'Ibrahim untuk Syaqira'
______•••______
Siang-siang seperti ini banyak para santri yang memanfaatkan waktu untuk tidur siang. Berbeda dengan Syaqira yang hanya duduk didepan pintu kamarnya sembari menatap beberapa santriwati yang berlalu lalang dihalaman pondok.
Bersama kedua temannya, Syaqira begitu tampak lesu. Sesekali dirinya membuang nafasnya panjang. Rasa bosan sangat mendominasi dirinya.
"Aku bosann!" Ucap Syaqira seraya merenggangkan otot-ototnya.
Baik Atika maupun Lisa hanya melirik Syaqira yang sudah berkali-kali mengatakan jika dirinya tengah bosan. Atika bergerak menyandarkan tubuhnya pada dinding lalu kembali menatap Syaqira yang tengah menguap.
"Ambil mangga aja, Syaqir. Ntar aku minta." Ucap Atika.
"Alah, kalian ngga mau bantuin. Males aku." Ujar Syaqira.
"Eh, aku udah ada uang lho, nanti pulang diniyah kita jajan ya." Sambung Syaqira mengingat kemarin Gus Ibra memberikan dirinya beberapa uang.
"Ciee sudah dikirim uang, ciee. Traktir dong." Celetuk Lisa.
"Giliran dong, kemarin kan aku udah kasih kalian dua ribu-dua ribu. Sekarang kalian yang kasih aku dua ribu juga." Ucap Syaqira.
"Ngga deh, uang aku menipis nih, belum dikirim uang. Kapan-kapan aja ya, Ra." Ucap Lisa.
"Huuu, padahal uang jajan kamu paling banyak dari kita ya, Tik." Seru Syaqira.
Atika hanya terkekeh saja menanggapi nya. Dirinya menatap kepenjuru pesantren yang tetap terasa ramai itu, tatapan nya berhenti pada lelaki yang berdiri didepan mushola sembari memegangi tasbih. Atika terkekeh pelan, lalu beralih menatap Syaqira yang tengah mengupil dengan santai.
"Ustadz Hanan tuh, dulu katanya suka kamu." Ucap Atika menunjuk Ustadz Hanan dengan dagunya.
"Hus, Ngarang!!" Balas Syaqira seraya meraup wajah Atika dengan kedua tangan mungilnya. Atika tentu saja berteriak histeris, bagaimana tidak? Tangan Syaqira kotor tapi dengan santai nya menyentuh wajah Atika.
"Ih, iya kamu bilang begitu dulu." Timpal Lisa.
"Ya itu kan dulu Lilissss! Sekarang udah engga. Aku sukanya sama gus Ib- upsss!" Sontak Syaqira menutup mulutnya ketika menyadari dirinya tengah berada di asrama, takut Zahwa dan temannya yang lain akan mendengar ucapannya.
"Jadi yang sering kamu bilang itu beneran suka? Yang sampe ngehalu jadi menantunya Bu nyai itu karena kamu beneran suka sama Gus Ibra?" Bisik Atika.
"Shutttt! Tapi diem aja ya, aku keceplosan plisss. Takut Zahwa denger." Ucap Syaqira membungkam kedua mulut temannya.
"Aku ngga nyangka kamu beneran suka sama si gus, kirain becanda doang secara kamu kan agak ganjen." Celetuk Lisa yang membuat Atika meledakkan tawanya. Berbeda dengan Syaqira yang wajahnya memerah padam, dirinya merasa tidaj terima dibilang ganjen oleh Lisa.
"Maksud mu Lis?!!! Maksudnya apa ngatain aku ganjen! Aku ngga terima ya," bantah Syaqira.
"Maaf-maaf, ya habisnya setiap mau keluar kamu godain dulu kakang-kakang pondok yang jaga didepan." Ucap Lisa tergelak.
"Ya itu kan taktik biar bisa dibukain gerbangnya, pinter!" Seru Syaqira seraya menjitak pelan kepala Lisa.
Sore harinya, Syaqira dan kedua temannya pergi ke warung yang berada didaerah pondok pesantren. Kini, mereka tengah mengantri menunggu ibu-ibu penjual es itu. Suasana warung memang ramai oleh santriwati.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
Fiction généraleIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...