Chapter 33

125K 5.7K 103
                                    


HAPPY READING

***

"Ternyata simpenan om om."

"Gue kira cewek baik-baik."

"Gue si malu."

"malu gue sekolah di sini kalau masih ada orang spek kayak dia."

"Huuuuu."

Beberapa murid sma Banaspati menyoraki Ana saat Ana berjalan di koridor sekolah.

Ana berjalan menunduk karena merasa malu. Ia benci dengan situasi sekarang. Harus pakai cara apa lagi agar murid sma Banaspati memandang dirinya baik?

Ana berjalan cepat meninggalkan kerumunan orang-orang yang membuatnya malu. Ana berjalan dengan menunduk sampai ia tidak melihat ada seseorang didepan alhasil ia menubruknya sampai membuat mereka berdua terjatuh.

Ana memegang area tubuhnya yang terjatuh kemudian memandang seseorang yang terjatuh juga karenanya.

Misya. Seseorang yang telah terjatuh akibat Ana adalah Misya. Dan Misya langsung berdiri sembari memandang Ana kebawah yang masih terduduk di lantai.

Ana menggertakkan giginya karena benci. Situasi sekarang yang membuatnya malu adalah ulah Misya dan para sahabatnya. Kalau sahabatnya Misya tidak menyebarkan foto dan video tentang dirinya yang mengakibatkan ia di skors mungkin ia tidak akan merasa malu sekarang.

Misya mengulurkan tangannya berniat membantu Ana. Dan Ana yang melihat tindakan Misya tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Misya.

Ia pikir dirinya akan dimaki habis-habisan tetapi apa ini? Bahkan Misya dengan suka rela memberikan bantuan kepadanya. Ana berdiri tanpa menerima bantuan Misya. Dan Misya langsung menarik tangannya kemudian meninggalkan Ana tanpa memarahinya atau meninggalkan kalimat buruk untuk Ana.

Walaupun Misya membenci Ana tetapi dirinya tidak mau memberikan tindakan buruk kepada Ana. Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga, dan Misya mempercayai kalimat tersebut.

Sama seperti kejahatan, sepintar-pintarnya kejahatan disembunyikan, suatu saat akan terungkap juga. Dan Misya tidak mau andil hanya sekedar untuk membuat dirinya buruk. Biarkan semuanya terungkap satu persatu tanpa adanya kekerasan verbal maupun nonverbal.

Saat Misya sudah beberapa langkah menjauh dan dengan hitungan detik suara beberapa murid kembali terdengar.

"Huuuuu."

"Pindah aja sana."

"Atau ngga, ikut aja sama sugar daddy Lo itu."

Beberapa murid yang berada di koridor kembali bersuara dengan membuang gumpalan kertas ke arah Ana.

Guru yang kebetulan lewat di koridor dan melihat kejadian tersebut langsung saja bertindak untuk membubarkan kerumunan. Jika tidak ada guru mungkin nasib Ana akan malang sekarang.

***

Misya berjalan kembali ke kelas. Tadi, saat pembelajaran berlangsung Misya meminta izin kepada guru untuk ke toilet karena ingin buang air kecil. Misya berjalan dengan santai sambil melihat pemandangan di sekolahnya. Sekolah Banaspati sungguh bersih dan rapi.

Sebenarnya Misya tidak langsung menuju kelas. Ia malah mengelilingi sekolahnya. Karena memang dirinya belum pernah mengelilingi sekolah Misya. Toh jam istirahat kurang sebentar lagi. Itu yang membuat dirinya memilih mengelilingi sekolah sampai jam istirahat berbunyi.

Misya mendengar suara dua orang berbeda jenis saat ia semakin dekat dengan taman. Suara tersebut semakin jelas saat dirinya sudah berada di taman. Misya memicingkan matanya mencari sumber suara. Ia berjalan dengan hati-hati mengikuti suara tersebut.

TRANSMIGRASI REVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang