Chapter 10

547 47 5
                                    


06:40

Seorang laki laki berjalan disepanjang koridor, mengenakan Hoodie hitam dengan amplop cokelat di tangannya.

Laki laki itu membuka pintu kelas perlahan.

" Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam, iya kak? "
Jawab seseorang yang duduk di deretan terdepan.

" Ini kelasnya Faris kan? "

" Iya kak "

" Mm dia masih belum sekolah? "

Orang itu langsung menoleh kearah belakang, seperti mencari seseorang.

" Belum kak,udah 3 hari semenjak ayahnya pergi dia masih izin, kalau kak Vano ada yang mau di sampein titip ke saya aja, nanti kalau Faris udah masuk saya sampein "

Yaps, orang itu adalah Vano, terapi untuk apa dirinya mencari Faris?, membully?, apakah belum puas dirinya merisak Faris.

" Eh gausah deh, makasih ya "

" Iya kak sama sama "

Vano langsung melangkah pergi dari sana

Sementara itu disisi lain, seseorang berseragam Pramuka tengah terduduk di samping dua makam sambil menabur kelopak bunga.

" Hai ayah, udah ketemu ya sama bunda "
" Bunda bilang apa? "
" Ayah udah sampein kan, kalo Faris sayang sama bunda "

" Bund, udah ketemu ayah kan "
" Ayah udah 16 tahun sama Faris, Sekarang gantian bunda yang sama ayah "

" Bunda sama ayah pergi cepat banget "
" Belum sempet liat Faris sukses "
" Faris juga belum sempet bahagiain bunda sama ayah "
" Faris sendiri diisini "

" Tapi Faris gamau sedih lagi, Faris percaya kalau Faris bisa hadapi semua ini "

tutur Faris sambil memejamkan mata dengan kuat, mencoba menahan agar air matanya tidak jatuh.

" Oh iya, kurang lebih 10 hari lagi olimpiade Faris di mulai "
" Faris minta doa nya ya, doain Faris agar menang "

Kemudian Faris berdiri, sambil memasukkan keranjang kecil kedalam tas.

" Faris berangakat sekolah dulu ya "
" Assalamualaikum "

Setelahnya Faris melangkah, beranjak pergi dari sana









                                   ______






Faris berjalan kecil menuju kelas,masih dengan ransel dan sepatu usang ia kenakan.

Tatapan demi tatapan menyorot kearah nya

Ntahlah, apakah itu tatapan iba karena musibah yang baru saja menimpa nya atau bahkan tatapan benci, yang pasti itu sangat membuat Faris risih sendiri

" Assalamualaikum "
salam Faris dengan suara yang sedikit parau.

Faris melebarkan langkahnya menuju bangku, hampir seisi kelas mengalihkan pandangan kearah Faris, tetapi Faris mencoba mengabaikan hal itu, prinsip nya sekarang, ia bersekolah untuk mencari ilmu, menambah wawasan untuk masa depan yang cerah.

Tak perduli dengan cercaan cercaan sampah yang menurutnya tidak penting

Faris memicingkan matanya sekeliling, melihat seisi kelas yang juga setia menatap nya.

" Apaan sih kok pada serem "
umpat Faris sambil menenggelamkan wajahnal diantara ceruk kedua tangannya.

" Ris ris "
" Faris "

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang