Ramainya halaman pondok diisi oleh wali santri dan santri yang akan diwisuda hari ini. Semua duduk dikursi yang sudah disediakan. Begitu juga dengan Syaqira dan teman-teman nya. Gadis bertubuh kecil sedikit berisi itu tampak ceria. Sedari tadi tidak melunturkan senyumnya. Berdirk dengan anggun disamping Lisa dan Atika yang tampak begitu cantik dengan polesan make up tipis.
Mereka berdiri, menunggu namanya dipanggil untuk dipasangkan samir oleh Kyai Abdullah. Syaqira begitu senang dapat menyusul temannya. Yaps, Syaqira berhasil menyelesaikan hafalan 30 Juz nya. Malam dimana ia menyelesaikan tasmi' 30 Juz dihadapan para penguji, dirinya menangis tersedu. Terharu dengan proses nya selama ini.
"Syaqira Humaira binti Muhammad Fahri, perolehan hafalan khatam 30 Juz." Suara mc terdengar menggelegar membuat senyum Syaqira kembali merekah.
Gus Ibra tersenyum melihat Syaqira yang berdiri diatas panggung, tersenyum kearah kamera yang membidik dirinya bersama dengan Kyai Abdullah. Mertuanya sendiri.
Gus Ibra bangga, istrinya dapat menyelesaikan hafalannya dalam kurun waktu yang tidak lama. Karena kegigihan Syaqira lah dirinya bisa sampai disini. Lelaki itu semakin melebarkan senyumnya ketika Syaqira berjalan kearahnya.
Syaqira memeluk erat tubuh tegap suaminya. Begitu juga dengan Gus Ibra yang mengusap-usap punggung kecil Syaqira dengan lembut.
"Ira senang udah selesai sekolah nya." Ucap Syaqira.
"Iya, Alhamdulilah." Jawab Gus Ibra dengan kekehannya.
"Habis ini Gus Ibra bisa peluk Ira terus kalau tidur. Kan pasti habis ini Ira tidur dikamar Gus Ibra to?" Ucap Syaqira menyengir lebar. Gus Ibra sampai geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Ira sudah lulus lho gus." Goda Syaqira sembari menaik turunkan kedua alisnya.
"Iya, sayang. memang kenapa?" Tanya Gus Ibra terkekeh pelan.
"Kita bisa bebas bikin debay, wahahahaha." Ucap Syaqira terbahak ketika melihat wajah Gus Ibra yang memerah.
"Nanti kita bikin bayi yang banyak ya Gus Ibra? Kita penuhin pesantren ini sama buntut-buntut kita." Ucap Syaqira mencolek dagu Gus Ibra.
"Bicaranya, ning." Peringat Gus Ibra menatap sekitar takut ada yang mendengar ucapan Syaqira.
"Hahahah, jangan lupa nanti malam ya Gus." Bisik Syaqira seraya mengedipkan matanya genit.
"Yeay, yeay. Proses buat debay." Seru Syaqira sembari menggoyangkan kedua bahunya. Gus Ibra sudah sangat pasrah dengan tingkah istrinya ini.
"Juniornya Ibra sebentar lagi launching." Lanjut Syaqira.
"Nanti mau punya anak perempuan lima belas, anak laki-laki lapan belas. Gimana Gus Ibra?" Gurau Syaqira. Kedua tangannya berkacak pinggang seolah menantang suaminya.
"Kalau gitu siap-siap, nanti malam Habis kamu sama saya." Bisik Gus Ibra yang membuat tubuh Syaqira menegang. Dirinya yang memancing dirinya juga yang ketar-ketir.
"Mesum ih!" Ucap Syaqira mendorong tubuh Gus Ibra pelan. Lelaki itu terkekeh melihat Syaqira yang salah tingkah. Huuu, padahal dirinya yang mancing duluan.
"Gus Ibra terimakasih ya sudah bantuin Ira jaga hafalan. Ira sayang sama Gus Ibra." Ucap Syaqira.
"Iya. Itu sudah menjadi kewajiban ku, Ira." Ucap Gus Ibra mengecup kening Syaqira lama.
"Ayo, ketempat ayah sama bunda dulu." Ajak Gus Ibra. Tangannya menggenggam jemari mungil Syaqira, ia bawa perempuan itu dihadapan mertuanya.
"Bunda, mahkota ini untuk Bunda Annisa sama Ayah Fahri." Ucap Syaqira menyerahkan mahkota miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...