'Ibrahim untuk Syaqira'______•••______
Kondisi dikelas memang terbilang ramai. Mereka sibuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Ustadzah Ana. Setelah menjelaskan materi tadi, Ustadzah Ana langsung memberikan soal kepada muridnya. Tapi berkali-kali, beliau menggeleng pelan melihat satu santri yang terus saja berjalan kesana kemari. Entah itu meminjam alat tulis temannya atau pun bertanya jawaban pada teman-temannya.
Sebenarnya tidak apa, tapi yang menjadi masalah, Syaqira terus saja mengganggu teman-temannya dengan cara berbisik di telinga temannya dengan buku yang digulung sebagai perantara nya. Hal tersebut tentu saja mengundang tawa dari temannya hingga membuat gaduh.
"Syaqira kok suka sekali jalan-jalan dikelas ya?" Tanya Ustadzah Ana.
Gadis yang disebut oleh Ustadzah Ana itu kontan menoleh kearah Ustadzah Ana yang menatapnya tajam. Bukannya takut, Syaqira malah menyengir lebar sembari berkacak pinggang.
"Ngga apa-apa Ustadzah, justru kalau duduk terus nanti kena ambeien." Jawabnya. Mendengar itu, Ustadzah Ana dibuat geram oleh Syaqira. Guru muda itu menarik kursi kosong disamping Cahaya, lalu membawanya tepat disamping meja guru.
"Syaqira, kerjakan tugas kamu disini!" Seru Ustadzah Ana.
"Ustadzah ini emang ngga mau ya jauh-jauh dari Ira? Okey deh, sebentar ya, Ira ambil tip-ex dulu." Ucap Syaqira lalu meraih tip-ex cair yang berada diatas mejanya. Syaqira berjalan dengan santai sembari membawa buku modul miliknya.
Syaqira mendudukkan dirinya dikursi yang sudah disiapkan, memutar kepalanya menatap Ustadzah Ana yang masih berdiri didepan papan tulis.
"Sini, Ustadzah. Mau liat Ira ngerjainnya ngga?" Ucap Syaqira yang membuat teman-temannya terbahak.
"Hey, Diam! Kerjakan tugasnya, jangan gaduh! Kamu juga Syaqira, cepat diselesaikan atau saya hukum lagi!" Ucap Ustadzah Ana.
"Ya, ya. Emang kalau sama Ustadzah itu adanya hukuman, hukuman, hukuman terus." Celetuk Syaqira sembari menjawab soal.
"Santri ngga tau aturan!" Geram Ustadzah Ana lalu mendudukkan dirinya didepan Syaqira. Dirinya sibuk memperhatikan Syaqira yang sangat menjengkelkan itu.
"Keluarga ndalem dari mana? Rasanya kok berbeda sekali dengan Gus Ibra dan Gus Yusuf. Bahkan saudara Gus Ibra yang lain saja kalau kesini sopan-sopan, tidak urakan seperti Syaqira." Batin Ustadzah Ana.
"Kenapa Ustadzah? Ira cantik ya? Memang sih, kalau Ira ngga cantik ngga mungkin Umi sayang sama Ira." Ucap Syaqira seraya menaik turunkan kedua alisnya.
Ustadzah Ana melotot mendengar nya, pede sekali perempuan ini. Batin Ustadzah Ana. Dirinya memilih diam, tidak mau meladeni Syaqira yang nantinya pasti akan mendatangkan keributan.
"Ustadzah Ana tau tidak? Gus Ibra itu punya calon yang masyaAllah sekali." Celetuk Syaqira.
"Bukan urusan saya."
"Lho, dengar-dengar Ustadzah ini suka sama Gus Ibra. Bener ndak? Kalau bohong hidungnya kelap-kelip loh." Ujar Syaqira semakin memancing Ustadzah Ana.
"Itu bukan urusan kamu, Syaqira. Itu privasi saya! Sebaiknya kamu kerjakan tugas kamu, dan jangan banyak bicara." Ucap Ustadzah.
"Yakin nih? Padahal Ira mau kasih info lho, yang pastinya bikin Ustadzah kaget setengah mati." Ucap Syaqira.
"Gus Ibra itu ya, sukanya sama yang imut-imut, Ustadzah. Soalnya emang cocoknya sama yang lucu-lucu dan menantang. Ngga tertarik sama orang yang kalem seperti Ustadzah." Ujar Syaqira.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...