'Ibrahim untuk Syaqira'______•••______
Dari kejauhan, Gus Ibra mengamati gerak-gerik Syaqira yang berada disamping bangunan gedung. Ketiga santriwati itu tampak asyik mengobrol sembari memakan siomay yang penuh dengan sambal kacang. Syaqira yang duduk dengan beralas sendal itu tampak seru mengobrol dengan kedua temannya.
Gus Ibra bergerak menghampiri Syaqira. dirinya lebih dulu merapikan pakaiannya agar tetap terlihat tampan dihadapan Syaqira, barulah ia melangkah melewati ketiga santri itu sembari berseru.
"Syaqira, ditimbali Umi." Ucap Gus Ibra memanggil Syaqira yang berada disekelompok teman-temannya. Baik Syaqira dan teman-teman nya pun mengernyit kan dahinya bingung. Walaupun Syaqira sering ke ndalem, tapi begitu mengetahui dipanggil oleh Umi Hafsah, mereka pun bertanya-tanya ada apa gerangan.
"Nggih, gus." Jawab Syaqira dibuat sesopan mungkin.
"Ada apa Qir?" Tanya Lisa sembari menatap kepergian Gus Ibra.
"Aku juga ngga tau, Lilis. Mungkin mau ngobrolin soal acara pernikahan ku sama Gus Ibra." Kekeh Syaqira diakhir kalimat.
"Mimpiii!" Seru Atika terbahak. Teman nya ini memang jago kalau soal menghayal.
"Kamu itu kurang-kurangin deh halunya! nanti kalau sampe kedengeran ke telinga gus Ibra atau Bu Nyai, mampus kamu Qir." Ucap Lisa.
"Bagus dong, siapa tau Umi Hafsah malah sekalian menikahkan aku sama gus Ibra. Kalian kan ngga tau kalau aku ini menantu yang diidam-idamkan beliau." Ucap Syaqira dengan tampang sombongnya.
"Kamu ini! Dibilangin kok malah menjadi-jadi." Ucap Lisa mendengus sebal.
"Biasanya ya Syaqir, Pakyai sama Bunyai itu udah siapkan jodoh untuk putra-putranya yang pastinya udah jelas asal-usulnya." Ucap Atika.
"Jadi maksud kamu aku ngga jelas gitu? Maksudnya apa ngomong begitu?? Kamu ngajak ribut, Atika?!" Serobot Syaqira seraya melototkan kedua matanya tajam.
"Hahahahaha ampun, bos." Ucap Atika terbahak, tangannya terangkat keatas seolah meminta ampun pada Syaqira.
"Calon istri yang disiapkan sama Pakyai dan Bunyai itu aku, kalian aja yang ngga percaya." Ucap Syaqira seraya melipat kedua tangannya didepan dada. kepalanya sengaja ia tolehkan kearah samping, tidak mau berhadapan dengan kedua temannya.
"Iya deh iya, sipaling calon nya Gus Ibra." Ucap Atika mengalah, takut Syaqira akan mengamuk jika tidak diiyakan.
"Udah deh, mending ke ndalem aja aku. Bergaul ma kalian adanya di nistain mulu." Ujar Syaqira beranjak dari duduknya.
"Aku duluan ya, calon mertua menanti." Ujar Syaqira berpamitan.
"Hileh!" Cibir Atika dan Lisa.
Syaqira berjalan meninggalkan kedua teman nya. begitu sampai didepan rumah Kyai Abdullah, ia segera masuk kedalam mencari Umi Hafsah yang katanya mencari dirinya.
"Assalamu'alaikum, Umi." Salam Syaqira ketika masuk kedalam rumah Kyai Abdullah. Syaqira bergerak mencium punggung tangan Umi Hafsah sembari menundukkan dirinya dikarpet.
"Wa'alaikumsalam," Jawab Umi Hafsah.
"Umi, ada apa panggil Ira?" Tanya Syaqira. Kening Umi Hafsah mengernyit bingung, padahal sedari tadi dirinya hanya didalam rumah, belum ada niatan pula untuk memanggil menantunya itu.
"Lho? Umi ndak ada panggil nduk Ira. Siapa yang bilang sama Ira kalau Umi panggil kamu?" Tanya Umi Hafsah.
"Gus Ibra bilang, Umi panggil Ira." Jawab Syaqira yang membuat Umi Hafsah terkekeh seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...