ENDING

21.6K 856 33
                                    

Gus Ibra memasuki ruang ICU dengan gemetar. Dokter bilang Syaqira sudah siuman. Gadis itu berhasil melewati masa kritisnya, tentu saja Gus Ibra merasa bahagia. Akhirnya Istrinya akan kembali sehat dan menjalani kehidupan bersamanya lagi.

Gus Ibra menatap Syaqira dengan mata memerah. Akhirnya Istrinya sudah sadar. Gus Ibra membingkai wajah Syaqira dengan kedua tangannya. Gus Ibra mengecup kening Syaqira lama, lalu menyatukan kening mereka. Menatap Syaqira dari jarak dekat.

"Aku takut, ning." Ucap Gus Ibra sembari memejamkan kedua matanya.

"Aku takut kamu ninggalin aku." Ucapnya lagi. Syaqira tersenyum tipis melihatnya.

"Gus Ibra ngga perlu khawatir, Ira ngga apa-apa." Jawab Syaqira lemah.

"Gimana aku ngga khawatir, sayang? Kamu pingsan, darah kamu keluar banyak. Wajah kamu pucat, jantungnya melemah. Gimana aku ngga khawatir? Aku takut kamu ninggalin aku, Ira." Ucap Gus Ibra mengecup punggung tangan Ira.

"Tapi buktinya Ira udah ngga kenapa-kenapa to? Ira kan anak kuat." Ucap Syaqira terkekeh kecil.

Gus Ibra ikut tersenyum melihatnya. Ia beralih mengusap pipi Syaqira, sedikit menyentuh luka disudut bibir Syaqira yang membuatnya meringis ngilu.

"Maaf, Aku ngga bisa jagain kamu. Seandainya kamu keluar pesantren denganku, pasti ini semua tidak akan terjadi. Maaf, sayang." Ucap Gus Ibra.

"Ngga apa-apa, Gus Ibra. Justru Ira senang. Dengan begini, Papanya Zahwa ngga akan misahin kita lagi. Papanya Zahwa ngga akan minta Gus Ibra untuk menikahi Zahwa lagi to? Ambil hikmahnya aja." Ucap Syaqira menggenggam tangan Gus Ibra.

Ngomong-ngomong soal Guntur. Syaqira kembali berkaca-kaca, mengingat perlakuan Guntur yang membuatnya takut. Punggungnya yang begitu sakit akibat ulah Guntur membuat Syaqira menangis. Gus Ibra panik seketika.

"Gus Ibra..." Isak Syaqira dengan tangan terangkat hendak menggapai tangan Gus Ibra.

"Iya sayang, mana yang sakit?" Tanya Gus Ibra menghampiri Syaqira, tangannya menggenggam tangan mungil Syaqira. Sedangkan tangan kanannya mengusap-usap kepala Syaqira lembut.

"Ira ngga mau nakal lagi. Ira ngga mau mukul-mukul orang lagi. Om Guntur pukul Ira pake kayu, punggung Ira sakit banget Gus Ibra. Pasti ini balasan buat, Ira. Huuuu...Gus Ibra." Ucap Syaqira dengan tangisnya.

Gus Ibra tersenyum teduh mendengar nya.

"Iya, cantik. Kalau gitu, dirubah ya sikap nakal nya? Jangan pukul-pukul orang lagi. Mungkin dibalik perbuatan Pak Guntur, ada teguran buat kamu, ya?" Ucap Gus Ibra yang diangguki oleh Syaqira.

Gus Ibra juga tidak terima istrinya diperlakukan seperti itu. Walaupun Pak Guntur membalas perbuatan yang Syaqira lakukan terhadap Zahwa, tapi tetap saja itu bukan balasan yang seimbang bagi Syaqira. Tidak seharusnya Syaqira mendapatkan kekerasan seperti itu.

"Sudah sayang, sudah nangisnya. Sekarang tidur ya? Sudah malam. Ayo, aku temani." Ucap Gus Ibra.

"Gus Ibra tidur sini ya, Ira mau peluk." Ucap Syaqira menggeser tubuhnya.

"Ngga bisa, Ira. Punggung kamu baru sakit. Jangan ya? Aku takut nyakitin kamu." Ucap Gus Ibra.

"Ngga apa-apa, Gus Ibra. Ira mau peluk, Ira kangen tidur sama Gus Ibra." Ucap Syaqira memohon.

Gus Ibra mengangguk mengerti, dirinya merebahkan tubuhnya disamping Syaqira. Memeluk tubuh Syaqira dengan hati-hati agar tidak melukai istrinya.

"Ira sayang sama Gus Ibra. Terimakasih sudah mau nerima semua kekurangan Syaqira. Terimakasih ya Ibra, sudah mau sabar membimbing Ira. Ira bersyukur punya Gus Ibra." Ucap Syaqira begitu tulus mengungkapkan perasaannya.

"Ira janji ngga akan nakal lagi, Gus. Ira ngga akan bolos-bolos lagi, ngga akan pukul orang lagi. Maafin Ira ngga pernah nurut sama Gus Ibra."

"Iya sayangku, setelah ini dirubah ya sifatnya. Harus jadi pribadi yang lebih baik lagi." Ucap Gus Ibra.

"Kamu tau? Aku sama sekali tidak menyesal menikahi kamu. Bagiku, kamu segalanya, Ira. Aku tidak pernah marah karena semua sikap kamu. Kita saling melengkapi, benar kan?" Ucap Gus Ibra.

"Aku ngga akan ninggalin kamu, Ira. Ngga akan pernah. Hidupku untuk kamu, Sayang."

"Ana uhibbuka fillah, Gus." Ucap Syaqira mengecup bibir Gus Ibra sekilas.

Gadis itu menyengir menatap Gus Ibra yang melotot kaget. Lelaki itu masih saja terkejut walau sebelumnya sudah pernah mendapatkan itu dari Syaqira.

Gus Ibra terkekeh kecil melihatnya, lelaki itu mengusap-usap kedua pipi Syaqira. Mendekat kearah Syaqira dengan senyum yang merekah dibibirnya.

"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu." Bisik Gus Ibra tepat didepan wajah Syaqira.

Pelan tapi pasti, Gus Ibra menyatukan bibir nya dengan bibir Syaqira. Menumpahkan semua rasa cintanya pada Syaqira, sang istri tercinta.

Akhirnya, tidak ada lagi yang menganggu mereka. Tidak akan ada lagi yang mengusik rumah tangga mereka. Takdir yang telah menjawab. Gus Ibra dan Syaqira tidak akan terpisahkan kecuali ajal yang menjemput. Gus Ibra berjanji tidak akan ada kata perpisahan diatara mereka, kecuali kematian.

Gus Ibra benar-benar bersyukur masih diberi kesempatan untuk menjalani rumah tangga bersama Syaqira. Tidak akan ia sia-siakan. Gus Ibra berjanji akan itu. Hidup dan mati nya untuk Syaqira. Tidak ada yang akan merubahnya.

End.

sudah, bonus nya aku up satu ekstra part

IBRA [Sudah Pernah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang