Chapter 11

181K 8.8K 131
                                    

HAPPY READING

***

"Pelan-pelan!" Protes Al saat lukanya disentuh oleh Misya untuk diobati.

"Katanya ketua masa gini aja sakit." Ledek Misya sambil menekan lukanya Al.

Al menatap datar ke arah Misya. Emangnya kalau ketua nggak bisa kesakitan gitu? Aneh pikir Al.

Misya mengobati luka yang berada di wajah Al dengan sangat telaten entah mengapa lama-kelamaan jika berada di sisi Al ia merasa nyaman.

"Kangen." Lirih Al yang bisa didengar oleh Misya.

Misya yang mendengar ucapan Al kemudian menatap mata Al. Kini mereka berdua saling tatap. "Mata hazel itu" Pikir Misya sambil mengingat-ingat sesuatu.

Al tersenyum miring saat Misya menatapnya begitu intens. Ia mengangkat tangannya dan mengarahkan jarinya ke jidat Misya. Al menyentil jidat Misya sampai membuat sang empu menjauhkan kepalanya dan mengedip-ngedipkan matanya.

Al mengangkat sudut bibirnya keatas saat melihat respon Misya. Lucu.

"Lo yaa! Sana pergi." Geram Misya.

Al tidak menghiraukan ucapan Misya. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang Misya. "Lo nggak tau siapa gue?" Tanya Al.

Misya penasaran apa yang dimaksud Al. Ia jadi mengingat perkataan Arga saat di sekolah tadi. "Sebenarnya Lo siapanya Misya?" Tanya Misya.

Al menghela nafasnya. "Sahabat kecil Lo. Tapi gue nggak maksa untuk Lo ingat semuanya. Lo amnesia kan." Jelas Al.

"Kenapa baru muncul sekarang. Kalau memang sahabatnya Misya, pasti Lo selalu ada untuknya." Tanya Misya.

Al menyudahi berbaringnya dan mendudukkan tubuhnya di sisi Misya.

"Lo tau? Saat gue denger kabar Lo kecelakaan sampai membuat Lo amnesia. Gue langsung balik ke Indonesia demi Lo." Jelas Al.

"Tapi kenapa nggak jenguk gue?"

"Gue udah jenguk Lo." Jawab Al.

"Gue benci banget Sya sama lo. Kenapa Lo bodoh banget? Lo selalu ngejar orang yang jelas-jelas nggak ngeharepin keberadaan Lo. Tapi gue lebih suka dengan sikap Lo setelah amnesia." Lanjut Al.

"Karena Misya yang dulu udah mati." Jelas Misya. Shaka Shaka, kenapa Misya bisa tergila-gila sama orang seperti itu.

"Bukannya Misya masih tunangannya Shaka? Apa gue batalin aja ya pertunangannya." Monolog Misya dalam hati. Entahlah mungkin nanti dia akan memikirkannya lagi.

"Gue sayang sama lo." Ucap Al tiba-tiba sampai membuat Misya membuyarkan lamunannya.

"Gue nggak." Sarkas Misya.

Albiru terkekeh mendengar respon Misya. "Tetap begini ya." Ucap Al sambil mengusap kepala Misya.

Kemudian Al pergi meninggalkan Misya dengan jendela yang menjadi jalan keluarnya.

Setelah Al sudah tidak terlihat lagi barulah Misya mengeluarkan kata-katanya yang terpendam.

"Arghhh yakali gue baper. Tapi ganteng banget gilaa. Tapi nyebelin." Frustasi Misya. Mungkin pipinya sudah merah seperti kepiting rebus.

Sebenarnya Al mendengarkan semua ucapan Misya karena dia belum sepenuhnya pergi dari kamar Misya. Al tersenyum gemas saat mendengar kalimat itu. "Lo punya gue Sya." Monolog Al kemudian pergi dari tempatnya.

***

"Siang-siang ke warung pak Manal."

"Cakep."

"Lagi seneng nih si Al." Pantun Bam saat melihat sang bos masuk kedalam basecamp dan menampilkan wajah bahagia.

"Eh gua nggak ikut-ikutan deh." Panik Ares yang mendukung pantun Bam tadi.

Al melirik tajam ke arah mereka berdua. Yang dilirik hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. "Bercanda." Ledek Al kala melihat dua sahabatnya panik saat dia menatapnya.

"Gimana?" Tanya Galen yang baru saja keluar dari toilet.

"Berhasil." Jawab Al.

"Nggak sia-sia gue buat Lo babak tadi." Bangga Galen.

"Jadi si bos seneng gara-gara cewek? Wah langka-langka." Heboh Bam.

"Lo kemana aja Bambang." Saut Galen.

"Nama gue Bam bukan Bambang. Emak gue susah-susah bikin nama bagus-bagus." Kesal Bam.

"Jadi nama Lo 'Bagus?" Lemot Ares.

"Tololnya." Ucap Bam bernada.

"Mending kita mabar."

"Ogah. Lo dikejar molina aja lari.

***

"Nama kamu siapa?" Tanya gadis kecil itu.

Orang yang ditanyai tidak mau menjawab. Orang itu malah menangis dengan menutupi wajahnya.

"Hei, jangan sedih. Kata mama kalau ada orang sedih pasti punya masalah, kamu boleh kok cerita sama Syasa." Gadis itu adalah Misya kecil.

Laki-laki kecil dengan mata hazel melihat ke arah Misya. "Mama ninggalin biru." Sedihnya.

"Kamu pasti kuat okey? Jangan sedih lagi. Mama kamu pasti ikut sedih kalau lihat anaknya sedih." Ucap Misya sambil mengelus pundak biru.

"MISYA MAKAN." Teriak Rani dari kejauhan.

"IYA MA."

"Aku balik dulu ya. Sekarang kita temenan, kalau kamu mau main sama Syasa kamu tinggal ke rumah itu. Syasa selalu ada buat kamu." Ucapnya sambil menunjuk rumah yang tidak jauh dari tempatnya sekarang. Karena ia sedang berada di taman yang tidak jauh dari perumahan.

Sejak saat itulah Biru selalu bermain kerumah Misya.

Misya terbangun dengan nafas yang tidak beraturan. Ya gadis itu adalah Misya.

"Ingatan Misya lagi." Monolognya dengan suara lirih. Saat tertidur ia mendapati ingatan masa kecilnya Misya.

"Kalau nggak salah laki-laki tadi bilang namanya biru." Ingat-ingat Misya.

Misya membelalakkan matanya. "Albiru AL BIRU, Jadi bener Al sahabatnya Misya!"

Ia tidak habis pikir dengan kehidupan Misya dulu. Kenapa hidupnya penuh dengan teka-teki.

Misya baru mengingat jika kemarin ia menemukan foto laki-laki dan perempuan kecil yang sedang bersama.

Misya menuruni ranjangnya dan mengambil foto yang ditemuinya kemarin. Saat ia melihat foto tersebut ia membalikkan fotonya dan mendapati tulisan Blue & Sya.

"Blue? Biru? Dan wajah mereka mirip kayak yang gue mimpiin tadi." Ia semakin yakin jika mereka merupakan sahabat kecil.

***

"Masih inget tragedi Malvin?" Tanya Arga.

Mereka semua menganggukkan kepalanya. Mereka adalah inti dari Lavegas yang sedang berada di basecampnya.

"Bukan Tiger pelakunya."

"Lo dapet info dari mana?" Tanya Gibran.

"Gue udah nyelidikin semuanya lewat cctv. Dan itu murni kecelakaan." Jelas Arga.

"Bukannya cctvnya rusak?" Shandy penasaran.

"Saat itu polisinya yang bilang. Kita juga belum ngecek kan sangking percayanya kalau Dargez pelakunya." Sahut Zevan.

"Lo yakin." Tanya Shaka.

Arga hanya menganggukkan kepalanya. Jika Arga yang bicara maka tidak ada yang tidak percaya.

"Lo tau anaknya dari pemilik sekolah ini? Heboh banget gila tadi katanya baru pulang dari Swiss mana katanya cakep lagi." Ucap Zevan.

"Lo semua kenal orangnya." Jawab Arga yang membuat para inti Lavegas penasaran.

"Kasih tau kita lah." Ucap Gibran sambil merangkul pundak Arga.

"Nanti juga tau."

Tbc

15.05
27/08/23

TRANSMIGRASI REVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang