Chapter 2

250K 10.7K 47
                                    

HAPPY READING

***


Malam telah berlalu digantikan dengan mentari pagi yang telah menampakkan sinarnya. Kini gadis yang sudah sadar dari komanya nampak tertidur pulas di atas bed rumah sakit. Gadis tersebut adalah Revaza yang berada di raga Misya.

Sekarang kita panggil Revaza dengan nama Misya. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka menampilkan sosok pasangan paruh baya yang tidak nampak seperti umur setengah abad karena parasnya. Orang tersebut adalah orang tua dari Misya.

Misya merupakan anak tunggal dari pasangan Rani Mahatama dengan Cakra Mahatama. Kedua orang tua Misya sangat menyayanginya. Contohnya ketika Misya dikabarkan kecelakaan, papa Misya langsung membatalkan meeting nya dengan klien meskipun itu proyek yang sudah di idam-idamkan cukup lama. Meskipun dengan tidak adanya proyek tersebut tidak membuat keluarga Mahatama jatuh miskin.

Cakra sangat mengkhawatirkan keadaan Misya dan juga mama Misya yaitu Rani juga tak kalah khawatirnya dengan keadaan sang anak. Rani yang selalu berada di sisi Misya ketika koma, dengan air mata yang terus mengalir karena sedih melihat anaknya tidak sadarkan diri dari komanya yang cukup lama bagi dirinya.

Walaupun kedua orang tua Misya sangat menyayanginya. Tetapi yang dipikirkan Misya malah sebaliknya karena kedua orang tua Misya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Misya berpikir bahwa mama dan papanya tidak pernah perduli dengan keadaannya, ketika dirumah kedua orang tua Misya selalu memandangi berkas-berkas pekerjaan sampai membuat Misya iri dengan berkas-berkas tersebut.

Sejak kejadian kecelakaan Misya ini. Kedua orang tua Misya menyesal karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Cakra pun akhirnya menyuruh istrinya untuk dirumah menemani Misya, karena dari awal Cakra selalu menyuruh istrinya untuk tidak usah berlebihan mengurus butiknya karena Cakra yakin asisten Rani yang sudah bertahun-tahun bersama istrinya pasti bisa menghandle butik tersebut, bukannya Cakra melarang istrinya untuk menghandle butik istrinya sendiri tetapi istrinya setiap hari selalu berada di butik sampai membuatnya selalu pulang malam bersamaan dengannya. Karena itulah Misya berpikir tidak ada yang perduli dengannya, sampai dengan mamanya yang selalu pulang malam bersamaan dengan dirinya.

Pasangan paruh baya tersebut berjalan mendekati ranjang Misya tidak lupa untuk menutup pintunya terlebih dahulu. Cakra meletakkan buah-buahan di atas  brankar samping ranjang Misya kemudian duduk di kursi sofa. Cakra tidak terkejut dengan Misya yang sudah sadar karena Cakra sudah mengetahui jika Misya sudah sadar dari komanya seminggu lalu. Ya, Misya sudah berada di rumah sakit selama satu Minggu sejak dirinya siuman. Cakra dan Rani juga sering menginap untuk menjaga Misya selama Misya masih dirawat di rumah sakit.

Terkadang Rani sendiri yang menemani Misya karena Cakra harus mengurus pekerjaannya di kantor.

Saat itu Cakra diberitahu oleh Rani tentang Misya yang sudah siuman. Cakra langsung senang dan ingin bergegas masuk keruangan Misya disaat itu Cakra berada di parkiran rumah sakit tetapi dilarang oleh Rani, karena dokter ingin membiarkan Misya untuk beristirahat menenangkan pikirannya dan tidak memperbolehkan ada yang mengganggu meskipun orang tuanya sendiri. Demi kebaikan Misya tentunya.

Rani dan Cakra sudah mengetahui perihal Misya yang amnesia. Awalnya mereka kaget dan sedih. Tetapi mereka berusaha untuk menerimanya meskipun awalnya susah dan mereka yakin takdir Tuhan pasti jauh lebih baik.

Rani membangunkan anaknya karena hari sudah hampir siang dan Misya belum mengisi perutnya.

"Bangun Sya, kamu harus makan." Ucap Rani dengan tangannya memegang pundak Misya menggoyangkannya sedikit untuk membantunya membangunkan Misya.

Misya membulatkan mulutnya menguap dengan masih menutup matanya.

"Ini Mama bawa makanan kesukaan kamu, habis ini kita pulang ke rumah." Ucap Rani.

Misya pun mengucek-ngucek matanya dan melihat pasangan paruh baya berada di satu ruangan dengannya.

"Ayo makan, biar ada tenaga."

Misya mengangguk paham kemudian ia berganti posisi untuk duduk di kasur dan mengambil makanan yang disodorkan oleh mamanya ke arahnya.

***

Disinilah Misya sekarang berada. Di rumah atau lebih pantas disebut mansion. Karena memang Misya merupakan anak dari keluarga terpandang, bahkan rumah sakit yang ditempatinya merupakan milik dari keluarganya.

Setelah Misya sampai di kamarnya di lantai dua karena Rani lah yang menuntunnya untuk menuju kamarnya, Misya langsung melihat-lihat sekeliling kamarnya.

Misya pun langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang kamarnya kemudian ia tertidur pulas. Di dalam alam bawah sadarnya Misya bertemu sosok Misya yang asli.

"Hai Revaza kenalin aku Misya, mungkin ragaku udah kamu tempati sekarang, aku mau serahin kehidupanku semua kepada kamu karena aku yakin kamu adalah orang yang terpilih untuk menempati ragaku karena kamu kuat menghadapi apapun, aku sudah menyerah dan ingin hidup damai di alam yang berbeda, semoga takdir berpihak padamu dan aku pamit." Ucap Misya yang asli kemudian menghilang di cahaya putih yang menyilaukan.

Revaza ingin sekali mendekat dan bertanya banyak kepada Misya tetapi jangankan bergerak, bicara saja dia tidak bisa. Bersamaan dengan menghilangnya Misya yang asli melalui cahaya putih di saat itulah Revaza atau sekarang disebut Misya terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tidak beraturan.

"Non bangun udah malam, nyonya nyuruh non turun untuk makan malam." Ucap bi Minah pembantu keluarga Mahatama di depan pintu kamar Misya karena kamar Misya terkunci dari dalam.

"Iya bik, entar aku turun." Balas Misya kemudian turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

Setelah Misya selesai dengan acara mandinya kemudian ia memakai baju tidur dan merapikan rambutnya kemudian turun kebawah untuk makan malam bersama keluarganya, di meja makan sudah ada mama dan papa Misya.

"Malam Ma, Pa." Sapa Misya ke orang tuanya kemudian duduk di samping mamanya

"Malam sayang." Balas kedua orang tua Misya, dan melanjutkan makan malamnya.

Disaat asyik dengan makanannya masing-masing, kepala keluarga yaitu Cakra memulai perbincangan dengan berkata.

"Kamu besok mulai masuk sekolah ya sya." Ucap Cakra.

"Iya." Balas Misya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Kamu satu sekolahan loh sama tunangan kamu. Kamu ingat ga sayang dia namanya Shaka, kamu sayang banget sama Shaka sampai ga bisa kalau ga dekat Shaka, iya kan Pa?" Ucap Mama Misya.

Cakra hanya menyetujui ucapan istrinya dengan mengangguk, dia tidak menjawab karena mulutnya masih mengunyah makanan. Emang dasar istrinya bertanya disaat dia masih mengunyah pikir Cakra.

"Shaka? Setampan apa sih tu orang sampai Misya sebegitu nya." Monolog Misya dalam hati.

"Mama kan tau aku amnesia, mana inget punya tunangan." Ucap Misya kesal pasalnya mamanya sangat antusias membahas cowok itu.

"Iya Misya sayang, yaudah habis makan langsung tidur jangan begadang, kamu dulu sering begadang terus, ga baik itu." Ucap Mama Misya diselingi omelan.

Misya hanya mengangguk dengan mulut yang penuh dengan makanan, baru kali ini Misya diomelin oleh orang tua setelah sekian lama, karena dulu Revaza ditinggalkan kedua orang tuanya dengan kematian disaat umurnya masih sepuluh tahun alhasil dia hidup mandiri ditemani pembantunya yang mengurusnya dari kecil.




Tbc

𝟭𝟰.𝟰𝟵
𝟬𝟱/𝟬𝟴/𝟮𝟯

TRANSMIGRASI REVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang