'Ibrahim untuk Syaqira'
______•••_____
Semenjak Gus Ibra ditemukan, Syaqira tidak pernah absen ke rumah sakit. Seperti siang ini, dirinya meminta pada Umi Hafsah agar diizinkan ke rumah sakit. Umi Hafsah iya-iya saja, toh Syaqira istri Gus Ibra, tidak ada yang melarang juga. Umi Hafsah tidak dapat mengantar Syaqira, oleh karena itu Beliau hanya membawakan rantang yang berisi makanan kesukaan Gus Ibra.
Gadis dengan seragam yang masih lengkap itu mendudukkan dirinya disofa kamar. Duduk manis sembari menatap Gus Ibra yang masih tertidur. Syaqira senantiasa mengukir senyum manisnya. Dengan sabar menunggu Gus Ibra bangun.
Gus Ibra membuka kedua matanya perlahan dirasa tidurnya cukup, matanya menelisik setiap sudut ruangan. Begitu melihat gadis yang sangat ia cintai, kedua sudut bibirnya tertarik keatas melihat Syaqira yang tersenyum kearahnya.
"Sama siapa kesini?" Tanya Gus Ibra.
"Sendiri, Umi ngga bisa ke rumah sakit siang ini." Jawab Syaqira beralih pada kursi yang berada disamping ranjang rumah sakit.
"Dianter kan tapi?" Tanya Gus Ibra.
"Heem, dianter kang Imam." Jawab Syaqira. Gus Ibra hanya mengangguk saja.
"Gus Ibra, Umi bawakan makanan kesukaan Gus Ibra." Ucap Syaqira menunjuk rantang yang berada dimeja.
"Di ambil, dek. Kita makan sama-sama." Syaqira mengangguk, tangannya bergerak meraih rantang itu lalu menyiapkan makanan untuk Gus Ibra.
"Waww, ada salad buah." Seru Syaqira dengan binar dimatanya.
"Kamu mau? Ambil saja." Ucap Gus Ibra terkekeh pelan.
"Ndak usah. Ini kan untuk Gus Ibra, lagian Ira ngga pengen kok." Jawab Syaqira lalu menyerahkan rantang itu pada Gus Ibra.
"Umi bawakan sambal tidak?" Tanya Gus Ibra setelah menerima rantang dari Syaqira.
"Ngga deh, Gus. Cuma ini aja." Jawab Syaqira sembari mengecek paper bag yang dibawakan oleh Umi Hafsah.
"Yasudah, ngga apa-apa." Jawab Gus Ibra seraya memakan makananya.
"Ngomong-ngomong soal salad, Gus Ibra lebih suka salad buah atau salad sayur?" Tanya Syaqira menatap lamat Gus Ibra yang fokus makan.
"Salad buah." Jawab Gus Ibra.
"Kalau aku sukanya salad di imamin sama kamu." Ucap Syaqira menampilkan senyum manisnya. Gus Ibra dibuat meleleh mendengar gombalan Syaqira. Telinga Gus Ibra sampai memerah dibuatnya.
"Kamu ngga makan?" Tanya Gus Ibra mengalihkan.
"Maunya disuapi sama Gus." Ucap Syaqira malu-malu. Gus Ibra terkekeh kecil melihat tingkah Syaqira.
"Sini, agak geser dikit. Tanganku ngga sampai kesitu." Titah Gus Ibra yang langsung dituruti oleh Syaqira. Gadis itu menggeser kursinya lebih dekat dengan Gus Ibra, membuka mulutnya menunggu suapan dari Gus Ibra.
"Umi Hafsah ngga pernah kalah kalau soal masak." Ucap Syaqira dengan mulut penuh.
"Telan dulu, baru ngomong." Ucap Gus Ibra seraya terkekeh pelan, telunjuk nya bergerak menepuk pipi Syaqira yang menggembung.
"Umi memang pintar dalam bab memasak. Beliau selalu menang soal rasa. Umi selalu kasih yang terbaik untuk kami." Ucap Gus Ibra membenarkan ucapan Syaqira.
"Gus Ibra kenapa ngga cari istri yang seperti Umi Hafsah?" Tanya Syaqira.
"Maksud kamu?"
"Ira ngga pandai masak. Sekalinya masak rasanya amburadul. Gus Ibra yang sedari dulu selalu makan enak karena buatan Umi, nanti pas sama Ira jadi kurus karena ngga doyan makanan buatan Ira." Ucap Syaqira.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
Fiksi UmumIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...