~Ibrahim untuk Syaqira~
______•••______
Pagi-pagi sekali, sebelum teman-temannya bangun Syaqira lebih dulu terbangun bahkan gadis itu sudah mandi dikamar mandi yang berada dikamar Gus Ibra. Dan kini, ia berjalan dengan riang menuju kamarnya. Dirinya dapat kembali ke asrama dengan mudah. Syaqira membuka kamar Khadijah dengan menampilkan senyuman indahnya. Menatap teman-temannya yang baru saja bangun dari tidurnya. Bahkan, kini banyak yang menatap Syaqira heran.
"Ira, kapan bangun nya?" Tanya Cahaya.
"Tadi, udah dari jam tiga pagi." Jawab Syaqira.
"Terus kamu tadi dari mana?" Tanya Anita.
"Dari mandi, terus jalan-jalan deh keluar. Menghirup udara pagi buta." Kekeh Syaqira seraya merebahkan dirinya dikasur miliknya.
"Qir, kamu ngga kesambet? Jam tiga pagi mandi, habis itu jalan-jalan disekitar pesantren. Yang bener aja kamu, memang nya ngga takut ada hantu." Ucap Lisa.
"Adanya hantunya yang takut sama Ira." Celetuk Marisa dari pojok ruangan. Dirinya sudah meraih handuk dan juga ember kecil tempat dimana ia menyimpan peralatan mandinya.
"Maksud mu?! kamu emang ngajak ribut ya Markisa!!" Sentak Syaqira.
"Udah-udah, mending kalian siap-siap. Wudhu-wudhu dulu sana, terus kemasjid." Ucap Zahwa menyuruh semua teman-teman nya untuk segera mengambil air wudhu karena mereka akan melaksanakan sholat subuh berjamaah.
"Noh temen mu, hobi banget bikin aku naik darah." Tunjuk Syaqira pada Marisa yang sudah keluar dari kamarnya.
"Udah, Qir. Kamu kan tau Marisa kayak gimana orang nya. Anggap aja angin lalu." Ucap Zahwa lagi.
"Kamu wudhu belum?" Tanya Lisa menepuk bahu Syaqira pelan.
"Belum, kalian duluan aja ngga apa-apa." Ujar Syaqira beralih memejamkan kedua matanya.
"Ck, jangan bolos sholat subuh!" Peringat Atika.
"Ngga, Tik. Aku cuma mau rebahan bentar, ini bentar lagi bangun kok." Ucap Syaqira.
"Cepet wudhu, diujung udah ada Ustadzah Ana." Ucap Atika lagi.
"Iya-iya." Balas Syaqira lantas bangkit dari posisinya dan segera meraih mukena yang terlipat diatas almari kecil miliknya.
Pagi-pagi sekali semua santri sudah siap untuk melaksanakan sholat jamaah subuh. Begitu juga dengan para penghuni kamar Khadijah Satu yang sudah duduk dimasjid. Mereka bercengkerama sembari menunggu imam datang.
Syaqira lebih banyak bicara kali ini, dirinya nenceritakan semua pengalaman yang sudah hampir tiga tahun ini berada dipesantren. Bermula dari paksaan orang tuanya yang memasukkan dirinya kepesantren hingga saat ini yang sudah kelas dua belas dan sebentar lagi akan lulus.
"Jadi kakak kamu dulu juga disantren ini?" Tanya Diva.
"Iya, makanya Bunda juga masukin aku ke pesantren ini. Padahal dulu aku mau ke SMA biasa, biar bisa barengan sama temen ku, tapi Bunda malah kirim aku kesini." Ucap Syaqira.
"Eh, tapi denger-denger kamu masih keluarga ndalem ya, Qir?" Ucap Cahaya.
"Hah?"
"Soal yang itu lho, maaf ya. Kamu yang berantem sama Fahira yang dilerai sama Gus Ibra langsung. Kata orang-orang Gus Ibra narik tangan kamu. Terus Marisa bilang kalau kamu itu masih keluarga ndalem." Ucap Cahaya.
"Oalah, pantes aja Syaqira sering bolak-balik ndalem. Ternyata masih keluarga ndalem to." Ucap Anita.
"Tau gitu aku banyak nanya tentang Gus Ibra ke kamu, Qir." Celetuk Zahwa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...