'Ibrahim untuk Syaqira'
______•••______
Kedua mata bulat itu terbuka sempurna ketika mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah. tak hanya itu, suara Kyai Abdullah dan Umi Hafsah membuat Syaqira yang baru saja bangun tidur itu, berlari kencang keluar dari kamar Gus Ibra. Efek dari bangun tidur dan berlari itu menyebabkan kaki Syaqira tidak sadar tersandung sudut tembok hingga terluka.
Gadis itu dengan tidak sabaran menuruni anak tangga, menghampiri kedua mertuanya yang duduk diruang tengah dengan pancaran wajah yang amat kentara. Syaqira mendudukan dirinya di karpet bulu, mengusap pelan paha Umi Hafsah.
"Umi, Umi dari mana? Mm...Gus Ibra bagaimana?" Tanya Syaqira begitu antusias ingin mengetahui jawaban dari Umi Hafsah.Umi Hafsah dengan rasa terharunya bangkit dan memeluk tubuh menantunya dengan erat.
"Ada apa Umi? Gus Ibra sudah ditemukan po?" Tanya Syaqira menatap Umi Hafsah dan Kyai Abdullah bergantian.
"Alhamdulilah nduk....Gus mu selamat." Ucap Umi Hafsah seraya mencium kedua pipi dan kening menantunya. Air mata bahagia kembali menetes mengenai pipinya.
Umi Hafsah mengusap kepala Syaqira dengan sayang. Kalimat syukur ia ucapkan bersamaan dengan kembalinya air mata haru itu tumpah. Umi Hafsah masih tidak menyangka jika putranya selamat. Siang tadi, beliau mendapat telefon dari seseorang, orang itu mengatakan jika Gus Ibra berada disebuah rumah sakit yang ternama dikotanya.
Begitu mendengar kabar itu, Umu Hafsah dan Kyai Abdullah gegas mengunjungi rumah sakit itu. Betapa bahagianya mereka dapat melihat Gus Ibra yang terduduk diatas ranjang rumah sakit. Sedari tadi, Umi Hafsah tak henti-hentinya mengucap Syukur pada sang maha kuasa. Doa-doa yang mereka panjatkan telah diijabah hari ini. Mereka dapat menemukan Gus Ibra, dan tentunya akan kembali berkumpul seperti sedia kala.
"Ibra ada dirumah sakit, Ibra sudah siuman. Anak Umi selamat, nduk. Gus Ibra selamat, Gus Ibra ndak ninggalin kita. Umi benar-benar bersyukur, Allah telah menjawab semua doa-doa kita." Lanjutnya seraya menangkup kedua pipi Syaqira.
"Umi yang benar?" Tanya Syaqira dengan binar bahagia, air matanya sudah memenuhi pelupuknya. Syaqira benar-benar merasa lega mendengar jawaban Umi nya.
"Ira mau ketemu Gus Ibra, Umi." Ucap Syaqira menggenggam kedua tangan Uminya.
"Umi, Abi. Ira mau jumpa Gus Ibra, temani Ira, Umi." Ucap Syaqira memohon, dirinya benar-benar ingin bertemu dengan Gus Ibra. sosok yang selama satu minggu ini ia rindukan. Sosok Gus Ibra yang selalu terbayang-bayang difikirannya.
"Sabar dulu yo, kamu siap-siap. Sholat-sholat dulu, Umi masih mau masak buat Ibra. Nanti habis magrib kita kesana, Ya nduk? Kasian kang Umar kalau disuruh nganter lagi." Ucap Umi Hafsah memberi pengertian pada Syaqira.
"Iya Umi. kalau gitu, Ira bantu Umi masak ya." Ucap Syaqira yang diangguki oleh Umi Hafsah.
Selepas sholat magrib berjamaah, keluarga ndalem bergegas kembali kerumah sakit, tentunya kembali menjenguk Gus Ibra karena dirumah sakit sendirian. Syaqira yang duduk disamping Umi Hafsah tak henti-hentinya berceloteh tentang Gus Ibra. Umu Hafsah yang mendengar itu terkekeh seketika.
Akhirnya, menantunya ini kembali ceria. Setelah satu minggu terlihat murung akibat kabar kecelakaan Gus Ibra. tapi Alhamdulillah nya, keceriaan Syaqira telah kembali. Umi Hafsah dapat bernafas lega, tadinya beliau takut menantunya itu tidak bisa seceria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...