'Ibrahim untuk Syaqira'
______•••______
Suasana pondok sudah kembali seperti aktivitas biasanya. Banyak santriwan dan Santriwati yang berlalu lalang di area pesantren, banyak pula yang sudah pergi menuju madrasah untuk menimba ilmu.
Syaqira yang kebetulan ada keperluan di ndalem, menyempatkan dirinya menemui mba Jannah yang sedang piket ndalem sebelum nantinya ia pergi ke madrasah.
"Ira." Panggil Gus Ibra ketika Syaqira selesai dengan kepentingan nya.
"Ada apa gus?" Tanya Syaqira berdiri tepat didepan Gus Ibra.
"Saya mau menemani Abi dan umi, Mungkin pulang nya sore. Nanti ke ndalem sebentar ya? Temui saya." Ucap Gus Ibra.
"Hm? Mau bahas apa lagi gus?" Tanya Syaqira.
"Tidak bahas apa-apa." Jawab Gus Ibra sembari memakai sendalnya.
"Terus ngapain temui Gus Ibra?" Tanya Syaqira.
"Ya jenguk suamimu ini." Jawab Gus Ibra sembari berdecak pelan.
"Gus ngga lagi sakit tuh." Ucap Syaqira semakin tengil.
"Astaghfirullah ning! Pokok nanti temui saya di ndalem. Tidak usah tunggu saya, kamu langsung masuk kamar saja." Ucap Gus Ibra mulai kesal dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir mungil istrinya.
"Oke." Pungkas Syaqira.
"Mau kemadrasah?" Tanya Gus Ibra sebelum Syaqira melangkahkan kedua kakinya.
"Nggih gus, mau sekolah biar jadi orang pinter." Ucap Syaqira kembali mendengus, sebab Gus Ibra mengulur-ulur waktunya untuk pergi ke sekolah.
Tanpa Syaqira sadari, Gus Ibra merogoh saku kemejanya yang terselip beberapa lembar uang, lalu ia berikan salah satunya kepada Syaqira yang membuat Syaqira menatap bingung Gus Ibra dan uang yang masih berada ditangan Gus Ibra.
"Gus mau dibelikan apa?" Tanya Syaqira dengan kening yang mengerut.
"Bukan, ini untuk jajan kamu." Ucap Gus Ibra tetap menampilkan senyum nya. Ia tidak habis fikir dengan Syaqira yang menyimpulkan bahwa dirinya minta untuk dibelikan sesuatu.
"Untuk Ira?" Tanya Syaqira.
"Iya sayang, diambil nggih? Buat jajan nanti." Ucap Gus Ibra mempertahankan senyum manisnya.
"Tapi ini kebanyakan gus, eh! Tapi ngga apa-apa ding. Lumayan bisa buat seminggu." Ucap Syaqira langsung menerima uang itu dengan cepat, lalu menyimpan nya pada saku seragamnya.
"Gus orang kaya ya?" Tanya Syaqira.
"Hm, tidak. Tapi kalau untuk menafkahi kamu, InsyaAllah, saya masih mampu ning." Jawab Gus Ibra.
"Ow, kalau gitu Ira minta dibelikan bom bom car dong, gus." Ucap Syaqira tanpa dosa.
"Ngelunjak dikit ngga ngaruh wirrr." Batin Syaqira terkikik geli melihat Gus Ibra yang sedikit shock dengan permintaannya.
"Sudah, sana berangkat ke madrasah. Nanti telat dihukum lagi sama Ustadzah Hanan." Ucap Gus Ibra seraya menepuk kepala Syaqira pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...