Chapter 22

437 37 4
                                    

' ting '
pintu terbuka setelah Rey memasukan pin beberapa angka.

Mereka segera melangkah masuk kedalam apartemen, tak sabar membersihkan diri mereka juga mengistirahatkan tubuh nya yang lelah.

Setelah perdebatan kecil di dalam mobil beberapa saat lalu, kini kedua nya tak ada yang memulai pembicaraan apapun, karena suasana nya berubah menjadi lebih canggung.

Masih dengan seragam yang melekat di tubuhnya, Faris menduduki dirinya di sofa ruang utama, sambil menatap kosong kearah depan, tubuhnya sangat sangat lelah saat ini, belum lagi Dirinya harus memikirkan dimana ia mencari tempat tinggal dan pekerjaan.

" Faris kangen ayah "
Faris mengembuskan nafas, ia mengubah posisi menjadi bersender di dinding sofa.

" Nasib kita ada di dalam diri kita, kamu hanya perlu cukup berani untuk menghadapi nya "
Nasihat mendiang ayahnya kembali hadir di kepalanya.

Seketika Faris langsung  menegakan lehernya
" Apa Faris harus keluar dulu dari apart ini, terus cari kerja? "
Faris berfikir sejenak.

" Faris hanya perlu cukup berani untuk menghadapi nya "
Faris mengangguk yakin, kemudian ia berdiri dari duduknya dan mulai melangkah.

Faris meraih koper hitam di sebelah nakas, mendorong nya kedepan lemari kaca.

Perlahan, ia membuka lemari berisi pakaian nya itu, dan mulai memasukan kedalam koper satu persatu.

" Lo mau ngapain? "
Tanya Vano yang baru keluar dari dalam kamar mandi.

Faris tak menjawab, dirinya masih fokus memilah pakaian nya

" Gue tanya Lo mau kemana? "

" Gue mau pergi "
jawab Faris tanpa melihat Vano.

" Ke? "

" Gua mau cari kerjaan sama kontrakan "

Vano terdiam dan mengernyit kan dahi nya

" Lo mau tinggal sendiri? "

" Gue ga punya keluarga "

" Ga "

Faris berhenti dan beralih melihat Vano disebelah nya
" Bodo, gue mau pergi "

" Ga "

" Lo siapa?, punya hak apa larang larang gue "
celetuk Faris dengan nada ketus.

Vano terpejam dan mengatur ritme nafasnya, kemudian ia melangkah mendekati Faris.

" Lo mau apa Faris? "
Kali ini dengan nada lembut.

" Kurang jelas? "
Faris kembali menatap wajah Vano.
" Gue mau pergi, gue mau cari kerja dan tempat tinggal "

" Kalo gue ga izinin gimana? "

Senyum miring terukir di wajah Faris
" Lo siapa? "
Sinis Faris sambil menatap tajam.

Vano mendengus kelas dengan keras kepala orang di hadapannya itu
" Gue tetep ga izinin "

" Gue tetep mau pergi "

" Faris pliss "

" Gue gamau nyusahin Lo kak "
sarkas Faris dengan cepat.
" Gua gamau nyusahin siapapun, cukup keluarga gue yang udah gue bebani, jangan sampe orang lain jadi susah karena gue "
bendungan air mata yang sedaritadi.

Tangis Faris pecah begitu saja, air mata nya kembali mengalir membasahi pipi mulus nya.

Vano terdiam dan tak menjawab, dirinya masih setia menatap Faris yang menangis tanpa isakan.

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang