenang bagi perasaan Renjun yang berkecamuk.
Setelah beberapa menit berlalu, suasana di ruangan mulai kembali tenang. Renjun berusaha mengendalikan perasaannya yang terguncang, sementara Jeno tak beranjak sedikit pun, ia duduk di samping Renjun dengan tangan yang siap sedia untuk memberikan dukungan.
Ketika Renjun mulai merasa lebih baik, Jeno mengusap jejak air mata di wajah Renjun dengan lembut menggunakan ibu jarinya. "Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Jeno dengan suara lembut dan senyum ramah yang menawan.
Ekspresi wajahnya penuh dengan kehangatan dan kepedulian, membuat Renjun merasa sedikit lebih baik. Renjun mengangguk perlahan, "Ya, terima kasih, Jeno," jawabnya sambil tersenyum tipis. Matanya masih memerah akibat menangis, namun perasaan lega mulai menyelimuti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I R I S
Romance[NOREN] Faith, Trust, Wisdom, Hope Terlahir dengan berkah yang diberikan oleh Dewa tidak selalu membuat orang itu beruntung dengan dikelilingi kebahagiaan lantaran diri begitu istimewa. Renjun, anak yang lahir dengan berkah Dewa namun memiliki nasi...