Chapter 1

2K 79 6
                                    

Welcome....

Happy reading
_
_
_




Seorang lelaki berseragam lengkap melangkah memasuki gerbang utama.

Tangan nya menggengam tali ransel sedikit usang yang tergelantung di kedua bahu nya.

Ia berjalan kecil ke tengah lapangan dirinya terpana seketika, kala matanya di suguhkah pemandangan gedung megah bertingkat.

Inilah impian nya, berhasil menjadi pelajar di sekolah dambaannya sedari SMP, apalagi dirinya sukses masuk melalui jalur prestasi, mengingat ekonomi keluarga nya yang tidak memadai untuk membiayai nya di sekolah ternama ini, jadilah, ia belajar dengan semakin giat, menoreh kan banyak prestasi, agar bisa melanjutkan study nya tanpa membebani ayah nya.

Semua pelajar, senior maupun Junior berlalu lalang melewati nya begitu saja, dilihat dari penampilan nya sepertinya sebagian besar dari mereka berasal dari kalangan atas, karena sekolah yang ia pijaki sekarang, termasuk sekolah elite dan ternama di kota nya, tak heran jika sebagian besar pelajar di sana terlahir dari keluarga yang sangat sangat berkecukupan, mereka dapat dengan mudah masuk menggunakan uang, berlomba lomba mencetak popularitas, ketenaran, bahkan penampilan dari atas sampai bawah tersulut dengan barang branded.

berbeda dengan seorang laki laki bername tag ' Farris Alfarizi '
yang masih terpaku, penampilan nya yang terkesan biasa saja, tetapi semua itu tidak mengurangi keimutan nya.

"yah, faris berhasil masuk sekolah pavorite faris"
ujar nya dengan tersenyum bangga.

Setelah nya ia melangkah menuju mading dengan penuh semangat.

Faris berjalan pelan seraya menunduk, dirinya sedikit takut dan risih, karena sepanjang jalan menuju mading, orang orang yang berpapasan dengan nya menatap tajam terkesan mengejek,
Karena penampilan nya yang tak seperti orang kebanyakan, sepatu mahal, tas branded, bahkan berkendara menggunakan mobil, sedangkan dirinya yang hanya menggunakan sepatu usang, ransel yang tak ia ganti sejak SMP, bahkan dirinya hanya menggunakan transportasi umum menuju sekolah nya.

Tetapi, ia bersyukur karena ia dapat lolos masuk karena prestasi yang ia dapat dari hasil kerja keras, tidak dengan mereka yang hanya mengandalkan uang orang tua.

" permisi.... permisi "
Faris menyelinap lincah membelah kerumunan orang di depan mading.

Matanya melirik cepat kesegala nama yang tertera disana.

" Farris Alfarizi, X MIPA 3 "

Farris berlalu, berjalan cepat menuju gedung kelas X, mecari ruangan yang akan menjadi kelas nya.

" assalamualaikum "
Sebagian dari mereka menjawab salam dari faris.

faris menatap bingung, bangku mana yang harus ia tempati, melihat bagian depan dan tengah sudah di penuhi para pelajar baru, matanya tertuju pada bangku di bagian terbelakang tepat di samping jendela besar.
Faris mendelik dan mulai melangkah.

Faris melirik kesegala penjuru kelas, menatap asing penghuni kelas baru nya, sekolah baru lebih tepat nya.

Faris kembali menundukan kepala nya menghadap meja putih di depan nya, dirinya sangat takut untuk bersosialisasi, karena semasa SMP dirinya kerap dijadikan bahan bullying oleh sekelompok orang yang tidak punya hati, sejak itulah dirinya cenderung menutup diri, menjadi pendiam bahkan tak percaya diri, apalagi di lingkungan baru.

" eh liat deh, itu tuh "

"anjir sepatu nya ga ganti berapa abad"

" imut doang, tas ga kebeli "
setelah itu mereka tertawa tanda mengejek.

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang