Chapter 15

177K 8K 38
                                    

HAPPY READING

***

Hari semakin malam. Kini jarum jam dinding yang pendek sudah mengarah ke angka dua belas. Misya yang berada di kamar tamu apartemen Al merasa bosan. Ia tidak bisa tidur, walaupun sudah beberapa kali berusaha dengan menutup mata.

Misya memutuskan untuk keluar dari kamar tamu. Ia menyusuri semua sudut ruangan apartemen Al. Sampai di depan pintu kamar tempatnya mandi tadi ia berhenti karena pintu yang terbuka lebar. Misya memberanikan diri untuk masuk. Ketika sudah di dalam ia tidak menemukan keberadaan Al.

"Al." Panggil Misya sedikit berteriak tetapi tidak ada jawaban dari sang pemilik nama.

Padahal dia sudah berkeliling setiap ruangan dan tidak melihat Al dan sekarang pun di kamarnya tidak ada juga.

"Kemana tu anak tengah malem keluar." Monolog Misya.

"Pulang aja deh." Lanjutnya bermonolog lagi kemudian berjalan ke arah pintu keluar.

Misya menepuk jidatnya kala melihat jika pintunya dipasang pin yang jelas-jelas Misya tidak tau.

"Nah." Ia melihat ada kode pin di pinggir pintu. "Pelupa kali tu orang sampai kode pin ditulis segala di dinding."

Setelah selesai dengan acara keluarnya dari apartemen Al kemudian Misya berjalan keluar sampai melihat motor sportnya berada. "Motor gue." Pekik Misya berlari mendekat ke arah kendaraannya berada.

Ia menaiki motornya dan mencoba motornya dan ternyata masih bisa. Ia melajukan motornya tanpa menggunakan helm karena masih basah.

Udara malam di jalanan yang begitu dingin dan suasana jalanan yang tidak terlalu bising karena hari sudah malam yang mengakibatkan sedikit pengendara berlalu-lalang.

Dari kejauhan Misya melihat ada dua kubu geng yang mungkin akan tawuran alhasil ia memberhentikan motornya dan berjalan mengendap-endap ke arah mereka berada. Tidak ada takutnya memang.

"Kurang kerjaan banget mereka malem-malem begini. Mana nggak ada penjaga lagi." Dumel Misya yang sudah berada di belakang pohon melihat interaksi dua kubu itu.

"Ngapain Lo teror Lavegas. Dengan ngirim surat sampah kayak gini." Shaka berucap sambil membuang kertas yang berisi ancaman tersebut di depan Tiger.

"Tadinya gue mau damai, tapi dengan ngeliat ini rasanya mustahil buat damai."

Al yang dari tadi terdiam pun akhirnya membuka suara. "Lo nggak berubah ka. Lo selalu gegabah dalam ngambil tindakan. Gue jadi kasian sama anggota lo, punya ketua kayak Lo." Yang dikatakan Al tidak salah, memang saat Shaka mendapat ancaman dari surat, ia langsung mengajak Tiger untuk bertemu dengannya tanpa mencari tau terlebih dahulu.

"Bacot! Gue nggak perduli mau Lo anaknya om Dirga tapi kalau menyangkut geng Lavegas bakal gue lawan." Ucap Shaka penuh amarah.

Al terkekeh sinis. "Lo tau? Kadang temen deket Lo aja bisa jadi musuh kayak gue dulu dan nggak menutup kemungkinan untuk sekarang." Ucap Al penuh makna.

"Maksud Lo diantara kita yang neror Lavegas? Gila lo mana ada." Saut Gibran.

Al hanya mengedikkan bahunya. "Cabut." Perintah Al ke semua anggotanya, menurutnya ini hanya membuang waktunya saja.

"Shh Anjing!" Ringis Bam saat pelipisnya dilempar batu untungnya batu itu kecil.

"Banci Lo!" Murka Ares karena temannya diperlukan seperti itu.

Ares berlari ke arah Gibran dan diikuti anggota Tiger yang lain karena pelakunya adalah Gibran. Ares mengangkat kerah baju Gibran kemudian memukul Gibran dengan membabi buta. Itulah awal tawuran itu berlangsung.

TRANSMIGRASI REVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang