Didepan Asrama, terlihat para penghuni kamar Khadijah tengah duduk didepan pintu. Duduk melingkar memenuhi jalan sembari menghabiskan jajanan milik Syaqira yang baru ia bawa dari ndalem. Tadi pagi, dirinya kembali ke ndalem untuk mengambil jajanan miliknya yang sudah dibelikan oleh Gus Ibra.
Memang malam tadi Syaqira tidak tidur di ndalem lagi, Gus Ibra yang meminta. Walau terasa berat, tapi gus Ibra harus merelakan Syaqira untuk terus tidur di ndalem karena status mereka belum diketahui oleh warga pondok. Takutnya akan terjadi fitnah.
"Orang tuanya Syaqira baik ya, suka kirim makanan banyak." Ucap Cahaya yang taunya, jajanan sebanyak itu kiriman dari orang tua Syaqira.
"Iya, pasti kalau dirumah kamu ngga kekurangan makan, Qir." Timpal Diva.
"Alhamdulilah." Jawab Syaqira sembari menggigit kuaci.
Marisa yang melihat Syaqira memakan kulit kuaci itu meringis pelan, dimana-mana orang akan memakan isi kuaci, Tapi beda dengan Syaqira yang malah memakan kulit kuaci nya.
"Jorok ih." Celetuk Marisa.
Syaqira melirik Marisa sekilas, lalu kembali fokus pada aktivitas nya. Sama dengan anak-anak yang lain, Mereka hanya terdiam takut akan memancing emosi kedua manusia yang emosi nya bersumbu pendek. Dipancing sedikit saja pasti emosinya sudah meledak-ledak.
"Sirik aja, kalau mau tuh ambil." Ucap Syaqira seraya menggeser bungkus kuaci tersebut agar lebih dekat dengan Marisa.
"Ngga!" Balas Marisa seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding.
"Yaudah, ditawarin malah ngga mau. Nolak rezeki namanya." Celetuk Syaqira. Gadis itu bangkit sembari menepuk-nepuk rok nya, lalu berjalan keluar asrama.
"Mau kemana kamu?" Tanya Zahwa.
"Kamar mandi. Ntar kalau udah makan cikinya tolong beresin ya Zahwa cantik. Madam mau pergi dulu." Ucap Syaqira.
"Yee! Suruh-suruh." Cibir Marisa.
"Brisik! Orang gengsian ngga diajak." Seru Syaqira lalu berlari meninggalkan asramanya juga meninggalkan Marisa yang sudah terlihat sangat kesal dengan dirinya.
Syaqira berjalan mengelilingi pondok. Dirinya benar-benar bosan berada didalam pondok ini seharian. Ia ingin sesuatu yang berbeda. Namun apa? Hampir semua yang ada didalam pesantren ini sudah ia coba. Dari memanjat pohon mangga, mencuri buah yang tertanam disini hingga menjahili santriwati sudah ia lakukan.
"Hais, aku bosannnnn!" Serunya sedikit berteriak, melampiaskan rasa suntuknya didalam sini.
"Shut! Shut! Ukhti." Syaqira kontan menolehkan kepalanya kesumber suara. Melototi seseorang yang berdiri disamping bangunan dengan menyengir lebar.
"Ngapain dikawasan santri putri?!!" Ucap Syaqira memekik kencang. Senakal-nakalnya dirinya, ia masih tau batasan yang tidak akan melanggar tata tertib dipesantren. Salah satu nya memasuki kawasan santriwan. Jelas saja itu dilarang.
"Ehh! Jangan kenceng-kengceng ngomongnya, ana cuma mau minta tolong kok." Ucap lelaki bertubuh tinggi itu.
"Ya ngapain sembunyi segala disitu? Kalau ketahuan sama pengurus pondok bagaimana? Habis kamu bang bang." Ucap Syaqira seraya berkacak pinggang, berdecak sebal melihat tingkah santriwan didepannya ini.
"Aduh, makanya janga ulur-ulur waktu ana. Ana mau tanya, ukti kenal sama Zahwa tidak?" Ucap Lelaki itu.
Syaqira menatap lelaki itu dari atas sampai bawah, memastikan lelaki itu benar-benar lelaki baik-baik atau model buaya yang banyak sekali cadangannya. Gini-gini, juga Zahwa teman nya, tidak terima kalau ada lelaki yang berani merayu temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
Fiksi UmumIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...